2. Arisha Senna Gulbahar
Yola mengajak Ucha keliling pusat perbelanjaan. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk belanja, makan dan sekarang mereka baru saja keluar dari salon untuk memanjakan diri mereka.
"Gimana, udah enakan?" tanya Yola.
"Gimana sih, aku ini patah hati Yol. Kamu malah ajak aku shopping," sahut Ucha.
Yola tertawa, "itu cara kita buat menghibur diri. Nih lihat penampilan kamu sekarang, kelihatan lebih fresh kan?! Itu modal buat cari cowok baru. Pria brengsek itu lupain aja, nggak guna juga dia buat kamu," ucap Yola.
"Kamu emang nggak ngerti ya, aku udah pacaran lama sama Ardi. Dan dia ngebuang aku gitu aja. Emang kamu pikir aku nggak sakit hati apa?!" seru Ucha.
"Sakit hati sih boleh, tapi jangan sampai ditangisin gitu. Dia itu bukan segala-galanya buat kamu. Aku itu nggak suka sama dia karena dia itu sudah bikin kamu jadi rusak!" seru Yola.
Ucha mencebikkan bibirnya mendengar seruan dari temannya itu. Ia tak menyangkal jika memang Ardi telah merusak dirinya luar dan dalam.
"Udah ayo ah, kita pulang aja. Aku udah capek," ucap Ucha.
Mereka akhirnya pulang ke rumah Ucha. Sampai di rumah Ucha, mereka disambut oleh Rita.
"Hai Yola ...," sapa Rita pada teman anak tirinya itu.
"Hai juga, Tante Rita. Apa kabar?" sahut Yola.
"Tante baik kok. Kamu udah lama nggak main ke sini," ucap Rita.
"Iya Tante, saya sibuk," sahut Yola.
"Ayo ah." Ucha menarik lengan Yola agar cepat mengikutinya menuju kamar.
"Saya masuk dulu, Tante," ucap Yola yang merasa tak enak hati pada Rita.
"Kamu itu kenapa sih, Cha?" tanya Yola setelah mereka sampai di kamar Ucha.
"Kamu yang kenapa. Ngapain kamu sok akrab sama dia?!" seru Ucha tak terima lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya.
"Memangnya kenapa sih, Cha. Tante Rita itu baik lhoh." Sahut Yola mendekat ke arah Ucha.
"Aku nggak suka sama dia. Sekali nggak suka, tetep nggak suka. Dia udah rebut posisi Mama di hati Papa," sahut Ucha.
"Kenapa kamu ngomong gitu?"
"Karena dia memang udah merebut perhatian Papa dari aku dan almarhumah Mama," sahut Ucha.
"Memangnya kamu anak kecil, yang setiap saat harus diperhatikan?! Untuk almarhumah Mama kamu, aku yakin kalau Papa kamu nggak segitu gampangnya bisa melupakan almarhumah Mama kamu, Cha," sahut Yola.
"Pokoknya aku nggak suka sama dia, titik."
Yola menghembuskan nafasnya kasar, "pemikiran kamu itu udah kayak anak kecil tahu nggak. Kasian kali Tante Rita kalau kamu perlakuin kayak gini terus. Dia udah jadi istri Papa kamu delapan tahun, dan sekalipun kamu nggak pernah anggap Tante Rita sebagai Mama buat kamu. Padahal kalau aku lihat-lihat Tante Rita baik, dia juga kelihatannya sayang tulus sama kamu," ucap Yola.
"Tau ah! Kamu aku suruh ke sini buat nemanin aku, bukannya buat memuji-muji dia!" Seru Ucha lalu menelungkupkan wajahnya ke bantal.
"Ya udah, kalau gitu aku pulang," pamit Yola. Ia lalu keluar dari kamar Ucha. Sampai di luar ia langsung berpamitan dengan ibu tiri Ucha.
***
Hari ini Ucha bangun dari tidurnya dengan keadaan yang lebih baik. Ia sudah memutuskan untuk tak lagi menangisi laki-laki brengsek yang sudah mengacaukan hidupnya.
Ia membersihkan tubuhnya, setelah itu ia memoleskan make up di wajah cantiknya.
"Selamat pagi ...." Sapa Ucha saat ia sudah duduk di ruang makan.
"Selamat pagi, Kak," sahut Rey.
Ucha tersenyum pada adiknya itu. Ia lalu menyendokan nasi goreng ke piringnya.
"Kamu bareng sama Papa saja," ucap Martin pada putrinya itu.
"Kenapa?"
"Ya nggak pa-pa, kan kita sekantor. Apa salahnya kamu berangkat bareng Papa?" ucap Martin.
"Iya." Ucha tak ingin membuat keributan di pagi hari hanya karena membantah ucapan sang papa. Ia lebih memilih menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.
"Rey bareng juga sama Papa dan Kak Ucha ya?" tanya Rey pada Papanya.
"Rey diantar Mama saja, ya," ucap Rita.
"Rey mau ikut sama Papa sama Kak Ucha." Sahut Rey cepat sembari mengerucutkan bibirnya.
"Ya udah Rey bareng sama Papa dan Kak Ucha." Sahut Ucha sambil mengacak rambut Rey.
"Asik!!" seru Rey.
"Ayo Pah, kita buruan berangkat. Kalau kelamaan nanti kita bisa terlambat kalau harus antar Rey dulu." Ucap Ucha lalu berdiri bersiap untuk keluar rumah.
"Ayo, Kak," ucap Rey. Mereka lalu keluar rumah dengan bergandengan tangan.
Rita dari tadi memperhatikan interaksi antara Ucha dan Rey. Hingga kedua anaknya itu pergi, ia tetap memperhatikan.
"Ada apa?" tanya Martin pada istrinya itu.
Rita menggeleng, "sampai sekarang Ucha belum bisa nerima aku jadi mamanya. Tapi setidaknya aku bersyukur karena Ucha mau menerima kelahiran Rey, buah cinta kita. Bahkan aku perhatikan semakin hari Ucha semakin menyayangi Rey, Pah." Ucap Rita dengan mata berkaca-kaca.
Martin berdiri menghampiri Rita, "sudahlah jangan bersedih seperti itu. Papa yakin, suatu saat Ucha pasti sadar kalau kamu benar tulus sayang sama dia dan dia mau menerima kamu jadi mamanya," ucap Martin mencoba menghibur istrinya.
"Amin. Semoga hari itu cepat datang, mama udah nggak sabar."
Tiinn.. tinn.... tiinn...
Martin dan Rita terhenyak saat mereka mendengar suara klakson mobil.
"Sudah Pah, itu anak-anak sudah pada nunggu Papa di luar," ucap Rita mengingatkan suaminya.
"Ya sudah Mah, Papa berangkat dulu," pamit Martin.
"Iya, Pah," sahut Rita.
Martin lalu keluar menghampiri kedua anaknya yang sudah menunggunya di mobil.
***
Martin dan Ucha berjalan beriringan menuju ruang kerja mereka. Ucha menjabat sebagai manager personalia di perusahaan milik Martin.
Ucha menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya setelah sampai di ruangannya. Ia mulai bekerja seperti biasanya.
Selama Ucha dan Ardi berpacaran, tak sekalipun Ucha membahas masalah tentang pekerjaannya ataupun pekerjaan papanya. Mantan pacarnya itu tak pernah mengetahui jika papanya adalah pengusaha sukses di bidang sandang. Saat berpacaranpun ia tak mau bodoh terus menerus mengeluarkan uang untuk Ardi. Ia tahu jika mantan kekasihnya itu orang yang matre dan pelit. Menguak jati dirinya, itu sama saja membuka peluang Ardi untuk menjadi benalu di hidupnya, dan ia tak mau hal itu terjadi.
"Ibu Arisha, di depan sudah banyak pelamar yang menunggu," ucap seorang perempuan, asisten Ucha.
"Iya, Indah. Sebentar lagi saya keluar," sahut Ucha.
"Iya, Bu," sahut perempuan itu yang diketahui bernama Indah. Ia lalu keluar dari ruangan manager personalianya, seorang perempuan lajang bernama Arisha Senna Gulbahar.
Ucha lalu membenarkan penampilannya sebelum ia keluar dari ruangannya dan menemui para pelamar yang melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja ini.
***
20 Oktober 2020
Salam
_Silvia Dhaka_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top