Bab 6 Snow White

Karya ini adalah hasil kolaborasi dari WWG Fantasi.

Sebelum membaca jangan lupa tekan tombol bintang ya teman-teman.

IG: kanonaiko

Kucing berbulu cokelat belang hitam melompat riang. Burung-burung kecil itu berputar mengelilingi tubuh Madoka. Merek bukan binatang berkaki empat, melainkan cup cake hang dipegang oleh Madoka. Sang kucing bertubuh gemuk membagikan remah-remah kue. Langsung saja diserbu oleh kawanan burung.

Madoka tertawa lirih. Langkahny a yang tegap mantap menginjak bumi. Semburat senja menghiasi wajah bulat Madoka. Manik zamrud itu menangkap sebuah bangunan kastil.

"Madoka!"

Si kucing gemuk menoleh ke belakang. Ternyata yang memanggilnya adalah Fuma.

"Fuma!"

Keduanya saling berpelukan. Madoka sangat senang bertemu dengan adiknya. "Dari mana saja kau, Fuma?"

"Aku baru saja dari tempat kastil pangeran," jawab si kucing putih belang abu-abu antusias.

"Ku kira kau bersama tuan pangeran." Madoka membuka buntelannya. "Ohya, ini aku bawakan sesuatu untukmu."

Mata gelap Fuma berbinar. "Wah, apa itu?"

"Permen lolipop. Ambillah untukmu," Madoka menyerahkan benda bulat menggiurkan kepada Fuma.

"Aku suka permen. Terima kasih, kakak tertua," ucap Fuma senang.

"Sama-sama. Ngomong-ngomong hari semakin gelap. Ayo kita ke sana."

Fuma mengangguk. "Ayo."
.
.
.
Di kastil berwarna abu-abu itu menjulang megah. Bunga mawar berwarna merah tumbuh subur. Tanaman berduri itu bergoyang karena nyanyian merdu dari seorang gadis.

Gadis memakai pita merah sedang mengepel lantai depan kastil. Seekor kucing lucu tertidur pulas di pot bunga yang kosong. Pelan-pelan gadis itu memindahkannya ke samping agar air bekas pel tidak mengenai si kucing.

"Tidurlah dengan nyenyak, kawanku," ucapnya lembut.

Manik hitam sang putri menangkap dua ekor kucing sedang berjalan ke arahnya. Tentu saja gadis cantik itu sangt senang.

"Wah, ada dua ekor kucing yang lucu." Baru saja dia mendekat Fuma langsung sembunyi di belakang Madoka. Kedua alis sang gadis terangkat. "Oh maaf, tampaknya aku menakutkanmu ya, kucing manis? Tenanglah, aku akan menjadi sahabat baikmu."

Senyum menawan sang putri membuat Fuma tenang. Dengan perlahan dia mendekat. Belaian tangan wanita berpita merah membuat Fuma tidak takut lagi. Sebagai gantinya dia menjilat punggung tangannya.

Gadis itu tersenyum senang. Lalu dia menggendong si kucing bertubuh gemuk. "Kau berat sekali," kekehnya.

"Snow White! Cepat masuk. Pekerjaan lain sedang mrnantimu!" teriak seorang wanita dari atas kastil.

"Baik, Bu."

Fuma dan Shinju lari tunggang langgang mendengar teriakan si wanita. Setelah membersihkan tubuhnya dia berdiri di dekat jendela. Mata nya yang lentik terbelalak ketika melihat seorang pemuda tampan sedang duduk di atas pagar kastil.

Pangeran tampan itu memberi kiss-bye kepada si putri yang disambut dengan lambaian tangan.

"Namaku Prince Charming."

"Charming?" ulang sang putri.

Pangeran itu berdehem. "Perkenalkan, namaku William. Katakan siapa namamu?"

"Aku Snow White," jawabnya malu-malu.

Madoka yang berdiri di sebelah snag putri tampak mengeja namanya. Oh putri Snow White, gumamnya.

"Sampai jumpa Snow White yng cantik."

"Sampai jumpa, William," balas Snow White sambil menutup jendela.

Hari semakin larut. Hanya terdengar suara jangkrik malam. Sang putri sudah terlelap. Sedangkan Madoka mengendap-endap berjalan ke lantai bawah.

Madoka mengawasi sekeliling kastil. Samar-samar terdengar suara serak dari dalam ruangan tertutup. Madoka berjalan mendekat. Lalu, dia menempelkan sebelah daun telinga ke pintu.

"Wahai cermin, katakan padaku. Siapakah yang tercantik saat ini?" tanya ibu tiri Snow White.

"Snow White," ujar sang Cermin.

"Snow White lagi ...." geram si ibu tiri.

Madoka terkejut mendengarnya. Gawat, ini tidak bisa dibiarkan. Perasaanku tidak enak, batin Madoka. Suara langkah kaki dari dalam mendekat ke pintu. Madoka lari ke tangga atas dengan secepat kilat.

Terdengar suara pintu terbuka. "Siapa di sana?"

Hening.

Tidak ada siapa-siapa.

Wanita itu lalu menutup pintu kembali. Kemanakah Madoka? Ya. Si kucing gemuk dan tangguh bersembunyi di pilar. Fiuh ... Madoka bernapas lega.

*****

Keesokan harinya sang ibu tiri merencanakan sesuatu. Maka dipanggilah seorang pengawal kepercayaan Snow White. Lalu, Si putri pun pergi. Diam-diam Madoka mengejar dari belakang.

Tibalah pengawal dan tuan putri ke padang bunga beraneka warna. Lelaki bertubuh hendak membunuh gadis berpita merah.
Tetapi, tidak jadi. Dia malah mengusir si putri pergi jauh-jauh. Snow White menjadi sedih terus berlari masuk ke dalam hutan. Dia menemukan rumah kurcaci dan beristirahat di sana.

Madoka mengikuti Snow White sekalian mencari Fuma dan Shinju menghilang sejak kemarin.

Kemana Shinju dan Fuma? Gumam Madoka. Bulan tertutup oleh awan. Dia cemas memikirkan adik-adiknya. Madoka merasa seperti menginjak sesuatu.

Perlahan-lahan bulan pun muncul. Mata hijau Madoka terbelalak lebar. Di tanah terdapat dua tubuh terbujur kaku. Madoka terduduk lemas dan berlinang air mata.

Malam semakin larut. Setelah makan malam para kurcaci berdansa dengan Snow White. Semua bergembira ria.

Namun, ada satu ekor sedang bersedih. Dengan kekuatan sihir yang dia punya, satu lubang galian siap untuk mengubur dua ekor kucing. Madoka meletakkan tubuh terbujur kaku hati-hati. Kemudian dia menuliskan nama itu di papan menghunakan belati tulang ikan dan menancapkan ke kuburan.

Madoka membuka buntelan berisi dua permen. Dia meletakkan penganan manis di atas pusara.

"Padahal baru saja aku ingin memberikan ini kepada kalian," isak Madoka.

Selamat tinggal adik-adikku, Fuma dan Shinju. Semoga kalian tenang dalam tidur yang panjang. Aku akan mencari Nenek Peach, gumam Madoka sambil menyeka air matanya.

*****

Pagi menjelang. Madoka menguap lebar-lebar. Tercium bau makanan terhidang di meja makan dari dalam rumah. Oh, ada susu!

Snow White sedang membuat pie apel. Seorang nenek tua menghampiri dan memberi sebuah apel merah kepada Snow White. Putri itu langsung memakan buah dan roboh seketika.

Madoka terkejut setengah mati. Wanita itu ibu tiri Snow White! Kurang ajar! Geram Madoka. Kucing gemuk itu langsung mengejar si nenek sampai ke atad bukit. Madoka belum mengeluarkan belati, sang nenek tua tersandung dan jatuh ke jurang.

"Huh, rasakan!" kata Madoka. Kemudian, dia turun ke bawah untuk melihat keadaan Snow White.

Tubuh Snow White terbujur kaku di dalam peti kaca. Para kurcaci menangis tersedu-sedu. Madoka hanya menunduk terdiam ikut menundukkan kepala.

Dari jauh seorang pemuda datang dengan kuda kesayangannya.

Semua yang ada di situ menghambur ke pelukan sang pangeran. Mata biru itu menatap tubuh terbujur kaku di dalam peti kaca.

"Oh, Snow White ....." ratap Pangeran William sedih. Dia menunduk dan mengecup bibir merah sang putri. Gadis berpita merah membuka matanya. Pertama orang yang dia lihat adalah pemuda yang sangat tampan.

"Pangeran William."

Madoka tentu sangat senang akhirnya sang putri hidup kembali. Dengan perlahan dia berjalan ke arah barat.

Madoka terus berjalan ke mana kakinya melangkah. Dia harus mencari Nenek Peach. Sang wanita tua kesayangannya. Kucing gemuk itu tidak mau membuang waktu.

Bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top