5. Serangan

Ucha berjalan santai menuju toilet wanita. Sampai di sana ia segera mengosongkan kandung kemihnya, setelah itu ia sedikit memperhatikan penampilannya di depan cermin. Setelah dirasa dandanannya masih bagus, ia langsung berjalan keluar toilet. Namun langkahnya terkenti ketika ada sebuah tangan yang membekap mulutnya, hingga ia matanya memdelik dan tubuhnya menegang kaku.

"Mhhmmhhhhhhh .... mhmhhmmm!" seru Ucha saat mulutnya di bekap seseorang dari arah belakangnya. Matanya terbelalak saat ia di seret menuju toilet pria. Dengan panik ia terus meronta-ronta.

'Braakk'

Tubuh Ucha dihempaskan di dinding salah satu bilik toilet. Terasa sedikit nyeri di bagian punggungnya setelah menghantam dinding.

"Hai, Sayang ... kita memang jodoh ya. Nggak nyangka kita bisa bertemu di sini." Ucap seorang pria sembari menyeringai pada Ucha.

Ucha terbelalak saat ia tahu siapakah pria yang berani berbuat kurang ajar padanya seperti ini.
'Edo?!' batin Ucha semakin ingin meronta-ronta. Ternyata teman dari mantan pacarnyalah yang dengan kurang ajar membekap mulutnya dan membawanya menuju salah satu bilik toilet pria.

"Mhhmmhh ...!" geram Ucha di dalam bekapan kuat tangan Edo.

"Aku akan lepaskan tangan aku, tapi sebelumnya kamu harus janji dulu. Kamu nggak bakalan teriak. Oke?!" ucap Edo lalu dengan berat hati Ucha menganggukan kepalanya untuk memberi jawaban setuju atas permintaan Edo.

Ucha mendorong kasar tubuh Edo saat ia bisa berhasil terbebas dari kungkungan tangan kokoh Edo. "Brengsek!!" seru Ucha.

Edo yang sedikit terpelanting mundur, tersenyum miring sambil menatap Ucha. Ia lalu mendekat dan merapatkan kembali tubuhnya pada tubuh wanita di depannya ini.

"Minggir, apa-apaan kamu!!" seru Ucha mendelik tak terima dengan perlakuan Edo padanya.

Terdengar suara dua orang pria memasuki toilet, hal itu membuat Edo dan Ucha terpaksa diam agar tak ada yang tahu jika mereka berdua tengah berada di dalam salah satu bilik toilet. Namun tatapan mata Ucha masih nyalang menusuk mata Edo. Bukannya takut Edo malah semakin tertantang dengan sikap beringas Ucha.

Edo mulai mendekatkan wajahnya hingga bibirnya bisa menggapai bibir Ucha. Ia mulai mencium bibir Ucha, mencecap rasa manis untuk yang pertama kali dari bibir wanita yang selama ini selalu menjadi fantasi liarnya.

Ucha terus meronta dengan mendorong tubuh Edo yang membelit tubuhnya, namun hasilnya nihil karena tubuhnya kalah besar dari tubuh pria brengsek di depannya ini. Ia mencoba menggelengkan kepalanya tapi cengkeraman tangan Edo di kepalanya malah semakin kuat hingga kini ia merasakan bibirnya digigit dan terpaksa ia membuka bibirnya lalu lidah Edo masuk untuk bertemu dengan lidahnya.
Ucha mendelik saat tangan Edo mulai meraba dadanya lalu turun menuju paha. Dengan gerakan pelan dan menggoda, Edo menaikkan dres yang ia kenakan hingga sampai pinggang dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna hitam, sedikit menggoda area selangkangan Ucha. Tangan Edo kembali menuju ke dua gundukan kenyal yang ada di dada Ucha, tanpa aba-aba Edo langsung meremasnya membuat Ucha memekik tertahan karena suaranya tenggelam dalam ciuman Edo.

Ciuman Edo turun menuju tulang selangka, tangannya tak tinggal diam mempelorotkan lengan dres Ucha hingga ia bisa melihat dua gundukan kenyal yang masih dibungkus oleh bra berwarna hitam. Ia langsung menurunkan bibirnya menuju dua gundukan yang menyembul di atas cup bra. Ia meninggalkan beberapa bekas kecupannya yang berwarna merah di sepanjang leher hingga dada Ucha. Ia menggesekan selangkangannya dengan selangkangan Ucha hingga ia bisa tersenyum puas saat indra pendengarannya mendengar lenguhan tertahan dari wanita yang sudah lama mengganggu pikirannya ini.

'Drrtt ... drttt ....'

Ucha tersadar dari buaian Edo saat mendengar suara yang berasal dari gawainya. Ia langsung mendorong tubuh Edo dan segera mengambil gawainya. Ia segera mengangkat sambungan telponnya.

"I-iya, Yol?"

"Toiletnya antri, aku segera ke sana. Tunggu sebentar," sambung Ucha. Ia langsung memasukan gawainya kembali ke dalam tas kecil yang ia bawa dan segera merapikan kembali dresnya yang sudah sedikit terkoyak oleh perbuatan tangan Edo.

Edo menyeringai menatap ke arah Ucha. "Lain kali kita selesaikan kenikmatan kita yang tertunda ini, Sayang," ucap Edo.

"Brengsek!!" umpat Ucha lalu keluar dari bilik toilet dengan sedikit mengendap-endap. Ia berjalan cepat menuju di mana tadi ia meninggalkan Yola.

"Ucha!! Lama banget sih ke toiletnya," seru Yola saat Ucha sudah kembali duduk di sebelahnya.

"Ayo kita pulang, di sini bukan tempat yang bagus untuk bersenang-senang." Ajak Yola saat Ucha masih menenggak minumannya yang tadi sempat ia tinggal.

Ucha mengangguk menyetujui ajakan Yola. Mereka akhirnya pergi dari tempat hiburan malam itu.

***

1 November 2020

_SILVIA DHAKA_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top