Chapter 28
Yok 100 vote duluuu.
..............................
"Mama di mana?"
Setelah menyapa sang ibu dengan ceria, tentu ia lanjutkan mengonfirmasi keberadaan ibundanya.
Tak hanya ayahnya yang pergi ke Jerman,tapi sang ibu juga berangkat ke luar negeri, tepatnya Malaysia, sudah sejak dua hari lalu.
Dan malam ini katanya akan pulang.
"Mama sudah di bandara? Mama benar akan ke Jakarta? Atau Mam akan shopping?"
Sang ibu dengan mantap menjawab akan tiba di ibu kota nanti jam sepuluh malam, yang artinya akan kembali sesuai jadwal ditentukan.
Lalu, sang ibu bertanya tentang misi mereka.
Ya, dirinya ditugaskan bertemu dengan kedua saudarinya dalam rangka memberikan ramuan herbal untuk kesuburan rahim. Orangtuanya ikut kelas meracik ramuan China Kuno.
Dan hasilnya salah satu minuman herbal ini.
Karena ada imbalan menarik dijanjikan sang ibu, maka ia menyanggupi misi tersebut.
Rasanya tak cukup sulit, hanya perlu diterapkan taktik yang sedikit licik pada kedua kakaknya.
"Aku mau bertemu Kak Grima dan Kak Gratha, Ma. Kami janjian makan siang di restoran."
"Aku akan paksa mereka minum."
Sang ibu tertawa di ujung telepon, lalu memberi semangat dalam upaya mendukungnya. Paling bersemangatlah masihlah ibundanya.
"Tenang saja, Ma. Serahkan padaku."
"Aku telepon lagi nanti, Ma. Aku mau beraksi dulu. Byeee, Mama." Agreva bermaksud untuk mengakhiri pembicaraan di antara mereka.
Sang ibu pun mengiyakan dengan cepat.
Lalu, sambungan telepon pun terputus.
Agreva segera menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. Dilanjutkan keluar dari kendaraannya.
Berjalan dengan langkah santai menuju gedung restoran, reservasi ruangan VIP telah dilakukan.
Kedua kakak perempuannya sudah datang, dan ia sudah melihat masing-masing mobil mewah saudari-saudarinya berada di area parkir tadi.
"Silakan masuk, Bu. Anda ditunggu di dalam."
"Terima kasih banyak," ujar Agreva sopan pada pelayan restoran yang sudah mengantarnya.
Ya, membawa dirinya menuju ruangan khusus yang telah disewa oleh kedua saudarinya.
Benar, Agratha dan Agrima Dewantara.
Tanpa pengawal menemani, sudah pasti artinya acara makan malam bersama kakak-kakaknya itu bersifat privat, bernuansa kekeluargaan.
Cklek.
Setelah menutup pintu ruangan dengan gerakan pelan agar tak mengganggu kedua saudarinya, Agreva melenggang anggun ke arah meja.
Ingin tak ditimbulkan suara, tapi karena tengah memakai sepatu hak tinggi, sudah pasti tercipta decitan karena bergesekan dengan lantai.
"Selamat malam, Kak Gratha, kak Grima."
Sapaan dalam nada ceria diluncurkan Agreva.
Kedua saudarinya pun kompak menoleh.
Lalu, dilanjutkan aksi dengan memeluk secara bergantian kakak-kakak perempuannya.
Setelah itu, ditempati kursi yang kosong. Berada di antara Agrima dan Agratha Dewantara.
"Gimana kabar Kak Gratha dan Kak Grima?"
Sesi berbasa-basi pun dimulai. Walau mereka bertiga terakhir berkirim pesan tadi pagi.
"Aku baik, Dik."
Agrima Dewantara menjawab pertama.
"Sama."
Lantas, dilanjutkan oleh kakak sulungnya yang yang hanya menjawab amat singkat. Saudarinya ini memang memiliki sikap yang sedikit dingin.
Bisa dibilang kepribadian mereka bertiga tak ada yang sama. Berbeda, namun tetap bisa saling menerima karena persaudaraan harus begitu.
"Kamu bawa apa itu, Dik?"
Full versi part ini ada di karyakarsa, link di bio.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top