KESEBELAS: NAMA UNTUKNYA

Filk terus saja berlari menuju penginapan tempat teman-teman party-nya menunggu. Saking tergesa-gesanya, dia sering-sering menabrak orang-orang yang berlalu-lalang. Sampai akhirnya dia sampai di dalam penginapan, tepatnya kamarnya.

Setelah pintu terbuka, Filk langsung disambut oleh mata pedang kayu milik Dinda. "Filk, cepat jelaskan kepadaku apa yang telah kau lakukan kepada Priska di tempat yang gelap?" tanya Dinda dengan aura mengerikan.

"Te-Tenang dulu... na-nanti aku ceritakan. Jadi, turunkan dulu senjatamu..." pinta Filk ketakutan.

Perlahan Dinda menurunkan pedang kayunya, tapi tatapannya masih sangat tajam sekali dan mengeluarkan aura mengerikan. "Selain itu, suara mengerikan apa yang terdengar di dekatmu? Apa itu suara monster?"

Filk pun memasuki kamar. "Sudah kubilang, kan, nanti aku jelaskan. Untuk sekarang, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Apakah monster bisa berteman dengan manusia atau ras lainnya?"

"Bisa, tapi hanya dengan beberapa monster tertentu. Tentu paling utama dengan monster yang jinak," balas Noe berwujud kucing.

"Selain itu, monster juga bisa dijadikan sebagai makhluk kontrakan," tambah Ayumi.

"Eh, makhluk kontrakan?"

"Itu adalah sebutan untuk monster yang melakukan kontrak dengan manusia atau ras lainnya agar menjadi tuannya. Mudahnya monster itu akan menjadi pelayan Octer yang melakukan kontrak dengannya. Oh iya, Octer itu sebutan untuk manusia atau ras lain yang melakukan kontrak dengan monster."

"Bagaimana caranya menjadi Octer?"

"Ada dua cara. Pertama, kalahkan monster yang ingin dikontrak, jangan sampai membunuhnya. Kemudian keluarkan sihir pengontrakan paksa, maka otomatis monster itu akan menjadi pelayanmu. Sedangkan kedua, mendekati diri dengan monster yang ingin dikontrak. Cara ini jarang sekali digunakan, karena akan beresiko tinggi, apalagi dengan monster yang berbahaya. Tapi, cara kedua, kualitas kekuatan monster yang dikontrak akan lebih cepat meingkat dibanding dengan cara pertama. Karena perasaan mereka saling bersatu dan itu bisa menjadi motivasi untuk monster maupun Octer agar bertambah kuat," terang Ayumi.

"Tunggu, cara kedua itu tidak perlu menggunakan sihir?"

"Iya. Hanya membutuhkan kesepakatan dari dua belah pihak dan beberapa syarat yang harus dilakukan."

"Apa ini ada hubungannya dengan Priska?" tanya Dinda.

"I-Itu..."

Tiba-tiba terdengar suara dobrakan pintu dengan keras sekali. Mereka langsung mengalihkan perhatian ke arah pintu. Dapat dilihat seorang pria muda yang ngos-ngosan sedang berdiri di sana.

"Ka-Kalian para petualang dan penyihir, kan?" tanya pria itu sambil mengatur napasnya.

"Iya. Ada apa?" jawab Noe.

"Monster! Ada monster di hutan dekat kota!!" jawab pria itu dengan nada tinggi. "Tolong bunuh monster itu!"

"Baiklah, kami akan kalahkan monster itu. Bagaimana ciri-cirinya?"

"Me-Menurut gadis kecil yang melihatnya tubuhnya besar, berdiri dengan tangannya, kakinya terangkat, kepalanya terbalik, dan ada sesuatu yang mengerikan menempel di punggungnya!" terang pria itu tergesa-gesa. "Cepatlah, karena monster itu membawa dua temannya!"

"Kalau begitu, ayo semuanya!"

Mereka pun pergi ke dalam hutan. Setelah cukup jauh di dalam hutan, Filk menghadang mereka.

"Kenapa kau menghalangi kami, Iki?" tanya Noe.

"Ada yang ingin aku katakan. Ini soal monster yang dimaksud orang itu."

Filk pun menceritakan semuanya, padahal awalnya dia tidak ingin menceritakan mengingat Priska memintanya untuk merahasiakannya. Tapi melihat kondisi ini, Filk tidak punya pilihan lain.

"Pantas saja kau menanyakan itu," ucap Noe setelah mendengar cerita Filk.

"Jadi, tolong jangan bunuh monster itu! Karena Priska menganggapnya sebagai teman!" pinta Filk. "Maka dari itu, aku minta tolong agar kalian membantunya untuk melakukan kontrak dengan monster itu. Tentu dengan cara yang kedua."

"Maaf, Tuan. Tapi prosesnya cukup lama sekali," balas Ayumi. "Tuan lihat, kan? Saat kita pergi ke hutan ini, beberapa warga berkumpul di tengah kota sambil membawa senjata. Sepertinya mereka akan mencari monster itu juga. Kalau mereka melihat kita saat melakukan proses pengontrakkan, maka kita akan dianggap sebagai penjahat, terutama Priska yang menjadi Octer-nya."

"Jadi kita tidak ada pilihan lain selain menggunakan cara pertama yang prosesnya lebih cepat, yaitu mengalahkannya sampai tak berdaya, lalu lakukan pengontrakannya. Atau kalahkan monster itu."

"Ta-Tapi..."

"Kami paham perasaanmu, tapi kalau kita tidak bertindak untuk mengurus atau mengalahkan monster itu, maka warga akan semakin resah dan kekacauan akan bertambah parah."

Filk tidak mengatakan apa-apa, dia kebingungan. Di dalam hatinya, dia ingin sekali membantu Priska. Tapi di sisi lain, keinginannya bisa merugikan banyak orang, dan hal itu membuat Filk menjadi bimbang. Menolong Priska dengan menyelamatkan monster itu atau membantu warga dengan membunuh monster itu.

Filk pun menghela napas panjang, kondisinya mulai membaik. Dia mengangkat kepalanya, menatap ke arah mereka semua. Bertanda keputusan Filk sudah ditentukan.

***

"Maaf, Priska. Kami harus menyingkirkannya," ucap Filk menatap tajam ke arah monster itu.

"Tu-Tunggu, Filk..." Priska mencengkram kain jubah Filk dari belakang. "Ja-Jangan... Dia temanku..." mohon Priska.

"Ini untuk kepentingan warga, agar keadaan tidak menjadi kacau dan menenangkan kekhawatiran warga."

"Tidak... Dia tidak akan menyerang manusia, aku jamin itu. Maka dari itu... Aku mohon... jangan bunuh dia..." mohon Priska lagi, kali ini air matanya keluar dari kedua matanya.

"Dinda, bawa Priska pergi dari sini!"

"Tidak, tidak mau! Filk, jangan!"

Dinda pun menarik lengan Priska untuk dibawa pergi, tapi Priska melawan. Jadi, Dinda terpaksa menambah kekuatan tarikkannya. Akhirnya Dinda berhasil membawa paksa Priska menjauh.

"Tidakkk!! Lepaskaaannn!!" teriak Priska meronta-ronta agar terlepas dari Dinda.

Mendengar teriakkan itu, monster itu langsung berteriak keras dan meluncurkan tentakelnya dengan brutal ke arah Filk. Tapi sebuah dinding batu yang tiba-tiba muncul di hadapan Filk, berhasil melindungi Filk dari tentakel itu. Lalu, Filk pun berlari ke arah monster itu.

Monster itu tidak akan membiarkan Filk mendekat, jadi dia meluncurkan kembali kedua tentakelnya untuk menyerang Filk. Tapi, satu tentakelnya berhasil ditahan oleh ikatan dari pedang rantai Rosia dan bola api besar milik Ayumi yang berhasil membuat tentakel satu lagi terpental.

Filk yang hampir saja sampai, langsung disambut oleh tendangan menusuk dari monster itu. Karena tidak bisa menghindarinya, Filk memutuskan untuk memukul telapak kaki monster itu. Lalu, Filk terpental sampai menabrak pohon karena perbedaan kekuatannya dengan monster itu.

Tentakel yang terkena bola api Ayumi menyerang Rosia yang sedari tadi menahan tentakel satu lagi. Rosia langsung melepaskan pedang rantainya dari tentakel, lalu menghindari serangan monster itu. Monster itu menyerang Rosia dengan kedua tentakelnya dengan brutal dan Rosia menghindarinya dengan gesit.

Di sisi lain, Filk bangkit sambil merenggangkan seluruh tubuhnya. Lalu dia berkonsentrasi untuk mengumpulkan petir di kedua tangannya. Perlahan listrik biru terkumpul di kedua kepalan tangan Filk, sampai listriknya menyarungi seluruh kepalan tangan Filk.

"Rosia, Ayumi, bantu aku!" teriak Filk.

Kedua gadis itu pun mengangguk tanda menerima perintah Filk. Rosia masih terus terbang kesana-kemari dengan gesit untuk memancing perhatian sambil menghindari serangan monster itu. Sedangkan Ayumi menembakkan bola api untuk membantu Rosia menyibukkan monster itu.

Monster itu masih fokus menyerang Rosia, akibatnya dia tidak menyadari Filk yang berlari ke arahnya. Setelah dekat, Filk meloncat untuk meluncurkan pukulan petirnya. Melihat itu, Rosia langsung terbang menjauh sambil melemparkan sebuah bom dan Ayumi menghentikan menembakkan bola apinya.

"Rasakan ini!" teriak Filk.

Bom itu meledak dan menciptakan asap putih yang tebal sekali, menutupi sekitar monster itu. Filk pun memasuki kepulan asap itu. Setelah cukup lama masuknya Filk, sebuah ledakan besar terjadi. Angin dari ledakan itu berhasil menyapu bersih kepulan asap putihnya. Tanah yang sudah hancur dapat dilihat, begitu juga dengan Filk yang merupakan pelaku dari ledakan itu sedang berdiri di tengah-tengah tanah yang sudah hancur.

Melihat monster itu tidak ada di tempatnya, seluruh warga yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon-pohon yang cukup jauh dari tempat pertarungan, keluar sambil bersorak gembira dan bertepuk tangan.

"Terima kasih, para petualang dan penyihir!" ucap salah satunya.

"Itu sudah menjadi tugas kami," ucap Filk menghampiri mereka bersama Rosia dan Ayumi.

"Hadiahnya akan kami serahkan besok. Untuk sekarang, kami akan mengadakan pesta tanda terima kasih kami untuk kalian," ucap pria yang sepertinya pemimpin kota tersebut.

"Kami sangat tersanjung atas perhatian Bapak," ucap Rosia.

Malam hari pun tiba. Pesta pun dilaksanakan di tengah kota. Banyak sekali makanan-makanan terhidang di sana, beberapa hiburan musik, dan orang-orang yang menikmati pesta menari-nari bersama. Mereka semua sangat menikmatinya, begitu juga dengan Filk dan lainnya.

Filk perlahan memisahkan dirinya dari orang-orang, meninggalkan teman-temannya yang sedang menikmati hidangan pesta. Dia berjalan menuju taman yang tidak tersorot oleh hiasan pesta yang membuat suasannya sepi. Di sana Filk duduk di kursi taman, menikmati malam tenangnya.

"Filk..."

Mendengar panggilan itu, Filk mengalihkan pandangannya dari langit malam menuju orang yang memanggil itu. Ternyata itu adalah Priska. "Oh, Priska..." Filk kembali melihat ke langit malam.

Priska berjalan mendekati Filk. "Padahal kau sudah berjanji tidak akan melukainya, bahkan sampai membunuhnya. Kau sudah mengkhianati perasaanku... Aku sangat membencimu..."

Filk yang mendengar itu hanya bisa menerimanya saja dan masih terus melihat ke arah langit malam.

"Awalnya aku berpikit begitu, tapi ternyata kau tidak melakukan itu." Priska menundukkan badannya. "Terima kasih karena sudah menyelamatkan Kilf."

Filk pun melihat ke arah Priska. "Eh, kau sudah memberikan dia nama. Berarti proses kontraknya berhasil."

Priska mengangkat badannya. "Iya, sekarang aku menjadi Octer dan bisa bersama dengan Kilf. Bahkan, sekarang aku bisa memahami bahasanya."

"Hebat! Aku juga jadi ingin menjadi Octer!"

Priska pun duduk di samping Filk. "Filk, kenapa kau sampai mau melakukan itu untukku?"

"Hm? Ah, tentu saja karena kau adalah temanku. Sesama teman harus saling menolong," balas Filk dan memberikan senyuman lembut. "Jangan lupa berterima kasih kepada mereka juga."

"Iya~" balas Priska dan memperlihatkan senyuman manisnya.

###

Dinda membawa Priska memasuki gua kecil, di mana tempat Priska dan monster itu pertama kali bertemu. Sesampainya di sana, Dinda menurunkan Priska yang sedari tadi menangis keras.

"Priska, jangan menangis. Filk tidak akan melukai monster itu," ucap Dinda.

Priska perlahan menghentikan tangisnya. "Ta-Tapi... tadi... Filk bilang..."

"Tentu saja itu tidak benar. Dia melakukan itu untuk melakukan drama mengelabui warga sekitar. Mereka berpura-pura menyerang monster itu, padahal sebenarnya mereka menyelamatkan monster itu."

"A-Apa maksudnya...?" bingung Priska.

"Nanti juga kau bisa melihatnya. Ah, itu dia! Lihatlah ke belakang!"

Priska pun balik badan, dia melihat sebuah lingkaran sihir tiba-tiba muncul cukup jauh dari tempatnya. Lalu, monster teman Priska muncul. Melihat itu Priska terkejut sekaligus senang.

"Ke-Kenapa bisa...?" bingung Priska.

Dari belakang monster itu, muncul kucing berbulu putih. Lalu, kucing itu berlari menghampiri Dinda dan Priska.

"Kerja yang bagus, Noe," ucap Dinda.

"Tadi hampir saja aku mati. Iki harus membayar semua ini!!" kesal Noe.

"A-Apa yang sebenarnya terjadi?" bingung Priska, air matanya sudah berhenti keluar.

"Sudah kubilang kan, sebenarnya mereka melakukan drama mengelabui warga sekitar. Mereka menyerang monster itu untuk mengelabui warga yang sedang menonton, nah di saat itu Noe perlahan mendekati monster itu untuk nanti dikirim ke sini dengan sihir teleportnya."

"Sudahlah, nanti lagi penjelasan lebih lanjutnya. Sekarang kau harus segera melakukan kontrak dengan monster itu!" perintah Noe.

"Kontrak?"

"Akan panjang penjelasannya. Tapi intinya, kau ingin monster itu selamat, kan?"

"I-Iya!"

"Kalau begitu, lakukan apa yang kuperintahkan. Sekarang, kau harus pikirkan nama untuk dia."

Priska pun menutup matanya, mencarikan nama yang bagus untuk monster itu. Tak lama kemudian, Priska membuka matanya. "A-Aku sudah menemukannya..."

"Selanjutnya, kau dekati monster itu. Lalu katakan 'Wahai monster yang kupilih, maukah kau menjadi pelayanku?'"

Priska pun berjalan ke hadapan monster itu. Lalu, dia melakukan apa yang diperintahkan oleh Noe. Tiba-tiba Priska mendapatkan dirinya di ruangan putih sekali. Selain itu, hanya ada dirinya dan monster itu saja di ruangan putih itu.

"Aku akan menerima Anda menjadi tuan saya."

Priska yang mendengar kalimat itu langsung kaget dan melihat monster itu. "Ta-Tadi..."

"Iya, itu suara saya. Sudah lama sekali saya menunggu ini."

"Kau bisa bicara... Ke-Kenapa? Dan kita ada di mana?"

"Saya membawa Anda ke ruang bawah sadar saya, itulah kenapa saya bisa bicara dengan Anda."

"Oh iya, apa maksudnya dengan melakukan kontrak? Memangnya kontrak apa yang akan kita lakukan?"

"Penjelasan selanjutnya nanti saya jelaskan setelah selesai. Sekarang kita harus segera menyelesaikan kontraknya, mereka pasti menunggu Anda."

"Baiklah. Lalu, apa yang harus aku lakukan selanjutnya?"

"Beri saya nama. Itu sebagai tanda bahwa aku sudah resmi menjadi pelayanmu."

"Kilf. Apa kau menyukainya?"

"Saya akan menerimanya, Nona Priska. Saya Kilf, akan melayani Anda, melindungi Anda walau nyawa taruhannya, dan selalu berada di sisi Anda."

Cahaya yang menyialukan datang dari monster itu. Bertanda proses kontraknya selesai.

###

Keesokan harinya, Noe beserta party-nya akan melanjutkan perjalanannya. Sekarang mereka sedang menunggu Filk yang menemani Priska yang akan pamit dulu ke orangtuanya. Mereka berdua sedang di depan gerbang, kedua orangtua Priska mengantar Priska yang akan pergi. Priska memutuskan untuk ikut berpetualang bersama Filk. Selain karena keputusannya ingin menjadi istri Filk, tapi juga Priska ingin membantu Filk sebagai party-nya.

"Hati-hati di jalannya," pesan ibu Priska. "Filk, tolong jaga Priska, ya."

"Tentu sa-" Kalimat Filk terpotong karena tiba-tiba ayah Priska menarik kerah Filk.

"Awas saja kalau kau tidak bisa melindunginya atau sampai membuat dia menangis, akan kubunuh kau!" ancam ayah Priska.

"Ba-Baik, aku akan menjaganya!"

Ayah Priska menarik kepala Filk, lalu mendekatkan mulutnya ke daun telinga Filk. "Billi dan Yesi, itulah nama kedua orangtua kandungnya. Mereka juga seorang petualang, jadi mungkin di perjalanan kau bertemu dengan mereka. Yesi wanita elf dan Billi manusia berbadan besar," bisik ayah Priska.

"Aku mengerti," jawab Filk. Lalu ayah Priska melepaskan cengkramannya dan Filk menjauhkan kepalanya.

"Nah, Priska, selamat berjuang," tambah pesan ibu Priska.

"Hm, aku akan berjuang!"

Kedua orang yang selama ini sudah merawat Priska akhirnya pergi, menandakan mereka merelakan kepergian Priska. Kemudian Filk dan Priska berjalan menuju tempat teman-temannya menunggu. Tapi, di tengah jalan Priska menarik lembut lengan jubah Filk. Filk pun berhenti dan melihat ke arah Priska.

"Ada apa, Priska?" tanya Filk.

"A-Ada yang ingin aku sampaikan," jawab Priska. "Jadi, tolong dekatkan telingaku kepadaku."

Filk pun melakukan yang diminta Priska. "Apa?" tanya Filk lagi.

"U-Untuk ke-ke depannya, mohon bantuannya, suamiku~" ucap Priska. Lalu dia mencium pipi Filk.

Filk yang mendapatkan hal itu, wajahnya langsung merah padam dan terdiam kaku. Tapi, kekakuan Filk berubah menjadi kaku ketakutan, setelah merasakan aura mengerikan dari belakangnya.

"Filk..." panggil Dinda dengan nada mengerikan dan sudah menghunuskan pedang kayunya.

Filk yang merasakanitu hanya bisa pasrah, dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top