8 - Tahun Baru
1 Januari 2020
(Name) menghembus napas panjang, menciptakan uap di depan mulutnya. Dirinya kemudian melirik ke jam tangannya.
Pukul 00.40 pagi.
(Name) kemudian melihat pemandangan yang ada di depannya, masih ada banyak orang-orang di Kuil Suwa.
'Akhir-akhir ini aku sudah jarang batuk darah,' pikir (Name), 'apa karena aku mencoba untuk tidak bertemu dengannya?'
Cokelat hangat yang (Name) pegang dia minum perlahan—sampai habis, setelah itu (Name) memasang maskernya kembali.
Merepotkan, tapi mau tidak mau dia harus melakukannya.
'Seharusnya Naruhiko sudah ada di Yokohama sekarang,' pikir (Name).
Lalu ada yang menepuk pundaknya dari belakang, membuat (Name) spontan menoleh ke belakang.
"Kau datang lebih cepat—"
Namun iris (Name) melebar melihat sosok yang berdiri di belakangnya. Dirinya spontan mundur beberapa langkah.
"Samatoki? Kenapa kau ada di sini?"
Laki-laki yang ada di depannya ini mengerutkan alis.
"Kuil Suwa berada di dekat apartemenku," jawab Samatoki, "harusnya kau tahu itu, (Name)."
(Name) tidak menjawab, dan itu membuat Samatoki mendecih tak suka.
"Untuk pertama kali aku akan mengabaikannya, tapi jika kau melakukannya sampai dua kali, aku tidak bisa diam saja."
(Name) membuang pandangannya, dan itu justru membuat Samatoki kesal.
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Samatoki."
"Pertama kau mengembalikan kalung pemberianku saat hari ulang tahunku, sekarang kau mengembalikan syal dariku saat tahun baru. Kenapa?"
Mendengar pertanyaan terakhir membuat (Name) menoleh ke arah Samatoki dengan ekspresi terkejut.
"Kenapa, katamu?" (Name) menggigit bagian bawah bibirnya, "harusnya kau tahu alasannya, Samatoki."
"Mana aku tahu, makanya aku bertanya padamu—"
"Jangan bercanda!"
Orang-orang yang ada di sekitar mereka langsung menoleh ke arah (Name) yang setengah berteriak. Samatoki sendiri tampak terkejut juga.
"Kau tidak tahu?" tanya (Name) menatap serius Samatoki, "kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, kan? Berhenti memberiku hadiah!"
"Oh, ternyata kau tipe orang yang membuang semua barang pemberian mantan setelah putus," komentar Samatoki mendengus geli.
"Memangnya salah?" tanya (Name) mengerutkan alisnya.
Pandangannya memburam, dan air matanya mulai menggenang di matanya.
"Aku sedang berusaha, Samatoki!" ucap (Name) menutup kedua matanya, "aku sedang berusaha untuk tidak semakin me—" tiba-tiba (Name) berhenti karena merasa rasa sakit yang kuat.
Ah, dadanya terasa sakit.
Tak lama kemudian (Name) kembali batuk tanpa henti, hingga membuat sang perempuan terduduk di atas tanah. Tangan kanannya menutup mulutnya yang sudah ditutup masker, sementara tangan kirinya meremas bagian depan bajunya, di bagian dadanya yang terasa panas.
Sakit, sesak ....
Dadanya terasa panas, namun di sekitarnya terasa begitu dingin.
Samatoki yang melihat itu langsung mendekati (Name).
"Oi (Name)," Samatoki menyentuh punggung (Name), mengelusnya dengan perlahan, "kenapa kau tidak memakai sarung tangan atau pakaian pelindung dingin lainnya? Kau sedang sakit!"
"Lalu kenapa!"
(Name) mencoba mendorong Samatoki menjauh dengan tangan kirinya, namun Samatoki tidak bergerak dari posisinya, karena tangan yang mencoba mendorongnya menjauh, terasa begitu lemah.
"Lalu kenapa, katamu?" Samatoki memegang tangan kiri (Name), "apa kau bodoh? Mana bisa kubiarkan kau dengan kondisi seperti ini."
(Name) menggertakkan giginya.
"Kau—"
"(Name)?"
Kali ini ucapan (Name) terpotong oleh suara baru, suara yang (Name) tunggu sejak tadi. (Name) menoleh ke sumber suara tersebut.
"Naruhiko?"
Laki-laki yang memanggil (Name), Naruhiko, mengangguk kecil. Namun irisnya melebar saat melihat kondisi (Name).
"(Name), apa yang terjadi padamu?" tanya Naruhiko mendekati (Name), memegang pundak sang perempuan.
"Akan kujelaskan di perjalanan," gumam (Name) berdiri, "aku baik-baik saja."
(Name) menoleh ke arah Samatoki, kemudian menoleh ke arah Naruhiko.
"Ayo pergi."
Samatoki yang melihat mereka berjalan menjauh, diam-diam mendengus geli.
"Pada akhirnya akan sama seperti dulu, ya?"
(Name) berhenti, kemudian menoleh ke arah Samatoki.
"Baik dulu, atau sekarang, kau tetap memilih Naruhiko."
(Name) mengerutkan alisnya, lalu perlahan menutup matanya.
"Dan jawabanku akan tetap sama seperti dulu," (Name) membuka matanya—menatap datar Samatoki, "antara kau dan Naruhiko, aku akan tetap memilih Naruhiko, karena dia adalah tunanganku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top