Prolog

Di sebuah pedesaan yang terletak di tengah Pulau Dongeng, tinggallah seorang wanita tua yang memiliki banyak kucing. Perempuan itu hidup layaknya seperti penduduk kebanyakan. Namun, tidak ada yang tahu bahwa dia adalah seorang penyihir dengan para kucing ajaibnya.

*****

Kuro adalah sejenis kucing anggora dengan bulu yang lebat dan hitam. Mata kuningnya berpendar terang, dan ia sangat suka bermain di tempat yang minim cahaya.

Begitu pula hari ini, Kuro memilih berada di bawah tangga lantai satu dekat kamar kamar Nenek Peach-begitulah Kuro memanggilnya. Nenek Peach adalah seorang wanita paruh baya, dengan rambut yang sudah memutih serta kaca mata bulat yang setia bertengger di wajahnya, ia sangat menyayangi kucing -kucing peliharaannya.

Sebuah bola benang menggelinding, Kuro menundukan sedikit badannya, mata kuningnya menatap target, ekor hitamnya berkibas sebelum menerjang bola tersebut. Dengan kaki bagian depan ia meloncat, menangkap bola itu kemudian mengendusnya, lalu berguling sambil membawa gulungan dalam gigitannya. Bola itu terlepas, kembali menggelinding dan Kuro menggejarnya lagi.

Jangan tanya dari mana ia mendapatkannya, selain menyembuhkan orang, Nenek sangat suka menyulam. Beliau sering membuatkan beberapa helai pakaian untuk para kucing. Dan Kuro sangat tergoda melihat salah satu gulungan berwarna hijau itu, Kuro pun mengambilnya tanpa sepengetahuan Nenek. Asalkan bola benang itu tidak hilang, Kuro yakin ia tidak akan dimarahi.

Pergerakan Kuro sedikit terhenti ketika indera penciumannya mengendus aroma yang sangat ia suka. Sepertinya Nenek sudah selesai memasak. Buru-buru ia menuju dapur.

Jam raksasa yang berada di ruang tamu berdentang nyaring menunjukkan pukul dua belas siang dan mengejutkan kucing putih yang sebelumnya sedang tidur terlentang di atas. Itu adalah Chiya, ia refleks mengeong marah sambil melengkungkan tubuh ke arah benda yang mengganggu tidurnya.

Chiya [ harianimey ]

Kuro menyeringai, mungkin sesekali ia yang harus mengganggu tidur Chiya, sangat menyenangkan melihatnya kesal seperti itu.

"Makan siang sudah siap!" seru Nenek dari dapur.

Dengan keempat kakinya, Kuro melangkah cepat. Aroma sayur bercampur daging tercium semakin kuat. Ugh, perutnya benar-benar lapar.

Ada tiga belas kursi yang mengelilingi sebuah meja besar di sana, Kuro menghampiri Nenek, melingkar di kakinya sambil sesekali mengeluskan badannya guna membujuk Nenek bahwa ia sangat kelaparan.

"Cuci tangan dulu!" Perintah Nenek pada semua kucing yang sudah berkumpul di dapur.

Ouwh... Kuro benci cuci tangan, ia tidak suka air apalagi air yang banyak. Maka ia membiarkan para saudaranya berebut tempat lebih dulu ke westafel.

Namun, mata Kuro menangkap sesuatu yang menggiurkan. Topaz, kucing coklat berbulu panjang dengan loreng hitam yang berada paling belakang. Disadari atau tidak, penampakan ekor Topas dari belakang yang bergerak lincah itu, mengingatkannya pada untaian bola benang yang baru saja ia mainkan.

Topaz [ Benitobonita ]


Kuro merundukkan badannya, matanya menatap target bergerak itu, dan... loncat. Tepat sasaran! Kuro menginjak ekor Topas.

Topaz yang terkejut pun kesakitan, ia terperanjat dan refleks mendorong Chiya yang berada di depannya, Chiya menimpa badan Lian. Seketika suasana semua menjadi gaduh. Kucing-kucing lain di depan pun berjatuhan dengan cara paling mengenaskan.

Kuro melihat Black ky, kucing jantan yang hitam legam seperti dirinya menginjak Madoka. Sehingga Madoka mengeluarkan cakarnya dan balas menampar Black ky.

Black ky [ubi_master_108 ]

Di sisi lain ada Fuma, kucing putih dengan bulu keabu-abuan di bagian kepala dan telinga itu tengah mengelus kumisnya. Ya ampun, kumisnya tercabut. Kuro tak bisa membayangkan rasanya. Bagi Kuro kumis adalah sumber kekuatannya, bila kumis itu terpotong ia akan seperti orang yang buta arah.

Fuma

Kuro juga melihat kucing cokelat yang ia tahu bernama Chocola mendarat tidak mulus di bawah westafel dengan kepala membentur tembok. Aw... pasti sangat menyakitkan.

Chocola [pyorong07]

"Baris yang rapi atau tidak ada makan siang untuk kalian!" Nenek Peach sudah melempar ancaman.

Diam-diam Kuro mengernyit dalam hati, semua kerusuhan ini karena dirinya. Ia janji akan meminta maaf pada saudara-saudaranya, nanti.

Nenek Peach menunjukkan wajah jengkel. Dia melanjutkan," Setelah makan siang, aku akan pergi sebentar dan kembali nanti malam. Apa kalian dapat bersikap manis selama aku tidak ada?"

Suara ngeongan yang bersahut-sahutan membuat wanita tua itu tersenyum kecil. Nenek Peach kemudian memandang kucing cokelat belang hitam yang duduk dengan patuh, lalu berkata, "Madoka, kamu adalah kucing tertua. Jaga saudara-saudaramu."

Madoka [kanonaiko]

Kucing yang dimaksud mengangguk sambil mengeong. Nenek menghela napas lega. "Kalau begitu cuci tangan kalian sekarang."

Suara letupan kecil terdengar saat salah satu kucing berubah menjadi seorang bocah berumur sembilan tahun.

Kuro pun tak mau kalah, ia berputar dan seketika tubuh kucingnya menjelma menjadi anak perempuan berusia tujuh tahun, dangan rambut hitam panjang terikat dua di kiri dan kanan.


Kuro dan sebelas saudaranya dengan patuh mencuci tangan mereka, ia duduk di samping Mochi untuk menikmati makan siang.

Mochi [Dyah_putri19]


Setelah makan Kuro berencana melanjutkan bermain dengan bola benang Nenek. Astaga, Kuro lupa. Di mana terakhir kali ia meninggalkan gulungan itu? Ia harus segera menemukannya sebelum Nenek pulang, atau ia akan dimarahi. Pikir Kuro dalam hati.

Baik Kuro mau pun sebelas kucing lainnya, tidak ada yang menyadari bahwa mereka tidak akan pernah dapat melihat Nenek Peach lagi.

*****


Ini adalah story fantasi pertama aku yang digarap bersama dengan teman-teman oenukis Fantasi lain. Semoga menghibur. Maaf kan typo dan puebinya yang masih berantakan.

Oia, Happy Birthday buat bunda kanonaiko. Wish you all the best 😍

Thank you for reading, dont forget to vote & coment! Karena bagi kami, vote dan koment kalian adalah sumber energi dan semangat 😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top