Chapter 03


Saat lampu kamar dinyalakan, Agreva langsung terbangun dengan mata terasa silau, walaupun netranya masih tertutup secara rapat.

Lalu, didengarnya derap langkah yang terkesan buru-buru. Tempat tidurnya pun dinaiki.

Sebuah pelukan hangat juga didapatkan.

"Bangun putri bungsu nakalku."

Ternyata sang ibu yang datang.

Dari suara saja, sangat dapat dikenali. Sudah begitu dikenali. Bahkan sedari ia kecil.

Dipeluk lekas balik ibundanya kemudian. Upaya untuk menunjukkan kemanjaannya.

"Papa mengajakmu sarapan, Sayang."

"Nggak mau, Ma. Aku mau tidur." Agreva pun meluncurkan jurusan merengek andalan. Kerap diperlihatkan saat menolak perintah.

"Ayo bangun, Nak. Nanti Papa marah."

"Iya, iya, aku akan bangun." Agreva memilih mengalah karena terus berdebat, percuma saja.

"Mama dan Papa tunggu di luar, Sayang."

Sang ibu segera melepas pelukan. Lekas pula, turun dari tempat tidur. Sudah pasti akan keluar kamar karena derap langkahnya kian menjauh.

"Aku pasti akan kena marah, Papa."

"Cih, semua gara-gara semalam!"

"Harusnya aku nggak makan sama si Harun."

Agreva tak diantar ke apartemen pribadinya oleh Sekala Adyatama, melainkan dibawa dirinya ke kediaman utama keluarga Dewantara.

Benar, rumah lantai empat megah milik kedua orangtuanya yang masih aktif ditinggali ibu dan juga sang ayah. Benar hanya berdua saja.

Saat kemarin dirinya dan Sekala Adyatama tiba, yakni kira-kira jam sebelas malam, orangtuanya belum pulang dari acara rapat minggua partai.

Alhasil daripada kena omelan, Agreva memilih lekas tidur. Mengunci diri di dalam kamar masa kecilnya yang memang selalu nyaman ditempati.

Agreva kira besoknya akan terbebas dari acara bertemu langsung dengan sang ayah, mengingat orangtuanya punya jadwal terbang ke Brunei.

Sayangnya tidak begitu!

Ayahnya ingin bicara empat mata!

Ya ampun, ia akan diceramahi habis-habisan.

Bagaimana cara untuk menghindar? Kabur saja dari rumah sekarang agar tak perlu bertemu?

Ada celah pada pintu belakang yang memanglah kerap digunakan Agreva untuk pergi diam-diam, disaat orangtuanya ingin mengomeli dirinya.

Harus dilakukan lagi pagi ini? Sudah tiga tahun yang lalu, sejak terakhir kali dirinya kabur.

Daripada diceramahi dan juga dimarahi ayahnya, bukankah lari diam-diam adalah yang terbaik?

"Oke, aku pergi saja." Agreva berbicara mantap pada dirinya sendiri, upaya meyakini apa yang dilakukan memanglah jalan keluarnya.

Agreva lekas ke kamar mandi. Membasuh wajah sebentar karena mata masih mengantuk.

Hanya butuh seperkian menit.

Agreva pun lanjut merapikan pakaian dan juga mengenakan sepatu hak tinggi keeyangannya.

Tas disampirkan di bahu kirinya.

Dengan langkah tanpa beban, ia pun keluar dari kamar. Akan dilancarkan rencananya.

Tak menoleh ke kanan atau kiri, sehingga saat melihat sosok Sekala Adytama, ia diserang rasa kaget amat besar melihat sang ajudan.

Ya, pria itu berdiri gagah di samping pintu. Dan tentu lengkap dengan setelan jas jam layaknya seorang pengawal tengah bertugas.

Agreva lantas memutuskan untuk mengabaikan keberadaan Sekala Adyatama. Ia pun kembali melanjutkan langkah ke tempat tujuan.

Tentu, bukan lantai satu atau ruang makan.

Sayang, ajudan andalan sang ayah mengikutinya di belakang. Dalam jarak cukup dekat.

Agreva tak suka. Ia akan mengomeli pria itu.

"Jangan ikuti aku!"

"Aku mau kabur. Aku nggak akan saraan bareng Papa dan Mama." Agreva berucap dengan ketus.

"Nona tidak perlu kabur."

"Eh, apa?" Agreva merespons segera sembari membalikan tubuh guna melihat sang ajudan.

"Pak Ganesha harus pergi mendadak ke kantor sekretariat karena ada tamu penting."

Agreva seketika lega karena bisa menghindari pertemuan dengan sang ayah untuk diomeli.

Namun, ia tetap akan meninggalkan kediaman orangtuanya. Ingin kembali ke apartemen.

Dan, Agreva memulai langkah dengan menjauhi ajudan utama ayahnya. Sekala Adyatama yang memang sigap, tentu segera menyadari.

Pria itu lantas berjalan mendahului dirinya.

"Mau ke mana, Nona Agreva?"

"Mau pulang," jawabnya dengan cukup ketus.

"Saya akan antar Nona ke apartemen."

"Aku bisa sendiri." Agreva jelas akan menolak.

"Tidak bisa, Nona. Saya akan mengantar Nona ke apartemen sesuai perintah Pak Ganesha."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top