Chapter 27

Yok bisa yok 100 votes dulu.

....................

"Jam berapa berangkat, Pa?" Agreva bertanya apa yang ingin dirinya ketahui dari sang ayah.

Tentu, sudah berbasa-basi sebelumnya.

Ayahnya yang berada di seberang telepon, lekas saja memberikan balasan atas pertanyaannya.

"Jam delapan malam, ternyata."

"Naik jet kita kan, Pa?" Agreva lanjut dalam mengonfirmasi pesawat akan ditumpangi oleh sang ayah menuju ke Jerman nanti.

Pertanyaannya diiyakan dengan cepat.

"Aku nggak bisa ikut, Papa. Lagian itu bukan acara bisnis, tapi agenda politiknya Papa."

Agreva memberikan jawaban jujur saat ayahnya bertanya apakah dirinya berminat bergabung.

Jelas tidak bisa, mengingat minggu ini, hingga lima belas hari kedepan, tugasnya cukup padat. Untuk libur saja, hanya diambil saat minggu.

Amat mustahil ikut dalam perjalanan ke Jerman. Memang bisa saja bekerja dengan jarak jauh, tapi tidak cukup memuaskan baginya.

"Kalau aku ada waktu, aku nyusul Papa dan Mas Sekala ke sana," jawabnya kemudian.

Sang ayah yang berangkat ke luar negeri, tentu wajib ditemani suaminya yang masih bertugas sebagai kepala ajudan ketua umum partai.

Sekala Adyatama menolak posisi anggota dewan penasihat yang ditawarkan ayahnya. Dan tetap memilih menjadi pengawal seperti sebelumnya.

Tentu, akan dihormati keputusan sang suami, ia pun tak ingin memiliki pendamping hidup yang memiliki profesi sebagai seorang politikus.

Malu dengan pekerjaan Sekala Adyatama? Sama sekali tidak. Justru merasa bangga punya suami yang sudah dikenal sebagai pengawal kelas elit.

Apalagi, tugas pria itu menjaga dan melindungi seorang ketua umum partai penguasa di negeri ini. Sekala Adyatama kerap jadi sorotan bahkan.

Khalayak publik sudah tahu pernikahannya dan Sekala Adyatama karena memanglah diberitakan secara nasional. Banyak media yang pro.

Ya, dalam artian tidak ada pemberitaan negatif, jika pun ada, itu dari pihak yang mempunyai pandangan politik berbeda dengan partai sang ayah, namun bukan oposisi pemerintahan.

Hanyalah segelintir oknum yang selalu berusaha  menjatuhkan citra dari keluarga Dewantara. Dan tentu saja upaya mereka kebanyakan gagal.

Sang ayah, apalagi suaminya, pasti akan berikan balasan telak pada para pengganggu yang ingin mengacak-acak keharmonisan keluarganya.

"Aku masih fokus menangani rencana kita untuk investasi di perusahaan manufaktur Vietnam, Pa. Jadi, akan ada beberapa rapat minggu ini."

Ya, Agreva menjawab pertanyaan sang ayah di seberang telepon yang menanyakan alasannya tak akan bergabung dalam perjalanan kali ini.

"Kenapa kalau aku nggak ikut, Pa? Apakah ada rencana tersembunyi yang Papa siapkan?"

Full versi part ini ada di karyakarsa, link di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top