Chapter 11

"Lolita?" panggil Agreva cukup kencang untuk teman sosialitanya di seberang telepon.

Tentu agar wanita itu mendengar karena suara di ujung sana cukup berisik oleh dentangan musik. Dan untungnya, Lolita Raflesia mendengar.

Ditanyakan kemudian keberadaan dirinya.

"Aku sudah sampai."

Lolita kembali mendengar jawabannya dengan cepat. Dan wanita itu lekas menyahuti. Memberi tahu jika akan menjemputnya di parkiran.

"Oke." Agreva hanya menjawab singkat.

Sambungan telepon pun dimatikan. Ia juga lekas turun dari mobil agar Lolita mudah menemukan dirinya, mengingat parkiran bar padat merayap.

Ya, malam ini, Agreva memenuhi undangan dari Lolita yang memintanya datang ke pesta lajang wanita itu, diadakan di sebuah bar terkenal.

Karena hubungannya dan Lolita lumayan dekat sebagai mitra bisnis, tidak enak saja ditolak.

"Agrevaaa!"

Kepala ditolehkan cepat ke asal suara, tepat pada sosok Lolita yang tengah berlari ke arahnya.

"Makasih sudah datang."

"Iya, sama-sama, Loly," sahut Agreva segera.

"Kita ke dalam, ya. Teman-teman lain nunggu."

Atas ajakan Lolitha, ia pun mengangguk mantap. Lalu menerima gandengan wanita itu menjauh dari mobilnya, tentu berjalan ke gedung bar.

Dalam hitungan yang terbilang cepat, mereka pun sudah sampai di dalam, tentu saja masih harus berjalan menuju ruangan disewa Lolitha.

Letaknya ternyata di lantai satu.

Saat benar-benar sudah bergabung dengan yang lain, suasana begitu ramai. Alunan musik keras berdentang hingga cukup memekakan telinga.

"Agrevaaa!"

"Grevaaaa!"

"Grevvv!"

Setidaknya ada lima orang yang memanggilnya dengan seruan-seruan lantang. Semua wanita itu bahkan memeluknya secara bergantian.

Agreva mengenal mereka, namun tidak akrab, hanyalah pernah beberapa kali berjumpa dalam acara perkumpulan formal generasi old money dari keluarga-keluarga kalangan atas.

Saat itu ia diundang, dan harus datang.

Jadi, tak bisa dibilang berteman dengan akrab juga. Paling sebatas formalitas bersosialisasi.

"Bagaimana kabar kamu? Lama nggak jumpa."

Pertanyaan diajukan oleh Prima Wilyata.

"Aku? Baik-baik," jawab Agreva sopan.

"Kamu tumben datang ke sini? Ikut party?"

Pertanyaan dilontarkan Amira Loasia.

"Iya," jawab Agreva cepat.

"Kamu nggak suka datang ke party seperti ini?"

Dan sebagai balasan lanjutan, yang dilakukan oleh Agreva adalah anggukan dalam gerakan pelan beberapa kali. Mata masih mengedar.

Entah mengapa, ia kurang merasa nyaman akan tatapan pria-pria asing di sekitarnya. Mesum dan menggoda. Ia jelas tak cukup senang dijadikan objek pandang dengan niatan kurang baik.

Andai saja tak bosan diam di apartemen karena terus diawasi Sekala Adyatama, ia memilih pergi memenuhi undangan dari salah satu kawannya.

"Coba ini, Grev. Enak banget."

"Aku sudah minum tiga gelas, segar banget di kerongkongan, kamu harus coba, Agreva."

Amira memberikannya gelas kaca berukuran tak besar yang berisikan minuman warna merah. Ia yakin mengandung alkohol, walaupun tidak tahu persis beberapa persen terkandung di dalamnya.

Dan Agreva tak berminat meminumnya, namun karena mata menangkap sosok Sekala Adyatama yang ternyata mengawasinya dari jauh, Agreva pun memutuskan menenggak minuman di gelas.

Benar-benar ditandaskan semua.

Bahkan, meminta pada Amira menambah lagi satu gelas karena belum merasa puas minum.

Kawan sosialitanya itu pun segera menuangkan secara penuh koktail ke dalam gelas. Dan lekas pula, dihabiskan hingga tak tersisa.

Walaupun atensi sudah dipindahkan pada sosok si ajudan tampan, dari ekor matanya, bisa dilihat Sekala Adyatama berjalan ke arahnya.

Tak lama, pria itu pun sudah berada di depannya.

Salah satu lengannya lantas diraih.

"Kita pulang, Nona."

Agreva langsung bereaksi dengan menghempas tangannya yang dipegang Sekala Adyatama. Dan usahanya berhasil terlepas dari pria itu.

Agreva pun berniat untuk menjauhkan diri, tapi karena gerakan Sekala Adyatama cekatan untuk menangkap lengannya lagi, maka ia tak mampu kabur seperti yang telah direncanakan.

Dirinya dirangkul kuat pada bagian pinggang, lantas digiring keluar dengan erat. Ia tak punya kesempatan untuk melarikan diri kembali.

Sekelas Sekala Adyatama dengan kemampuan pelatihan militer kelas tinggi sebagai pengawal mumpuni, tentu menaklukan dirinya bukan hal yang sulit untuk dilakukan oleh pria itu.

"Aku tidak mau pulang!" Agreva berseru ketus.

"Tempat ini berbahaya, Nona."

"Kenapa kalau bahaya? Aku mau cari pacar di sini. Aku harus cepat mencari calon suami."

Agreva berniat memancing, namun rupanya tak ada tanggapan dari Sekala Adyatama. Ia dan si ajudan dingin terus melangkah keluar dari bar.

"Saya akan bantu Nona mencari pacar."

"Apa?" Agreva tak percaya akan ucapan Sekala Adyatama karena tidak diduga-duganya.

"Saya akan mencarikan Nona pacar."

Sekala Adyatama memilih solusi tersebut agar putri bungsu sang bos, tak terus menerus menaruh harapan cinta besar padanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top