KEENAM: DARAH
Perlahan Filk membuka matanya... Sebenarnya tidak bisa dilihat apakah dia membuka mata atau tidak karena tertutup oleh bayangan, tapi anggap saja sekarang dia sedang membuka kelopak matanya perlahan. Sebuah langit-langit ruangan berwarna putih yang asing bagi Filk dapat dilihat. Selain itu, saat dia ingin membangunkan tubuhnya, Filk kesulitan karena ada sesuatu yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Filk pun langsung menggerakkan kepalanya untuk melihat tangan kanannya yang terasa membentang. Seketika, Filk langsung kaget melihat pergelangan tangannya diikat oleh kain merah panjang. Kemudian Filk melihat tangan kirinya, kain merah panjang juga mengikatnya.
Saat Filk berusaha melepaskan diri dari ikatan itu, tiba-tiba terdengar suara seperti pintu membuka. Filk dengan sekuat tenaga mengangkat kepalanya agar bisa melihat suara apakah itu. Namun, yang dilihat oleh Filk adalah seorang gadis berambut merah muda panjang dengan kedua iris mata berbeda warna, sedang berdiri menatapnya. Dia lah gadis aneh yang menyerang Filk dan teman-temannya.
Tadinya Filk ingin mengekpresikan kemarahan kepada gadis itu, karena sudah melukai Dinda. Tapi, seketika setelah menyadari gadis itu memakai piyama biru dengan bagian tubuhnya jaring-jaring memperlihatkan pakaian dalamnya beserta keseksian perut, dada kecil yang memakai bra putih, dan paha mulus. Filk langsung tergagap kaku, bahkan pipinya merona memerah.
"Ternyata kau sudah bangun," ucap gadis itu datar.
"Si-Siapa kau...? Da-Dan ke-kenapa kau menyerang kami...?" tanya Filk tergagap. Sebenarnya dia ingin sekali mengalihkan pandangannya, tapi kalau itu dilakukan, dia tidak bisa bertanya kepada gadis itu dengan serius... Begitulah, yang dipikirkannya.
"Sudah kubilang, kalau aku ingin darahmu..." Perlahan, gadis itu menaiki ranjang yang sekarang sedang ditiduri oleh Filk dengan keadaan kedua tangan dan kaki terikat kain merah panjang.
"Ke-Kenapa harus aku...? Ma-Masih banyak o-orang yang mungkin memiliki darah lebih enak..." balas Filk tergagap dan pandangannya masih fokus ke gadis itu... Tepatnya, keseksian gadis itu.
"Tentu saja... karena kau spesial..." balas gadis itu dengan nada menggoda.
Berkat itu, Filk semakin gugup dan tegang. Ditambah, dia baru menyadari hanya memakai celana pendek dan gadis itu duduk di atas tubuh bawah perut Filk yang tertutup oleh celana pendek yang dia pakai sekarang. Tentu saja itu membuat Filk semakin memanas, pikirannya mulai meliar. Kalau saja kedua tangan dan kedua kakinya tidak diikat, mungkin sekarang gadis itu sudah menjadi korban pelampiasan Filk. Di sisi lain, hal ini juga bisa dibilang sebagai penyiksaan yang paling menyakitkan bagi Filk karena harus menahan nafsu-nya.
"A-Apa yang spesial dariku...?" tanya Filk gugup, berkeringat dingin, gemetar, dan matanya terfokus dengan piyama tipis yang menembus memperlihatkan pakaian dalam gadis itu.
Gadis itu pun perlahan membungkukkan badannya, supaya kepalanya mendekat ke daun telinga Filk. "Karena... kau begitu menggoda..." Setelah mengucapkan itu, gadis itu menjilat leher Filk.
Filk semakin menegang, pikirannya semakin meliar, tubuhnya mulai merespon dengan sendirinya meronta-ronta untuk terlepas dari ikatan supaya bisa melampiaskan hasrat bejat-nya kepada gadis ini. Tanpa disadari, berkat Filk meronta-ronta, gadis itu merasa bagian bawah tubuhnya menggesek sesuatu yang menonjol. Kemudian, gadis itu pun kembali menegakkan tubuhnya.
"Ara, sepertinya benda milikmu menegang," ucap gadis itu dengan nada dan tatapan menggoda ditambah wajah sedikit merona memerah. "Kau sepertinya ingin sekali melakukan itu denganku~"
Filk hanya bisa terkejut dengan mulut menganga ditambah wajah merah padam. Dia tidak menyangka gadis yang sebelumnya mereka lawan terlihat kejam dan dingin. Sekarang malah terlihat begitu mesum dan menggoda di mata Filk.
"Kalau kau ingin sekali melakukan itu denganku... Aku bersedia, asalkan, aku boleh menghisap darahmu terlebih dahulu~" Perlahan gadis itu kembali mendekatkan kepalanya ke leher Filk, tapi kali ini dengan mulutnya sedikit membuka memperlihatkan kedua taringnya yang tajam.
Entah karena sudah pasrah kalau meronta-ronta hanya membuang tenaga atau memang Filk mengingikannya, dia malah diam menelan ludahnya. Walau sedikit gemetar, Filk terlihat pasrah saja. Taring gadis itu semakin mendekat leher Filk yang sedikit basah oleh keringat.
Namun, tiba-tiba gadis itu berhenti saat ujung taringnya hampir menyentuh kulit leher Filk saat ada suara ketukan. "Nyonya, ratu dan raja ingin bicara dengan Anda," ucap seseorang di balik pintu, terdengar seperti seorang perempuan.
Gadis itu pun menjauhkan taring miliknya dari kulit leher Filk. "Kurasa... aku akan menyantapnya nanti malam. Supaya kita bisa langsung melakukan 'itu' setelahnya." Gadis itu pun turun dari atas tubuh Filk, dan turun dari ranjang.
Gadis itu berjalan menuju pintu, kemudian membukanya. Seorang perempuan memakai pakaian maid, berambut kuning pendek, iris mata hijau, daun telingannya lancip, dan tingginya lebih pendek dari gadis itu. Perempuan maid itu langsung membungkukkan badannya, memberikan hormat kepada gadis itu. Setelah itu, mereka berdua pun pergi, dan tidak lupa menutup pintu ruangan tempat Filk sekarang sedang terbaring diikat di atas ranjang dengan keadaan telanjang hanya memakai celana pendek.
Filk langsung bernafas lega, karena masa-masa menahan nafsu luar biasa tadi sudah terlewatkan dengan aman tanpa terjadi hal yang diingikan nafsu Filk. Sekujur tubuh Filk dimandikan oleh keringat dinginnya, jantungnya masih berdetak tidak teratur, wajah merah, dan tubuhnya sedikit gemetar. Namun, seketika Filk mematung karena mengingat kata terakhir yang diucapkan oleh gadis itu sebelum pergi.
"Na-Nanti MALAMMMMM?!!!"
***
Di sebuah bangunan kecil, dikenal sebagai tempat pengobatan. Noe berwujud gadis kecil dan Ayumi sedang duduk di kursi, di depan tirai berwarna biru. Sementara itu, Dinda sedang diobati oleh seorang wanita tua di balik tirai berwarna biru itu.
"Ma-Maaf... A-Ayumi... A-Aku ti-tidak bisa te-teleport untuk menjemput I-Iki..." ucap Noe dengan kepala menunduk malu. "Sa-Saat kucoba, seperti ada sihir yang mencegah. Mu-Mungkin tempat Iki berada dilindungi oleh sihir..."
"Ti-Tidak apa-apa," balas Ayumi. "Sekarang yang terpenting adalah keadaan Dinda."
Kemudian, seorang wanita tua keluar dari tirai biru itu. Noe dan Ayumi pun langsung berdiri. "Tenang saja, keadaannya baik-baik saja. Tapi, karena dia mendapatkan banyak sekali obat pelumpuh sementara. Jadi, kemungkinan dia sehat seutuhnya besok siang atau sore," ucap wanita tua itu kepada Noe dan Ayumi.
Mereka berdua langsung bernafas lega. "Apa kami boleh melihat keadaannya?" tanya Ayumi.
"Kurasa, sebaiknya kalian melihatnya saat dia sadar. Karena, fungsi sarafnya sedikit terganggu. Guncangan kecil saja, bisa mempengaruhi sarafnya."
"Baiklah, terima kasih banyak."
"Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi dulu." Wanita tua itu pun pergi meninggalkan mereka berdua ke ruangan lain.
Ayumi melihat ke arah Noe yang sekarang sedang tersenyum lega. "Noe, apa aku boleh bertanya?"
"Bo-Boleh..." jawabnya, tapi tatapannya tidak fokus ke mata Ayumi karena malu.
"Kenapa kau mengajak Tuan ke dunia ini? Apa kau tahu Tuan punya kekuatan seperti itu?"
"Itu... karena... karena..." Setelah itu, Noe tidak melanjutkan kata-katanya dan menundukkan kepalanya.
"Baiklah, aku tidak memaksa. Suatu saat nanti, aku pasti akan mengetahuinya. Sampai kau mempercayakan jawaban itu kepadaku, aku akan menunggu."
"Te-Terima kasih..."
"Baiklah. Sekarang kita pergi ke suatu tempat dulu, mungkin kita makan malam saja."
***
Filk masih diikat kedua tangan dan kakinya di atas ranjang dengan posisi terlentang, ditambah kondisinya hanya memakai celana pendek saja. Di saat itu, tubuhnya tidak bisa diam karena harus menahan ingin buang air kecil. Tadinya Filk ingin membuangnya saja, tapi mengingat ada janji nanti malam dengan gadis itu di ranjang ini, niat Filk pun diurungkan. Dia berusaha keras sekali menahannya, bahkan sampai-sampai berkeringat dingin lagi.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka. Hampir saja Filk buang air kecil di tempat karena kaget, tapi bisa tertahan oleh rasa sakit menggigit lidah. Seorang maid yang tadi, memasuki ruangan, dia berjalan menuju ranjang.
"Tuan, raja dan ratu ingin bertemu dengan Anda," ucap maid itu.
"Ta-Tapi... a-aku tidak tahan lagi... A-Aku ingin keluar..." balas Filk tergagap.
"Baiklah, Tuan." Tiba-tiba, maid itu naik ke atas ranjang sekaligus berada di atas tubuh Filk. Maid itu mengangkat sedikit rok kostumnya yang panjang, sampai memperlihatkan pahanya yang tidak tertutupi oleh stocking putih. "Wa-Walau ini pengalaman pertamaku, tapi Tuan boleh mengeluarkannya sebanyak mungkin di dalam tubuhku."
"Ma-Mana mungkin aku melakukannya!!"
"Jadi... Tuan ingin mengeluarkannya di dalam mulutku?"
"BUKAN!!! Di toilet! DI TOILETTT!!!"
Akhirnya Filk bisa mengeluarkannya... di toilet. Setelah itu, maid itu memberikan pakaian milik Filk untuk dipakainya bertemu dengan raja dan ratu. Selesai memakai pakaian, mereka berdua pun pergi ke tempat raja dan ratu yang dimaksud oleh maid itu berada. Mereka berdua berjalan di lorong yang terlihat sangat elegan, bahkan lantai yang diinjak dilapisi oleh karpet merah.
Sampailah mereka berdua di depan pintu cukup besar yang dibaliknya tempat raja dan ratu sedang menunggu. Saat mereka masuk, sebuah ruangan cukup besar dan luas dihiasi beberapa hiasan mewah ala istana kerajaan dapat dilihat. Ada dua singgasana cukup jauh di depan Filk. Di dua singgasana itu duduk raja dan ratu. Sang raja memakai mahkota di atas kepalanya, berpakaian elegan dengan mantel merah, rambut coklat pendek, mimik wajah pria dewasa tanpa kumis atau janggot, berkulit putih, dan iris mata hitam. Sang ratu memakai mahkota di atas kepalanya, memakai gaun indah, berkulit putih, rambut coklat panjang ditata rapih, dan iris mata kuning cerah. Selain itu, gadis vampire itu sekarang berdiri menatap ke arah Filk.
"Raja, ratu, inilah pria itu," ucap gadis itu.
Filk pun kembali melihat ke arah raja dan ratu itu. Ada yang berubah dari mereka berdua, awalnya mereka duduk sekarang berdiri dengan cepat, iris mata mereka berubah menjadi merah menyala mengarah ke arah Filk, senyuman mengerikan memperlihatkan taring mereka diperlihatkan kepada Filk. Secara cepat, gadis itu langsung berdiri di depan Filk.
"Maaf, raja, ratu. Ingat dengan tujuan kita."
Mereka tertegun kaget. Kemudian, mereka kembali kesediakala, bahkan mereka juga kembali duduk. "Ternyata benar dia orangnya," ucap sang raja.
"Maaf atas ketidak sopanan kami, Tuan," ucap sang ratu.
"Pakaianmu... Kenapa kau memakai dua jenis pakaian?" tanya sang raja.
"Ka-Karena aku seorang petualang dan penyihir..." balas Filk.
"Apa?! Ka-Kau pasti bercanda! Mana mungkin ada orang yang bisa menjadi petualang dan penyihir!"
"I-Iya... aku tidak bercanda... Wa-Walau kemampuan sihir dan senjataku masih rendah..."
"Selain memiliki darah yang unik, kau juga ternyata berkemampuan unik."
"Apa maksudmu 'darah yang unik'?"
Raja dan ratu saling bertukar pandangan, kemudian mengangguk kecil. "Baiklah, karena kau adalah objek yang dilindungi, tentu kau juga harus tahu alasan ini. Begini, entah kenapa kau memiliki darah yang sangat spesial. Darahmu itu bisa menjadi obat kekebalan, penambah kekuatan, sekaligus penghilang dahaga kami para vampire."
"Hah? A-Apaan itu?! Mana mungkin aku punya darah seperti itu!"
"Tentu saja kami punya buktinya. Pertama, dari bau darahmu yang sangat menggoda, mungkin ibaratkan seperti mencium bau makanan kesukaan. Sebenarnya yang bisa mencium itu hanyalah kami para kaum vampire. Kedua, setelah kami sedikit mengambil sampel darahmu saat pingsan tadi, terbukti kalau darahmu memiliki efek untuk vampire seperti yang kusebutkan tadi. Kalau tidak percaya, bacalah surat hasil uji laboratorium ini." Sang raja menjentikkan jarinya, kemudian dari depan Filk muncul cahaya merah yang perlahan menjadi sebuah surat gulung.
Filk memegang surat gulung itu. Kemudian dia membacanya, ternyata di surat itu tertulis data-data hasil uji laboratorium, bahkan golongan darah O tercantum di surat itu. Filk kembali menggulung surat itu. "Jadi... alasan kalian menculikku kemari karena ingin menjadikanku sebagai obat..."
"Tidak, kami bermaksud untuk melindungimu dari para vampire lain."
"Aku tidak percaya!!"
"Wajar saja kau berkata seperti itu, setelah melihat tingkah kami saat melihatmu pertama kali. Dan sejujurnya, saat mengambil sampel darahmu saja, mereka benar-benar harus menahan nafsu untuk menghisap darahmu. Bahkan, sekarang mereka harus dikurung supaya tidak lepas kendali saat selesai meneliti darahmu."
"Sebenarnya, kami tidak ingin ada pihak vampire yang bisa menyalahgunakan darahmu itu. Walau benar efek darah darimu itu sangat bagus, tapi kalau berlebihan akan menjadi masalah besar, dan mungkin bisa menjadi pemicu peperangan karena efeknya yang kuat," sambung ratu. "Maka dari itu, kami akan melindungimu di istana kami. Percayalah, kami tidak akan menyakitimu. Kau bisa dengan nyaman tinggal di istana kami, anggap saja sebagai rumah sendiri." Sang ratu pun memberikan senyuman manis.
"Ba-Baiklah..." jawab Filk. Sebenarnya, ada beberapa hal yang mengganjal di pikirannya. Salah satunya, kenapa mereka bisa langsung mengetahui dirinya, padahal belum pernah bertemu dan berada di dunia ini baru beberapa hari.
"Oh iya, karena sepertinya anak kami tertarik denganmu. Kami harap kau bisa menjadi suami untuk anak kami... tapi kau boleh saja menolaknya, kami tidak memaksa."
"Tunggu... anak..." Filk pun melihat ke arah gadis vampire di dekatnya. "Ma-Maksudnya dia...?"
"Iya."
Gadis vampire itu pun sedikit membungkukkan badannya, memberikan hormat. "Namaku Rosia, maaf karena terlambat memperkenalkan diri dan membawamu kemari dengan kasar."
"Fi-Filk Iki, salam kenal..."
"Nah, mari kita makan malam bersama. Kau pasti sangat lapar."
Kemudian, mereka semua pun makan malam. Filk sedikit gugup, karena mendapatkan dirinya di meja makan mewah ala istana. Bahkan, di depannya piring dengan makanan berkelas terhidang. Filk belum pernah mendapatkan makanan semewah ini. Walau begitu, Filk menikmati makanannya karena rasanya yang enak.
Selesai makan malam, Filk pergi mandi. Setelah itu, dia pergi ke kamarnya. Ternyata, kamarnya di kamar tempat dia pernah diikat di atas ranjang. Sekarang dia sedang terlentang dengan kaos putih dan celana pendek biru yang sebelumnya dibelikan oleh pelayan istana ini. Selain itu, pelayan juga membelikan pakaian lain untuk Filk, karena mulai sekarang dia akan tinggal di istana vampire.
"Bagaimana keadaan Dinda, ya? Apa dia baik-baik saja?" gumam Filk. "Aku harap Ayumi tidak menangis lagi, dan Noe nanti tidak marah atau mencakarku..." lanjut Filk.
"Apa kau merindukan mereka?"
"Iya..." Filk menghentikan kalimatnya, karena heran ada yang bertanya. Filk melihat ke sampingnya, ternyata gadis itu sudah terbaring di samping Filk dengan piyama sebelumnya. "Waaaa!! Kenapa kau ada di sini?!" kaget Filk mengalihkan pandangannya dengan posisi terbaring memunggungi Rosia.
"Tentu saja karena aku sudah berjanji akan melanjutkannya malam ini," jawabnya enteng.
"I-Itu..."
Tiba-tiba Rosia menarik tubuh Filk untuk memposisikan Filk terlentang kembali, dan Rosia sudah ada di atas tubuh Filk. "Apa kau tidak mau denganku?" tanya Rosia dengan nada lembut.
"I-Itu... bu-bukan ti-tidak mau... Ha-Hanya saja..." Kalimat Filk pun terhenti akibat jari telunjuk Rosia ditempelkan di bibir Filk.
"Aku tidak keberatan melakukannya denganmu."
Wajah Filk seketikamemerah. Rosia pun membuka piyama tipisnya, kemudian perlahan membuka pengaitbranya. Filk hanya bisa pasrah melihat Rosia akan melepaskan semua pakaiandalamnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top