KELIMA: VAMPIRE PUN TERTARIK

Di sebuah hutan, di sore hari. Filk sekarang sedang berlutut di depan Dinda dan Noe wujud kucing yang menatap ke arahnya tajam, sedangkan Ayumi berdiri di samping Dinda. "Su-Sudahlah, kalian berdua... kasihan Tuan..." ucap Ayumi.

"Tidak bisa, dia benar-benar harus dihukum karena sudah membuatmu menangis dan khawatir," jawab Noe.

"Noe benar, padahal Ayumi sangat mengkhawatirkanmu tapi kau malah bersenang-senang bertarung dengan monster-monster," sambung Dinda.

"Ma-Maaf... ha-habisnya pria itu sedang membutuhkan bantuanku, jadi aku tolong..." jawab Filk menundukkan kepala. "La-Lagipula aku tiba-tiba terjatuh dari sapu terbang Ayumi, kemudian masuk ke dalam lubang hitam, dan berakhir di hutan entah dimana... Tentu saja itu membuatku bingung, jadi aku putuskan jalan-jalan untuk menghilangkan bosan... Kemudian, tidak sengaja melihat ada dua monster hendak menyerang seorang pria, lalu aku menyelamatkan pria itu..."

"I-Iya, aku mengerti, Tuan. Aku tadi hanya mencemaskanmu..." jawab Ayumi sedikit malu-malu. "To-Tolong maafkan, tuan-ku, aku mohon."

Mereka berdua pun tidak menatap tajam ke arah Filk. "Hah... baiklah, kalau Ayumi memaafkannya," jawab Noe.

"Mungkin sebaiknya kita belikan dia cermin penghubung," ucap Dinda.

"Cermin penghubung?" heran Filk.

"Iya, itu adalah alat untuk berkomunikasi. Jadi, kita bisa saling menghubungi apabila berpisah."

"Oh, semacam handphone..." gumam Filk.

"Kalau begitu, ayo kita pergi, hari mulai gelap."

***

Pagi hari pun tiba, dimana mereka akan pergi dari kota menuju kota selanjutnya. Mereka dalam perjalanan menuju kota selanjutnya, tepatnya berjalan di sekitar hutan. Sebelum pergi, Filk dibelikan cermin penghubung. Bentuknya persegi, ukurannya tidak terlalu besar karena bisa digenggam oleh satu tangan, seluruhnya cermin bening.

"Ternyata mirip dengan smartphone... tidak, malah lebih terlihat canggih," komentar Filk. "Aku bahkan tidak menyangka ini adalah cermin..."

"Memangnya di duniamu ada benda seperti ini?" tanya Dinda.

"Iya, hanya saja seluruhnya bukan cermin dan ada casing... maksudnya, pelindungnya di belakang."

"Oh, cermin penghubung juga memiliki karet pelindungnya, coba pakai yang punyaku dulu." Dinda merogoh saku pakainnya, kemudian mengeluarkan cermin penghubung yang sudah dilapisi oleh benda terlihat seperti karet. Dinda pun mencabut karet itu. "Maaf, aku lupa bilang untuk membeli sekaligus dengan pelindungnya. Jadi, pakai dulu punyaku." Dinda menyodorkan karet itu ke Filk.

Filk menerimannya, lalu mengamati baik-baik karet itu. "Bentar, ini mirip casing!"

"Tuan, aku juga punya," ucap Ayumi sambil menunjukkan kaca penghubung yang bagian belakangnya dilindungi oleh karet berwarna merah muda.

"Apa mungkin pencipta pertama cermin penghubung terinspirasi dari smartphone di duniaku?" gumam Filk.

"Stop!" teriak Noe tiba-tiba.

Mereka bertiga langsung berhenti, lalu melihat Noe yang berwujud kucing berada di depan mereka. "Ada apa, Noe?" tanya Dinda.

"Aku merasakan ada aura mengerikan."

"Dimana?"

Noe melihat sekitar, tapi tak melihat apapun. Sampai akhirnya menyadari... "Di atas!!"

Refleks mereka semua melihat ke atas, ternyata sesuatu meluncur ke arah mereka... tepatnya ke arah Filk dengan cepat. Entah karena silaunya matahari, atau karena tertutupi oleh bayangan di sekitar matanya. Filk tidak menghindar dan malah diam sampai akhirnya sesuatu itu menghantamnya.

*dhuuu

Filk tergeletak di tanah, kepalanya merasa sediki nyeri akibat terbentur ke tanah dan tubuhnya terasa berat karena sosok itu berada di atas tubuhnya. Perlahan, sosok itu bangun. Gadis berambut merah muda cerah panjang, kemeja hitam berlengan panjang dengan corak garis putih yang dua kancing paling bawahnya tidak dipasang memperlihatkan perutnya yang seksi, celana hitam pendek, dan kedua kelopak matanya menutup. Gadis itu perlahan menggerakkan kepalanya ke arah Filk dengan mata yang masih tertutup, tentu Filk yang mendapatkan hal itu pasrah karena terpana dengan wajah manis gadis itu walau matanya tertutup.

Tapi, tiba-tiba gadis itu membuka mulutnya memperlihatkan taringnya yang tajam sekali beserta gigi lainnya yang terlihat putih. Selain itu, gadis itu menggerakkan kepalanya dengan cepat seperti ingin memakan Filk. Tentu, kali ini Filk tidak terpana dan langsung menahan gadis itu agar tidak tergigit.

Dinda dan Ayumi yang melihat itu langsung menarik gadis itu agar menjauh dari Filk, lalu melempar gadis itu sampai berguling-guling di tanah. Sedangkan Noe, dia meloncat ke arah Filk. "Kenapa kau tidak menghindar, dasar MESUM!!!" teriaknya.

"AAAAA!!" Noe lagi-lagi berhasil mengigit lengan Filk yang tidak terlindung oleh zirah. "Kenapa aku yang disalahkan?!!"

Dinda dan Ayumi yang sudah menyingkirkan gadis aneh itu, langsung mendekati Filk bersamaan dengan Noe melepaskan gigitan ke Filk. "Gadis itu memancarkan aura yang sangat berbahaya, berhati-hatilah kalian!" tegas Noe.

Mendengar peringatan itu, mereka berdua langsung bersiaga. Begitu juga dengan Filk yang langsung berdiri dan memasang kuda-kuda. Gadis aneh itu perlahan berdiri, sekarang kedua matanya terbuka memperlihatkan iris mata yang berbeda warna. Iris mata kiri merah, sedangkan iris mata kanan biru.

"Aku menemukannya..." ucap gadis itu. "Aku sudah menemukan darah yang selama ini aku cari..." lanjutnya.

"Da-Darah... jadi, tadi dia ingin menghisap darahku? Seperti vampire saja," ucap Filk.

"Tuan, gadis itu memang seorang vampire," jawab Ayumi.

"Heh?! Serius?! Ini masih pagi!"

"Memangnya aneh kalau vampire ada di pagi hari?" heran Noe.

"Yah... aku sebelumnya belum pernah bertemu vampire asli.... Tapi, setahuku dari film-film vampire itu tidak bisa berkeliaran kecuali di malam hari."

"Aku tidak tahu apa itu film, tapi ternyata kau bodoh sekali dengan mudahnya percaya informasi itu. Aku kecewa."

"Hei, kenapa aku yang disalahkan?!"

"Serahkan pria itu, maka aku akan membiarkan kalian hidup," ancam gadis itu.

"Untuk apa kau ingin pria mesum berhidung belang blester genit?"

"Woi, Noe!"

"Tentu saja karena aku ingin darahnya... Selain itu, aku ingin sekali menyiksanya dan kujadikan budakku."

"Tidak akan kubiarkan kau mengambil tuan-ku!!" bela Ayumi.

"Kalau kau ingin pria ini, maka langkahi mayat kami terlebih dahulu," bela Dinda.

"Ka-Kalian berdua..."

"Benar, memangnya apa untungnya bagimu mengambil pria ini? Dia ini mesum berhidung belang blester genit, bahkan mungkin malah kau yang dijadikannya budak untuk melampiaskan hasratnya."

"Sebegitukah aku buruk di matamu?!"

"Baiklah... Kalau kalian mengatakan seperti itu." Tiba-tiba sebuah lingkaran berwarna merah muncul di samping gadis itu, kemudian gadis itu memasukkan tangan kanannya ke lingkaran itu. Saat gadis itu menarik kembali tangan kanannya, sebuah pedang berigi-rigi panjang sudah dia pegang. "Aku akan menyiksa kalian."

Dengan cepat, gadis itu mengayunkan pedang berigi-rigi itu ke depan, dan tiba-tiba pedang itu memanjang meluncur ke arah Dinda. Dengan cepat, Dinda berhasil menangkis pedang rigi-rigi itu dengan pedangnya. Kemudian Dinda pun berlari untuk meluncurkan serangan kepada gadis itu, pedang rigi-rigi itu pun kembali ke bentuk semula. Dinda menebas kepala gadis itu, tapi berhasil ditahan dengan pedang rigi-rigi gadis itu. Kemudian, gadis aneh itu meluncurkan serangan balasan dengan menusukkan pedangnya ke arah kepala Dinda. Tapi, berhasil dihindari dan Dinda meluncurkan serangan balasan.

Terjadilah adu pedang, menciptakan suara benda keras saling berbenturan. Mereka bertarung dengan imbang, namun itu tidak membuat perasaan Filk tenang. Hendak dia ingin menolong Dinda, tapi sebuah tangan memegang lengannya.

"Tuan, diam saja di sini," ucap Ayumi.

"Mana mungkin aku bisa diam, Dinda dalam kesulitan!" protes Filk.

"Tidak, Dinda pasti bisa mengalahkan gadis itu," balas Noe.

"Tapi..."

"Tuan, mengertilah. Gadis itu berencana menangkap Tuan, jadi kalau Tuan mendekati gadis itu akan berbahaya. Kita tidak tahu kemampuannya sekuat apa dan selihai apa?"

Filk kembali melihat ke arah pertarungan Dinda dengan gadis itu. Terlihat, Dinda mulai kewelahan mengatasi serangan bertubi-tubi yang cepat gadis itu. Mungkin, kemampuan berpedang gadis itu lebih hebat dibanding Dinda, itulah yang terpikirkan oleh Filk.

"Maaf, Ayumi!" Filk langsung berlari menuju Dinda.

Filk pun mengaktifkan sihir penguat tubuhnya. Setelah itu, dia berlari menuju gadis aneh itu, bersiap meluncurkan pukulan. Gadis itu menyadari serangan Filk, lalu gadis itu menjadikan pedang rigi-riginya sebagai prisai menahan pukulan dari Filk. Akibatnya, gadis itu harus terdorong beberapa senti. Kemudian Filk menendang badan gadis itu, berhasil mengenai gadis itu sehingga tersungkur.

"Apa yang kau lakukan, Filk?!" bentak Dinda yang sudah berada di sampingnya. "Kau gila?! Bagaimana kalau kau tertangkap olehnya?!"

"Walau memang harus tertangkap, kalau itu bisa menyelamatkanmu, aku tidak masalah."

"Dasar, itu akan menjadi masalah bagi kami!" Dinda pun bersiaga ke arah gadis itu, dengan sebuah senyuman kecil.

Mereka berdua pun memasang kuda-kuda, begitu juga dengan gadis aneh itu. Sedangkan Noe dan Ayumi, mereka pun bersiap untuk mendukung Filk dan Dinda dari belakang dengan sihir mereka. Hembusan angin muncul di sekitar mereka, membuat udara terasa segar. Perlahan, hembusan angin tidak terasa lagi.

Dengan cepat, gadis aneh itu meluncurkan pedangnya yang bisa memanjang seperti rantai. Pedang itu meluncur ke arah mereka berdua, tentu saja secara cepat Dinda menangkis pedang gadis aneh itu dan Filk berguling menghindar. Tapi, kali ini walau sudah terpental, dengan cepat pedang itu kembali melesat menyerang. Dinda dibuat kewelahan menangkis setiap serangan yang datang.

Filk sudah berada di samping gadis itu, bersiap meluncurkan pukulan kepalannya yang sudah disihir dengan sihir penambah kekuatan. Dengan cepat, gadis itu mengubah kembali pedangnya menjadi pedang biasa dan langsung menjadikan pedangnnya sebagai prisai untuk menahan pukulan Filk. Tapi, sayangnya perkiraannya salah, Filk menghentikan laju pukulannya sebelum mengenai pedang gadis itu. Kemudian, Filk meloncat ke belakang.

*Zrrssss

Sebuah kilatan kecil datang dari awan hitam yang ternyata sudah ada di atas kepala gadis aneh itu, tentu itu ulah dari sihir Ayumi. Gadis aneh itu berhasil terkena kilatan kecil itu, membuatnya harus mendapatkan serangan kejutan cukup besar dan membuatnya merasakan panas di tubuh. Gadis aneh itu pun mendaratkan lutunya, dengan kulit yang sudah sedikit gosong. Dinda pun langsung berlari menuju gadis aneh itu, bersiap meluncurkan serangan menebas badan gadis itu. Berhasil mengenai tubuh gadis aneh itu, tapi karena pedang Dinda tumpul jadi gadis aneh itu hanya tersungkur dan terguling-guling cukup jauh.

Gadis aneh itu perlahan bangkit. Setelah berdiri, dia memancarkan tatapan menyeramkan ke arah Filk dan Dinda. Tentu, mendapatkan tatapan seperti itu, mereka berdua langsung kembali memasang kuda-kuda dan lebih was-was. Lalu, lingkaran merah muncul lagi di dekat gadis aneh itu. Kali ini, dia mengeluarkan sebuah botol berwarna ungu. Kemudian, botol itu dibuka penutupnya dan isinya disiram ke pedang rigi-riginya.

Saat sedang menyiram pedang rigi-rigi itu, Dinda langsung berlari untuk meluncurkan serangan. Tapi, sayangnya gadis aneh itu selesai dengan menyiram air di botol itu ke pedangnya dan langsung meluncurkan pedangnnya yang memanjang. Dinda harus menghentikan larinya, kemudian menangkis serangan gadis aneh itu.

Serangan gadis aneh itu semakin lebih cepat dan kuat, membuat Dinda benar-benar kewelahan lagi. Bahkan, Dinda harus mendapatkan beberapa luka sayatan kecil di kepalan tangan atau lengannya. Akibatnya, Dinda menjadi bertekuk lutut kelelahan dengan napas yang terengah-engah. Pedang rigi-rigi meluncur bersiap menusuk kepala Dinda. Sayangnya, Dinda sudah terlalu kelelahan untuk menghindar dan hanya bisa pasrah dengan menutup matanya.

Tapi, setelah beberapa lama menutup mata, Dinda tidak merasakan sesuatu yang tajam menembus kepalanya. Penasaran, Dinda pun membuka kelopak matanya perlahan. Mata pedang yang berjarak dekat sekali dengan matanya dapat Dinda lihat. Selain itu, ada dua genggaman tangan yang mencengkram kuat pedang rigi-rigi itu. Dinda tahu siapa pemilik genggaman tangan itu.

"Fi-Filk..." panggil Dinda lemah.

"Huh... untung saja bisa terselamatkan," gumam Filk.

Pedang rigi-rigi itu mundur, membuat Filk harus mendapatkan luka goresan di telapak tangan. Selain itu, darah segar keluar dari telapak tangan Filk. "Filk..." panggil Dinda lagi dengan lemah.

"Tenang saja, Dinda. Aku baik-baik saja." Filk pun dengan cepat berlari ke arah gadis aneh itu untuk membalas serangan.

"Ja-Jangan, Fi...lk..." Setelah mengucapkan itu, Dinda ambruk ke tanah.

Filk berlari dengan kencang, tapi entah kenapa semakin dekat dengan gadis aneh itu langkah lari Filk berkurang. Terus berkurang sampai akhirnya berada di depan gadis aneh itu, Filk terjatuh ke depan seperti energinya menghilang begitu saja. Filk jatuh dalam pelukkan gadis aneh itu, dan gadis aneh itu memeluk lembut Filk.

"Lepaskan Tuanku!!" teriak Ayumi berlari ke arah mereka.

"Selamat tinggal," ucap gadis itu.

Muncul sepasang sayap hitam di punggung gadis aneh itu. Masih memeluk Filk, gadis aneh itu pun terbang menjauh dari mereka. Melihat itu, Ayumi dengan air mata yang tidak terbendung langsung bertekuk lutut. Lagi-lagi dia merasakan kesedihan kehilangan tuan-nya.

"Dinda, bangun!!" teriak Noe yang sudah di dekat Dinda yang sudah tengkurap di tanah. "Jangan mati, Dinda!!"

Mendengar itu, Ayumi berdiri sambil mengusap air matanya. Kemudian, Ayumi berjalan mendekati Dinda dan Noe. "Sebaiknya kita kembali lagi ke kota, kita bawa Dinda ke tempat penyembuhan," ucap Ayumi.

"Baik."

Noe pun berubah wujudnya menjadi gadis kecil. Bersama dengan Ayumi, Dinda pun dibawa kembali ke kota. Walau masih ada rasa sedih tuan-nya diculik oleh gadis aneh, tapi baginya yang paling penting dan perlu dikhawatirkan saat ini adalah temannya yang sudah mendapatkan luka-luka yang cukup banyak.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top