Chapter 30 END

End? Benar sekali.

Tapi nggak benar-benar tamat, ya. Akan ada 10 part spesial. Ditunggu yaaa.

...................

"Ada apa, Sekala?"

Pertanyaan sang mertua, menyadarkan Sekala jika ia melamun dari beberapa detik lalu. Tentu hal tersebut berbahaya karena konsentrasi jadi berkurang. Sebagai pengawal, fokus yang tidak bagus sama saja mengundang bahaya.

"Saya tidak kenapa-kenapa, Pa," jawab Sekala sopan seraya memantau kembali ke lingkungan sekitar guna memastikan keadaan aman.

"Benar tidak apa, Nak?"

"Memang kenapa dengan saya, Pak?" Sekala pun balik bertanya karena tak paham akan apa yang dimaksud oleh sang mertua.

"Kamu melamun, Sekala."

Dan benar saja, Bapak Ganesha Dewantara tentu peka dengan kondisinya. Jadi, ia tidak akan bisa membantah pernyataan mertuanya itu.

"Maafkan saya, Pa," ujar Sekala serius.

"Tidak usah meminta maaf, Nak."

"Tapi apa yang menyebabkan kamu melamun? Tidak biasanya kamu seperti ini, Sekala."

"Maafkan saya, Pa."

"Masalah apa yang kamu pikirkan, Nak?"

Sekala Adyatama diam. Belum bisa memberikan jawaban cepat atas pertanyaan sang mertua.

Bukan tak mau jujur, hanya saja ia masih coba menyelami perasaan dan juga pikirannya sendiri.

"Sekala?"

"Saya cuma memikirkan Agreva, Pa."

"Saya merindukan istri saya." Sekala menjawab mantap, tanpa ada keraguan sama sekali.

Ya, sudah dua minggu tidak berjumpa dengan Agreva, memengaruhi fokusnya karena merasa rindu ingin segera bertemu sang istri.

Mereka masih berkomunikasi setiap hari, namun tetap terasa kurang karena tak berjumpa secara langsung. Ia ingin bisa memeluk wanita itu.

Sayangnya, agenda politik sang mertua belum usai di Jerman. Mereka barun akan kembali ke Jerman, sekitar satu minggu lagi. Masih lama.

Dan tentu harus ditahan kerinduan dirasakan.

"Rindu dengan istri itu wajar, Nak."

"Putri bungsu Papa itu dapat membuat siapa pun rindu, Papa juga kangen dengan Agreva."

"Iya, Pa." Sekala memyahut sekenanya.

Bapak Ganesha Dermawan tertawa pelan. Dan reaksi ayah istrinya itu menyebabkannya kian canggung, bingung harus mengatakan apa lagi.

"Sudah selesai kamu makan, Nak?"

"Sudah, Pa," jawab Sekala cepat, walau singkat.

"Kita kembali ke kamar hotel saja."

"Baik, Pa."

Sekala pun dengan sigap bangun dari kursi, lalu mempersilakan sang mertua berjalan lebih dulu.

Mereka tentu akan keluar dari restoran.

Hendak menuju tempat tujuan berikutnya, yang tadi sudah disebutkan oleh sang mertua.

Gedung restoran berada tepat di lantai satu hotel. Jadi, mereka hanya perlu naik menggunakan lift untuk menuju dimana kamar disewa berada.

Letaknya tepat pada lantai dua puluh lima.

Hitungan detik saja, mereka sudah sampai.

Lorong awalnya sangat sepi dan juga cukup gelap, namun kemudian secara tiba-tiba, ia bisa melihat sesosok bayangan tengah berjalan.

Benar, berjalan ke arah dirinya berada.

Mata elangnya lebih menatap siaga ke orang itu. Walau peringai tampak seperti wanita. Ia tidak boleh lengah. Ancaman bisa datang kapan saja.

"Masss!"

Full versi part ini ada di karyakarsa, link di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top