2 - Satu Tahun
11 November 2019
Sang dokter mengangkat kedua alisnya, kemudian tersenyum dan mencatatnya ke clipboard. Selesai menulis, sang dokter meletakkan clipboard tersebut ke atas meja dan kembali menatap (Name).
"Penyakit Hanahaki ini adalah penyakit yang berbahaya, tidak ada obat logis yang bisa menyembuhkan penyakit ini," jelas sang dokter.
"Obat logis?"
"Ya, obat yang bisa menyembuhkan hanahaki ini tidak masuk akal—hingga saat perang dunia, para peneliti kebingungan dibuatnya. Ya, sampai perang dunia selesai."
(Name) berkedip beberapa kali.
"Jadi hanahaki ini bisa disembuhkan?"
"Ya," jawab sang dokter mengangguk, "ada dua cara. Pertama, dengan obat pertama yang bisa menyembuhkan hanahaki, dengan membuat cinta Anda menjadi terbalaskan."
"Yang berarti aku harus membuat Samatoki mencintaiku?" (Name) mendengus geli, "tidak mungkin, dia membenciku—aku tidak bisa memaksanya untuk mengubah perasaannya, benar? Aku bahkan tidak tahu apa dia mencintaiku saat kami menjalin hubungan dulu. Sekarang aku mengerti kenapa dokter menyebutnya tidak masuk akal."
"Bagaimana dengan cara kedua, dokter?" tanya Sasara.
"Dengan operasi khusus," jawab sang dokter menghela napas, "namun operasi ini baru ada di Amerika, jadi Anda harus ke Amerika untuk melakukan operasi. Jika Anda berencana untuk melakukan operasi khusus—saya beritahukan bahwa harganya tidak murah, mengingat penderita penyakit ini cukup banyak."
(Name) memandang sendu tangannya yang memegang kelopak Bunga Petunia.
"Bagaimana dengan mereka yang tidak memilih dua cara ini, dokter?" gumam (Name).
Sang dokter terdiam sejenak.
"Saya tidak yakin untuk memberitahu Anda, (Surname)-san."
"Jika dokter khawatir akan kesiapanku, jangan khawatir," ucap (Name) terkekeh, "aku ini cukup kaya jadi masalah biaya operasi adalah urusan belakang."
Sang dokter hanya bisa menghela napas, lalu mengangguk kecil.
"Bagi mereka yang tidak memilih dua cara ini, kemungkinan mereka untuk hidup hanya sampai satu tahun, karena bunga yang tumbuh di paru-paru mereka perlahan akan merusak hingga paru-paru mereka tidak bisa berfungsi."
"Pasti satu tahun?"
Dokter kembali mengangguk.
"Selama perang dunia berlangsung, kedokteran dunia juga meneliti penyakit ini. Semua pasien yang tidak membuat cinta mereka berbalas, perlahan kondisi mereka memburuk hingga mereka meninggal tepat satu tahun, di hari saat mereka batuk kelopak bunga untuk pertama kalinya."
Suasana menjadi sunyi, hingga terdengar suara batuk (Name).
"Mungkin aku akan ke Amerika?" gumam (Name) terkekeh, menatap kelopak Bunga Petunia yang baru keluar dari mulutnya, juga berlumuran dengan darahnya.
"Oh, dan satu lagi," ucap sang dokter menarik perhatian dua orang yang ada di depannya, "pasca operasi khusus ini, perasaan Anda kepada orang ini akan hilang, dengan kata lain—Anda tidak bisa mencintainya, baik sebagai lawan jenis ataupun sebagai teman."
[][][]
"Satu tahun, ya?"
Sasara menoleh ke sebelahnya, menatap (Name) yang menggunakan masker sedang menatap langit malam, karena lamanya pemeriksaan lengkap yang dia lakukan di salah satu rumah sakit yang ada di Osaka.
"Hei, bukannya kematianku akan jadi hadiah terbaik untuk Samatoki?" tanya (Name) menoleh ke arah Sasara, "maksudku, mendapat kabar kematian wanita yang dia benci saat ulang tahunnya terdengar seperti hadiah yang cocok."
Namun (Name) tersentak kaget saat Sasara memegang kedua bahunya, kini mata sang laki-laki terbuka, menatap serius (Name).
"Ucapanmu barusan terdengar seperti kau tidak ingin sembuh dari penyakit ini, (Name)."
"Aku hanya bercanda~" ucap (Name) terkekeh lalu senyumnya menghilang, "namun memikirkan aku tidak bisa menaruh perasaan apa-apa lagi pada Samatoki, terdengar begitu menyedihkan—hingga lebih baik aku mati saja."
"(Name)—"
"Bukannya aku sudah bilang aku bercanda!" sahut (Name) tertawa sambil mengangkat kedua tangannya, "aku tidak sebodoh itu, kau tahu itu, Sasara."
Sasara terdiam, lalu melepas pegangannya dari pundak (Name) dan kembali berjalan.
"Pastikan itu hanya lelucon basimu, (Name), karena bagiku itu sangat tidak lucu."
"Boo, maafkan aku tidak seprofesional dirimu, Tuan Sasara Nurude," protes (Name) mengembungkan kedua pipinya, perlahan menyusul Sasara.
"Karena leluconmu basi, traktir aku takoyaki."
"Eeeh?"
(Name) yang sudah di belakang Sasara perlahan berhenti, kemudian menunduk.
"Lelucon, ya?" gumam (Name), "kuharap itu juga sebuah lelucon."
Sasara yang menyadari langkah kaki (Name) tidak terdengar, ikut berhenti dan menoleh ke belakang—melihat sang perempuan sedang menunduk.
"Apa kau lupa bawa uangmu hingga kau tidak bisa membelikanku takoyaki? Baiklah, kali ini aku yang bayar, jangan diam saja di sana."
"Eh, benarkah? Yatta! Sebenarnya aku bawa banyak uang kok."
"Yang benar saja (Name), kalau begitu kau yang bayar."
"Enak saja! Kau sudah bilang kalau kau yang membayar, kan!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top