Chapter 02


Demi Tuhan!

Agreva sudah membayangkan jika akan digeret pulang oleh Sekala Adyatama dengan cara yang sedikit dramatis, yaitu dengan membopongnya secara paksa seperti seorang anak kecil.

Namun tidak demikian alur dihadapinya!

Ajudan tampan itu malah menarik kuat lengan kanannya sehingga terbangun dari kursi. Lalu, Sekala Adyatama merangkulnya. Memenjarakan dengan tangan melingkari kedua bahunya.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan lantai satu restoran dalam derap langkah cukup cepat.

Benar-benar tak ada ruang untuk kabur!

Hilang pula harapannya merasakan gendongan Sekala Adyatama yang penuh keposesifan.

Jika tahu rencana dibuat gagal, maka tak perlu susah-susah meluangkan waktunya pergi dengan politisi penggoda seperti Harun Cahya Wijaya.

Misi yang benar sia-sia!

Dan tentu, ia harus menyusun agenda lainnya demi bisa menggapai apa yang diinginkan.

Kenapa amat banyak rintangan hanya sekadar ingin merasakan gendongan Sekala Adyatama?

Baiklah, semakin sulit diraih, maka tekadnya tak akan pernah padam. Terus menyala hingga dapat mencapainya. Pasti akan ada kesempatan emas itu. Hanya perlu tidak menyerah berusaha.

Agreva Dewantara adalah pejuang sejati!

Gagal berkali-kali merupakan kemenangan yang juga tertunda. Ia harus sampai di garis final dan berhasil mendapatkan cinta sang ajudan tampan.

"Di mana mobilmu di parkir, Nona?"

Agreva tetap diam, walaupun nada bicara Sekala Adyatama semakin tidak enak didengar.

Terdapat penekanan kuat di setiap kata, tanda jelas jika pria itu tengah diserang rasa kesal.

"Nona Agreva? Di mana kunci mobilmu?"

Pertanyaan yang kalimatnya berbeda dibanding tadi, namun tujuannya tentu masih sama.

"Nona Agreva?"

"Apaaa?" Diluncurkan seruan dengan nada suara yang lantang. Jelas nada dibuatnya kesal.

Mata mendelik ke arah Sekala Adyatama.

Pria itu mengeratkan rahang. Tentu saja segera terprovokasi akan reaksinya yang tak sopan.

Dan memang, ia menanti bagaimana kemarahan dari kepala ajudan ayahnya itu akan ditunjukkan pada dirinya. Sangat siap untuk dihadapi.

"Berikan kunci mobil kamu, Nona Agreva."

"Kalau aku nggak mau gimana?" Dijawabnya cepat dengan kalimat sarat tantangan.

"Serahkan saja kuncinya, Nona."

Agreva menggeleng dengan mantap, tetap akan dalam prinsip dan ucapan yang dilontarkan tadi.

Tak bisa dengan mudah gentar akan perintah dari Sekala Adyatama yang semakin memaksa. Ia penasaran akan tindakan pria itu selanjutnya.

"Sudah malam, Nona."

"Kenapa kalau sudah malam? Apa Mas berniat mengajak aku melakukan sesuatu ya-"

Agreva tak bisa melanjutkan ucapannya karena secara tiba-tiba dirinya didorong ke mobil oleh si ajudan tampan. Ia lantas dihimpit sehingga tak bisa bergerak. Tak ada ruang yang cukup.

Harusnya Agreva merasa takut, namun seringai menantang malah dipamerkannya ke Sekala.

"Aku akan diapakan, Mas?"

Sayang, Agreva tak mendapat jawaban apa pun. Ia didorong cepat masuk ke mobilnya yang telah membuka. Dari mana kuncinya diperoleh?

Apakah Sekala Adyatama mengambil dari dalam tasnya? Kenapa bisa? Namun karena pria itu adalah seorang pengawal profesional, tentu tidak jadi pekejaan sulit mencuri sebuah kunci mobil.

Didudukkan dirinya lantas pada jok samping pengemudi dengan sabuk pengaman terpasang kuat. Lalu, pintu kendaraan ditutup dan dikunci.

Dengan rentang yang amat cepat pula, Sekala sudah masuk ke dalam mobolnya. Siap dalam posisi menyetir. Ekspresinya kian serius.

"Bawa aku ke apartemen, Mas."

"Tidak bisa, Nona."

"Aku akan dibawa ke mana?"

"Ke rumah Pak Ganesha."

Agreva langsung memerengut, mana mungkin tidak merasa jengkel mendengar jawaban ajudan sang ayah. Ia akan dibawa ke kediaman kedua orangtuanya. Sudah pasti dirinya dimarahi.

Terutama oleh ayahnya.

Astaga, benar-benar menyebalkan!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top