KEDUA BELAS: BAYARAN
Hallo, para pembaca sekalian. Akhirnya ceritaku update lagi!
*tebar bunga
Yah, walau cuma satu sih, heheheheheh. Tapi yang terpenting bisa update. Untuk selanjutnya... entah bisa kapan, hahahahahah.
*dilempar batu
Aku minta maaf kalau membuat kalian menunggu, tidak ada maksud hati ingin melakukan itu tapi apa daya kesibukanku yang menyita waktu dan ide yang sulit didapatkan. Yah, aku aktif sebagai pembaca sih, hehehehe. Itu juga kalau kebenaran lagi kosong.
Sudah, jangan banyak basa-basi. Selamat menikmati ceritaku ini~
#################################################
Di perjalanan menuju kota selanjutnya, Filk merasakan tekanan batin yang luar biasa dari beberapa sumber. Pertama, dia harus merasakan pelukan dari kedua gadis bernama Ayumi dan Rosia di kedua tangannya. Kedua, ujung bawah belakang bajunya dicapit dua jari gadis kecil bernama Priska sambil berjalan karena gadis kecil ini malu untuk memeluk Filk, tepatnya masih malu untuk terlihat semesra mungkin dengan Filk yang nantinya akan menjadi suaminya. Ketiga, Filk mendapatkan tatapan super tajam dari Dinda yang sudah siap siaga menebas kepalanya kalau melakukan hal mesum kepada Priska.
"Seseorang, tolong aku..." ucap Filk dalam hati.
"Tuan, kau baik-baik saja?" tanya Ayumi cemas. "Wajahmu terlihat pucat."
"Benar sekali. Bahkan kau berkeringat, pelayanku," ujar Rosia.
"A-A-Apa kau merasakan sakit, Sa-Sayang...?" tanya Priska cemas dengan nada malu-malu.
Dinda semakin mengeluarkan aura mengerikan untuk dikirim kan ke Filk setelah mendengar kecemasan Priska.
"Ah... aku baik-baik saja..." jawab Filk lemas, pasrah akan keadaan.
"Syukurlah kalau kau baik-baik saja, Tuan. Oh iya, Tuan, aku jadi ingat. Kita belum mendaftarkan Priska menjadi Penyihir di Guild."
"Benar juga... Noe, setelah kita sampai di kota selanjutnya. Ayo kita pergi ke Guild," ucap Filk.
"Iya, aku tahu itu!" jawab Noe kesal. "Maka dari itu, kalian cepatlah jalannya!"
Tujuan mereka adalah kota Bili, sebuah kota yang besar. Di sana banyak sekali toko-toko kebutuhan untuk berpetualang. Seperti senjata, obat-obat herbal, armor, buku-buku sihir, dan lainnya. Rencananya, mereka akan beristirahat di sana sambil memperbaiki peralatan dan membeli kebutuhan perjalanan selanjutnya. Selain itu, Filk ingin melatih dirinya agar semakin bertambah kuat.
Untungnya, jaraknya cukup dekat dari kota tempat Priska tinggal. Jadi, kemungkinan sore hari mereka sudah sampai. Lalu, seperti yang diperkirakan, mereka sampai di kota tersebut saat sore hari hampir mendekati malam. Sehingga, mereka harus membagi kelompok. Ada kelompok yang harus mencari penginapan dan menemani Priska untuk mendaftarkannya menjadi petualang.
Setelah berunding, kelompok pun terbentuk. Noe, Rosia, dan Ayumi kelompok yang mencari penginapan. Sedangkan Filk, Dinda, dan Priska yang pergi ke Guild. Langsung saja, mereka pun melakukan tugas masing-masing.
Sebuah bangunan besar dan tinggi sekarang sudah ada di hadapan Filk, Dinda, dan Priska. Itu adalah bangunan Guild kota ini. Setelah memasukinya, Filk terdiam kagum dengan luasnya tempat ini. Walau banyak sekali orang-orang di sana, tapi luas tempat ini tetap terlihat.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya-Nyonya," sapa seorang wanita berpakaian rapih dengan rok panjang. "Apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Kami ingin pergi ke tempat pendaftaran Petualang atau Penyihir," jawab Dinda.
"Kalau begitu, silahkan ikuti saya."
Wanita petugas itu pun berbalik dan memimpin jalan. Dinda pun mengikuti wanita itu, sedangkan Filk masih berdiri diam jadi Priska ikut diam.
"Kenapa diam saja, Sa-Sayang?" tanya Priska.
"Yah... aku hanya terkejut. Tidak disangka ada Guild yang pelayanannya seperti di toko-toko. Padahal biasanya tidak ada yang repot-repot menyambut seperti itu, terlebih petugasnya memakai pakaian biasa dan bahkan ada yang cukup terbuka."
"Hei, Filk! Kenapa kau diam saja?!" tegus Dinda yang sudah cukup jauh. "Apa kau sedang melakukan sesuatu yang tidak-tidak kepada Priska? Akan kubunuh kau!"
"Tidak!" jawab Filk langsung dengan nada keras. "Ayo, Priska."
Mereka akan dibawa ke lantai dua. Menurut petugas, tempat pendaftaran baru, pendaftaran kenaikan peringkat, dan pemeriksa status ada di lantai dua. Sedangkan lantai pertama tempat untuk mendapatkan quest beserta tempat penerima hadiah dan bar.
Ada tujuh peringkat untuk Petualang atau Penyihir, yaitu E, D, C, B, A, S, dan MS. E adalah peringkat pemula. D adalah peringkat Petualang atau Penyihir yang lemah, karena tidak terlalu kuat sehingga dipandang sebagai pecundang. C adalah peringkat yang biasa, karena tingkat kekuatan biasa. B adalah peringkat yang cukup kuat, karena status Petualang atau Penyihir dianggap cukup kuat sehingga bisa mengikuti quest pemburuan besar-besaran. A adalah peringkat di atas B, sehingga Petualang atau Penyihir berperingkat ini bisa ditunjuk sebagai leader satu kelompok pemburuan besar-besaran. S adalah peringkat tinggi dan kuat, bahkan dipercaya untuk menyelesaikan tingkat quest super sulit. MS adalah peringkat yang super tinggi, sehingga Petualang atau Penyihir berpangkat ini akan ditakuti sekali.
Filk dan Rosia masih dalam peringkat E, karena mereka belum terlalu lama mendaftar sehingga pihak Guild belum bisa menentukan apakah mereka peringkat D atau C. Dinda, Ayumi, dan Noe berperingkat C.
"Pria itu..." gumam Dinda sambil melihat sesosok pria di depan meja penerima hadiah.
Pria itu berjubah merah panjang sampai kaki lengan kanannya pendek sedangkan lengan kirinya panjang, celana coklat panjang, berkumis dan berjanggut tipis, rambut putih pendek dengan poni depan menutupi mata kirinya, senjata laras panjang besar tersimpan di sarung punggungnya. Dia sempat mengeluarkan bentakan kecil ke sang resepsionis wanita yang melayaninya, maka dari itu Dinda refleks melihat ke arahnya.
"Kau mengenalnya?" tanya Filk.
"Pria itu pernah menolongku, Ayumi, dan Noe."
"Begitu..."
"Eh, kau mau ke mana, Filk?" tanya Dinda karena tiba-tiba Filk berjalan ke arah pria itu.
Sekarang Filk sudah ada di dekat pria itu, sehingga dia bisa mendengar jelas pembicaraan pria itu dengan sang resepsionis.
"Maaf, Tuan... Ta-Tapi, sesuai permintaan, hanya dibutuhkan tiga tanduk saja. Jadi, kami tidak bisa memberi pembayaran lebih," terang sang resepsionis sedikit gemetar. "Se-Sebaiknya Tuan jual ke to-"
"Tidak bisa!" bentak pria itu menghentikan ucapan sang resepsionis. "Aku mau menjualnya di sini! Kalau kujual tiga sisanya lagi, maka harganya akan lebih murah dari hadiah quest!"
"Ta-Ta..." Sang resepsionis tidak bisa memberikan sangkalan lagi, karena sudah ketakutan melihat tampang marah pria itu.
"Permisi, Tuan. A-"
Pria itu langsung berbalik dengan cepat, lalu mencengkram kerah dan mengangkat cukup tinggi Filk yang belum menyelesaikan kalimatnya.
"Apa?! Kau ingin membela wanita ini?!" bentak pria itu kesal.
"Eh, a-ah... A-Aku hanya ingin berterima kasih saja," balas Filk sedikit gemetar. "Aku dengar kau sudah menolong temanku, jadi aku datang kemari untuk berterima kasih langsung kepadamu."
Perlahan pria itu melepaskan cengkramannya dan ekpresinya mulai melunak. "Berterima kasih... Kalau begitu, berikan aku uang. Maka aku anggap kita impas."
"Berapa yang harus kubayar?"
"Empat puluh koin perunggu."
Filk merogoh tas pinggang belakangnya, tepatnya bagian saku tas paling depan. Lalu mengeluarkan koin semampu dua genggaman tangannya. Setelah dihitung, ada sepuluh koin perunggu dan lima koin perak. Kemudian, Filk mengambil satu koin perak dan menyimpan sisanya.
"Kurasa empat puluh koin perunggu terlalu murah untuk menolong teman-temanku, tapi aku juga tidak bisa memberikan banyak. Jadi aku beri satu koin perak saja. Tidak apa-apa?" Filk menyodorkan telapak tangan kanan yang terbuka dengan satu koin perak di atasnya.
"Diterima!" balas pria itu sambil mengambil koin itu dengan satu ayunan cepat.
Kemudian pria itu pergi meninggalkan Filk untuk keluar dari gedung Guild. Melihat itu, wanita petugas, Dinda, dan Priska menghampiri Filk. Sedangkan sang resepsionis itu mulai merasa tenang, namun ada perasaan tidak enak muncul di benaknya.
"Anu... Tuan... terima kasih," ucap sang resepsionis kepada Filk.
"Eh, tidak perlu berterima kasih," balas Filk. "Aku ha-"
"Tidak, Tuan. Anda pantas mendapatkan ucapan terima kasihnya," ucap petugas wanita. "Saya juga ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menolong temanku."
"Sa-Sayang, aku senang karena kau menolongnya... Ternyata kau memang pria yang baik," puji Priska.
"Kau cukup berani juga. Tidak buruk," terang Dinda.
Padahal Filk tidak memikirkan untuk menolong sang resepsionis itu, tapi karena mendapatkan respon seperti ini dia menerima semua pujian dan ucapan terima kasih begitu saja. Berkat itu, niat untuk memberikan penjelasan pun hilang.
Di dunia ini, alat pembayarannya adalah koin yang dibagi menjadi lima jenis. Perunggu, perak, emas, emas perak, dan platinum. Satu koin perak sama dengan seratus koin perunggu. Satu koin emas sama dengan seratus koin perak atau sepuluh ribu koin perunggu. Satu emas perak sama dengan seratus emas atau sejuta koin perunggu. Satu koin platinum sama dengan seratus koin emas perak atau satu miliar koin perunggu.
Sekarang Filk dan lainnya sudah sampai di depan meja resepsionis pengurus pendaftaran baru Petualang atau Penyihir. Wanita petugas sudah pergi meninggalkan mereka, jadi hanya ada mereka bertiga saja bersama sang resepsionis laki-laki.
"Silahkan diisi dulu datanya," ucap sang resepsionis laki-laki itu sambil menyimpan kertas untuk pendataan di atas meja.
Priska pun langsung mengambil pena bulu ayam yang sudah disediakan dan mengisi formulirnya. Selama Priska sedang mengisi formulir, sang resepsionis berbicara kepada Dinda dan Filk.
"Apakah Tuan dan Nyonya juga akan mendaftar?"
"Tidak, kami sudah terdaftar," balas Dinda.
"Kami ke sini untuk mengantarnya," balas Filk.
"Begitu. Apakah Nona kecil ini adalah anak Tuan dan Nyonya?"
Seketika, Priska langsung menghentikan aktifitas menulisnya dan menegang. Filk terkejut bukan main, bahkan sampai mulutnya menganga. Sedangkan Dinda langsung memasang wajah cemberut kesal.
"Kami bu-"
"Siapa yang sudi menjadi istri pria ini!" protes Dinda duluan sehingga memotong kalimat Filk.
"Anda salah, karena aku adalah istrinya!" protes Priska.
Sang resepsionis yang mendengar protes kedua perempuan itu, terutama dari Priska. Langsung memasang tersenyum yang dipaksakan agar terlihat ramah dan menerima keadaan. Padahal dia sengaja bertanya seperti itu agar memancing pembicaraan untuk menghilangkan kesunyian atau kemungkinan baiknya bisa menjadi penghibur dengan alasan candaan. Tapi, karena mendapatkan pernyataan yang tidak disangka, jadinya rencana itu langsung dihentikan.
"Be-Begitu... maafkan atas kelancangan dan kesalahan saya. Silahkan dilanjutkan lagi pendaftarannya."
Selanjutnya sang resepsionis tidak angkat bicara untuk menghilangkan suasana sunyi dan memilih untuk selalu memasang senyuman ramah yang dipaksakan. Filk yang melihat itu entah kenapa ingin sekali memberikan penjelasan secara terperinci kepada sang resepsionis, tapi dipikir kembali bisa jadi malah semakin membesar kesalah pahaman dan rasa kurang nyaman sang resepsionis.
Akhirnya Priska selesai mengisi formulirnya. Kemudian sang resepsionis memintanya untuk menyayat kecil jari telunjuk dan meneteskan darahnya ke bola kristal bening. Bola kristal itu berada di atas kotak emas kecil dengan ada dua lubang persegi tipis di belakang dan depannya. Setelah diteteskan darah Priska, bola kristal itu bersinar terang. Sang resepsionis memasukkan sebuah kartu coklat ke dalam kotak melalui lubang persegi tipis yang di belakang.
Setelah satu menit kemudian, sinar kristal itu hilang dan dari lubang persegi tipis depan muncul sedikit kartu coklat tadi. Berbeda dengan sebelumnya yang polos, ada beberapa tulisan tertulis dapat dilihat Priska.
"Pendaftaran telah selesai. Silahkan berjuang sekeras mungkin selama enam bulan, lalu datang lagi ke Guild untuk penentuan peringkat selanjutnya," ucap sang resepsionis dengan nada ramah sebisa mungkin. "Harga pendaftaran sepuluh koin perunggu."
Filk menyerahkan sepuluh koin perunggu ke sang resepsionis. Sedangkan Priska mengambil kartu itu. Lalu dengan perasaan senang, dia melihat baik-baik tulisan yang tertera di kartu itu.
Nama: Priska
Status: Penyihir
Kemampuan: Pemanggil
Jumlah monster kontrak: 1
Peringkat: E
"Dinda, apakah mereka sudah menemukan penginapannya?" tanya Filk.
"Sepertinya belum. Karena sedari tadi mereka tidak menghubungiku. Sebelumnya aku sudah berpesan kalau mereka sudah mendapatkan penginapannya, maka hubungiku," jawab Dinda.
"Hmm... bagaimana kalau kita jalan-jalan se-"
"Jalan-jalan!" kaget Priska tiba-tiba sehingga kalimat Filk terpotong. "Se-Sebagai istri, aku tidak boleh melewatkan ajakan kencan dari suaminya. Ayo kita jalan-jalan..."
Dinda kembali mengeluarkan aura mengerikan, lalu mengarahkan pedang kayunya ke leher Filk. "Aku juga ikut..." ucapnya dengan nada mengerikan.
"Ma-Maaf, Dinda... Kata ibuku, kalau mengganggu saat kencan pasangan itu tidak baik, apalagi mereka adalah sepasang suami istri. Jadi, aku mohon... jangan ikut..."
Perlahan aura mengerikan Dinda mulai mereda, karena melihat wajah memohon yang ada sedikit air mata tertahan di bola mata karena ada perasaan bersalah dari Priska. Sampai akhirnya dia menyarungkan kembali pedang kayunya, lalu mengeluarkan napas panjang.
"Baiklah. Aku akan menyusul Noe dan lainnya," terang Dinda pasrah. "Filk, kalau kau berani melakukan hal yang aneh-aneh kepada Priska atau bahkan membuatnya menangis. Siapkan surat wasiatmu."
"I-Iya..."
"Kalau begitu, Priska, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang dan kalau dia macam-macam, laporkan saja kepadaku atau panggil saja Kilf agar menghajarnya."
"I-Iya..."
Dinda pun pergi meninggalkan mereka. Kemudian, Filk langsung mengeluarkan napas lega bercampur lemas. Lega karena terhindar dari tekanan aura mengerikan Dinda dan lemas karena lagi-lagi maksudnya tidak tersampaikan dengan baik.
Memang benar, Filk ingin mengajak Priska jalan-jalan, tapi maksudnya bukan dalam arti kencan dan Dinda juga ikut serta. Lagipula, maksudnya agar sekaligus membantu mencari penginapan juga.
"Sa-Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Priska cemas.
"Aku baik-baik saja," jawab Filk. "Kalau begitu, ayo kita pergi."
Filk memutuskan untuk menerima keadaan kesalah pahaman ini. Jadi, dia akan mengikuti alur cerita yang tidak sesuai keinginannya ini.
"Hm~" balas Priska senang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top