Chapter 01
"Aku masih tidak menyangka kamu akan mau menerima undangan makan malamku."
"Aku tahu perempuan karier yang selalu sibuk seperti kamu, pasti akan sulit mengatur jadwal sekadar menikmati makan malam bersamaku."
"Aku merasa sangatlah terhormat dan berterima kasih atas waktu yang sudah kamu luangkan."
Agreva hanya tersenyum dengan terpaksa untuk menanggapi bualan Harun Cahya Wijaya, salah satu anggota kader partai didirikan sang ayah.
Agreva tak berminat membalas barang satu kata pun, maka dari itu terus digunakan mulut untuk mengunyah steak ayam yang dipesannya.
Agreva sudah beberapa kali melihat arloji pada tangan tangannya guna mengecek waktu. Ingin sekali menit demi menit lekas berganti.
Dirinya hanya akan berada di sini satu jam. Dan itu artinya masih ada setengah jam lagi tersisa.
Lumayan lama, ditengah ketidaknyamanan hati serta perasaan akan tingkah si politisi penggoda yang terus menatapnya dengan sorot aneh.
Lebih tepat pancaran mata sarat kemesuman.
Tak hanya Harun Cahya Wijaya, banyak pria di luar sana yang memandangnya demikian. Dan memang kecantikannya akan dianggap berbeda oleh mereka dalam ketertarikan berlebihan.
Sayang, belum ada satu pun yang berhasil.
Ya, dirinya tidak akan pernah bisa terpikat oleh playboy kelas kakap mana pun yang hanyalah menganggap dirinya sebagai mainan sementara.
Dan untung juga, walau mereka begitu merasa penasaran padanya, tidak ada yang berani untuk bertindak semena-mena karena amat segan akan posisi ayahnya sebagai pendiri partai besar yang memenangi pemilu, tiga tahun lalu.
Andai saja mereka macam-macam, sudah pasti Agreva akan mengadu ke orangtuanya. Tak akan segan memberikan pria-pria itu ganjaran.
"Apa mau pesan makanan lain?"
Agreva lekas menggeleng.
Tanpa satu pun patah kata keluar dari mulut.
"Pasti tidak makan banyak-banyak karena kamu menjaga ketat pola makan untuk diet?"
Pertanyaan macam apa dilontarkan Harun Cahya Wijaya? Sama sekali tidak lucu untuknya. Jadi, akan diabaikan dengan tak menanggapi.
"Aku jadi makin terpesona denganmu, Agreva. Kamu perempuan yang menakjubkan."
"Kamu sangat seksi, Agreva."
Plak!
Agreva langsung memukul tangan Harun Cahya Wijaya yang hendak meraih lengannya. Ia pun melemparkan tatapan dingin pada politisi itu.
Harun Cahya Wijaya tentu sadar, lalu meminta maaf atas tindakan yang dilakukan.
Namun, Agreva sudah telanjur ilfeel. Tak akan mempan dengan kata-kata pria itu. Sangat basi untuk didengar. Dikira dirinya percaya?
"Aku akan pulang," putusnya kemudian.
"Kamu mau pulang? Kenapa cepat, Agreva?"
"Aku sudah selesai makan," jawabnya dengan nada acuh tak acuh. Lalu, bangkit dari kursi.
Harun Cahya Wijaya melakukan hal yang sama dan hendak meraih lengannya lagi, namun tidak bisa karena seseorang menepisnya cepat.
Agreva langsing menoleh pada sosok itu.
Yang datang adalah Sekala Adyatama. Kepala ajudan sang ayah. Sejak tadi telah ditunggunya.
Akhirnya, si pengawal gagah kemari!
Dirinya pikir Sekala Adyatama tak akan ke sini untuk menjemputnya. Penantian tidak sia-sia.
"Mohon jaga sikap Anda, Pak Harun."
"Jika Anda kelewatan, maaf saja jika saya harus bertindak yang tegas pada Anda, Pak."
"Saya ditugaskan Bapak Ganesha menjaga Nona Agreva dari bahaya apa pun, termasuk Anda."
Sosok Sekala Adyatama amat memukaunya. Ia tak berkedip selama sang ajudan tampan bicara.
Dan ketika pria itu menoleh padanya, debaran jantung meningkat penting dibanding tadi.
"Nona harus pulang bersama saya."
"Andai aku enggak mau, gimana, Mas?"
Sedetik selepas dirinya menjawab, reaksi pun segera saja ditunjukkan oleh Sekala Adyatama, pria itu menarik kuat tangan kanannya.
Tentu membuatnya jadi bangun dari kursi.
Dengan gerakan amatlah cekatan, pria itu lantas membopongnya. Tentu tak akan ada kesempatan untuk melarikan diri dari si ajudan tampan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top