Chapter 17



"Aku akan berangkat nanti malam, Ma."

"Mungkin jam delapan malam baru berangkat. Akan sampai tengah malam atau dini hari."

"Aku akan naik mobil bersama Nona Agreva."

Sekala menjawab detail pertanyaan dari sang ibu yang mengonfirmasi kapan ia tiba di Bandung.

Tentu, ia sudah membuat planning dan gambaran jelas tentang perjalanan ke rumah orangtuanya.

Apalagi, ia akan ke sana bersama putri bungsu seorang ketua umum partai penguasa. Jadi, harus diterapkan prosedur pengamanan yang benar.

"Mungkin kami di sana, hanya dua hari."

Sang ibu bertanya tentang seberapa lama ia dan Agreva Dewantara akan berada ke Bandung.

Setelah mendengar jawabannya, dehaman pelan pun diluncurkan ibundanya di ujung telepon.

Dan tak ada pertanyaan lagi dilontarkan.

Kini tiba gilirannya mengonfirmasi beberapa hal pada sang ibu, terutama tentang persiapan rumah yang diminta karena keikutsertaan Agreva.

"Ma ...,"

Ibunya lekas merespons dengan kalimat tanya.

"Apa sudah Mama sediakan kamar tidur untuk Nona Agreva seperti yang aku minta?"

Sang ibunda langsung mengiyakan.

"Kamarnya apa sudah di lantai dua yang tanpa jendela, Ma?" Sekala memastikan sekali lagi.

Tentu saja, Sekala percaya jawaban orangtuanya karena dalam menyambut tamu yang berkunjung ke Bandung, ibunya akan menyiapkan selalu.

"Terima kasih banyak, Ma."

Setelah melontarkan balasan, sang ibu pun lanjut mengutarakan sebuah pertanyaan padanya.

Bertanya makanan apa yang dirinya dan Agreva Dewantara kira-kira ingin santap di Bandung.

"Aku belum tahu, Ma."

"Aku tanyakan ke Nona Agreva dulu."

"Akan aku beri tahu ke Mama sebentar," imbuh Sekala guna memperjelas jawabannya.

Sang ibu pun mengiyakan di seberang telepon. Dan tidak ada pertanyaan tambahan.

Sekala memutuskan segera mengakhiri telepon dengan ibundanya karena ada tugas penting lain yang mesti dituntaskan secepat mungkin.

Benar, bicara empat mata bersama sang nona akan niatan mengajak wanita itu ke Bandung.

Jika tak didiskusikan segera, maka rencana telah dibuat pasti sia-sia belaka untuk dijalankan.

"Aku telepon lagi nanti, Ma. Terima kasih."

Setelah sang ibu merespons dan juga bersedia menyudahi acara bertelepon mereka, ia segera saja memutuskan sambungan panggilan.

Lalu, melangkahkan kaki ke tempat tujuan.

Benar, apartemen Agreva Dewantara.

Cukup dengan menaiki lift selama dua menit, ia pun tiba di sana. Tak ada satu orang pun lewat di lorong, hanya dirinya yang melintas.

Apartemen Agreva Dewantara berada di ujung. Jadi, langkah kaki dipercepat agar bisa segera pula mencapai tempat tujuannya.

Dari kejauhan, mata pun menangkap sosok si pemilik apartemen, baru keluar dari pintu.

Diperhatikan secara saksama penampilan dari Agreva Dewantara dari kepala hingga ke ujung kaki. Pakaian wanita itu formal dengan kemeja putih dan rok linen selutut yang membalut.

Sekala langsung menghampiri sang nona. Ingin menanyakan kemana Agreva Dewantara pergi. Ia tentu tidak bisa akan membiarkan wanita itu meninggalkan apartemen tanpa acara yang jelas.

Manakala sudah sangat dekat posisinya dengan Agreva Dewantara, diraihnya cepat lengan sang nons sehingga langkah wanita itu terhenti.

Mata mereka lantas bersinggungan.

"Mau ke mana Anda, Nona?"

Full versi part ini ada di karyakarsa, link di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top