1. Patah hati
Seorang perempuan menangis meraung sembari membuang barang-barang yang bisa ia jangkau di kamarnya. Bunyi yang dihasilkan dari lemparannya membuat bik Ina berlari tergopoh memasuki kamarnya.
"Astaga, Non Ucha ...!" teriak Bik Ina terkejut dengan keadaan kamar nona majikannya itu.
"Hiikss ... hikkss ... breksek kamu, Ar!!" teriak perempuan yang diketahui bernama Ucha itu.
"Tenang, Non. Jangan banting barang begini ...," lirih Bik Ina menegur Ucha yang sudah seperti orang kesetanan.
Puas dengan membanting barang-barang yang ada di kamarnya, kini Ucha menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya.
Ia tak terima dicampakan begitu saja oleh orang yang dicintainya. Sudah dua tahun menjalin kasih, nyatanya ia harus tersingkir dari persaingan di arena percintaan.
Bik Ina mulai membereskan kekacauan yang ia perbuat di kamarnya. Dengan telaten Bik Ina memunguti barang-barang yang masih utuh untuk dikembalikan ke tempatnya semula, sedangkan barang yang sudah pecah ia kumpulkan menjadi satu lalu ia buang ke tong sampah.
Ucha menenggelamkan wajahnya di bantal agar bisa meredam isakannya. Bik Ina memandang nona majikannya ini dengan prihatin. Setelah membereskan kekacauan di kamar Ucha, Bik Ina segera keluar meninggalkan kamar itu.
"Bik Ina ...."
"Iya, Nyonya ...," sahut Bik Ina.
"Ada apa, Bik?" tanya Rita, Mama Ucha.
"Saya tidak tahu, Nyoya .... Non Ucha tiba-tiba mengamuk dan membanting barang," sahut Bik Ina.
Rita mengangguk lalu berlalu tanpa menengok ke arah kamar Ucha.
***
Keesokan harinya Ucha turun untuk sarapan. Di ruang makan sudah ada papa, mama dan juga adik laki-lakinya.
Ucha langsung duduk begitu saja tanpa mau menyapa anggota keluarganya.
"Kamu kok belum siap-siap?" tanya Martin, Papa Ucha.
"Aku nggak ke kantor hari ini," sahut Ucha acuh.
"Jangan terlalu sering bolos, Ucha," tegur Martin.
"Heemm ...," sahut Ucha.
Martin menghembuskan nafasnya jengah dengan sikap putrinya itu, semakin hari semakin tak bisa dikontrol. Rita mengelus tangan Martin agar suaminya itu bisa lebih sabar menghadapi sang putri.
"Aku mau liburan ke rumah Nenek," ucap Ucha pada papanya.
"Berlibur di akhir pekan saja, jangan lepas tangung jawab kamu begitu saja, Ucha," tegur Martin yang mencoba sesabar mungkin menhadapi Ucha.
"Kau mau ikut?" tanya Ucha pada Rey, adik laki-lakinya.
Rey langsung mengangguk antusias. Hal itu membuat Rita mendelik pada Martin karena ia tak berani menegur Ucha. Ucha tak pernah menganggapnya sebagai mama, meski ia sudah menikahi Martin selama delapan tahun. Namun begitu, ia merasa sedikit lega karana ternyata Ucha bisa menerima kehadiran Rey. Bahkan Ucha begitu menyayangi adiknya itu.
"Kamu nggak bisa ngajak Rey gitu aja, Cha. Rey itu masih harus sekolah," ucap Martin setelah mengerti arti dari sorot mata istrinya. Ia tahu jika putrinya ini tak menyukai istrinya, jadi ialah yang harusnya bertanggung jawab menegur putrinya dari pernikahannya terdahulu.
Ucha mencebik kesal, ia lalu berdiri meninggalkan meja makan begitu saja.
"Dasar anak itu!" seru Martin.
"Sudah, Pah ...," bujuk Rita.
***
Ucha mencoba menghubungi temannya dari jaman ia kuliah dulu. Mungkin saja temannya itu bisa menjadi pendengar yang baik dan bisa memberinya saran serta dukungan untuknya. Barang kali saja setelah bercerita pada seseorang bisa membuat hatinya sedikit lega.
"Yola, kamu bisa datang ke rumah aku nggak. Ada yang mau aku omongin sama kamu, aku mau curhat." Ucap Ucha saat sambungan telponnya sudah terhubung.
"Kamu kenapa Cha, ada masalah?" tanya temannya itu yang diketahui bernama Yola. Ia merasa sangat khawatir karena suara sahabatnya itu terdengar sangat parau seperti sedang menangis.
"Pokoknya kamu buruan datang ke rumah," ucap Ucha.
"Ya udah aku langsung ke sana," sahut Yola.
Ucha langsung mematikan sambungan telponnya setelah Yola berkata akan segera datang ke rumahnya.
Ucha mengusap air matanya yang membasahi pipinya, ia lalu keluar kamar untuk mencari keberadaan Bik Ina.
"Bik Ina!"
"Iya, Non ...," sahut Bik Ina.
"Nanti kalau ada Yola datang, langsung suruh naik ke kamarku aja ya, Bik," ucap Ucha.
"Oohh baik, Non," sahut Bik Ina.
"Terus nanti langsung tolong buatin minum ya. Langsung bawa ke kamar aku aja," sambung Ucha.
"Siap, Non," sahut Bik Ina.
Ucha lalu kembali berjalan ke kamarnya.
Satu jam menunggu akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu datang juga.
"Ucha ...." Sapa Yola saat memasuki kamar Ucha.
"Yola ...," rengek Ucha saat temannya itu menghampirinya.
"Ada apa, Cha?" tanya Yola dengan raut muka yang sudah terlihat khawatir.
Ucha langsung menubruk tubuh Yola. "Ardi mutusin aku, Yol." Adu Ucha pada temannya itu dengan air matanya yang kini kembali keluar.
"Ardi mutusin kamu, tapi kenapa?!" tanya Yola.
Ucha menggeleng lemah setelah mengurai pelukannya pada Yola.
"Aku nggak tahu, tapi kayaknya dia selingkuh deh," sahut Ucha.
"Emang bener-bener tuh orang nggak tahu diri ya .... Udah bagus kamu mau nerima dia jadi pacar kamu lho, kok sekarang seenaknya aja dia selingkuh!" seru Yola menggebu.
"Aku itu dari dulu, udah nggak suka sama dia. Nah gini kan jadinya, bener omongan aku waktu itu!" seru Yola berapi-api.
Ucha malah semakin menangis sesenggukan. Kedatangan Yola yang ia kira akan membuat ia menjadi lebih tenang, kini malah membuat ia menjadi lebih tertekan.
"Kok kamu malah tambah kenceng sih nangisnya?!" Yola bingung namun merasa sedikit panik saat melihat Ucha semakin banyak mengeluaran air mata.
"Kamu ngapain malah nambahin akau pusing? Kamu datang-datang bukannya bikin aku tenang malah nambah aku tertekan!" Seru Ucha lalu melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia menelungkupkan tubuhnya.
Yola merutuku kebodohannya, "yaa maaf deh, Cha. Habisnya aku sebel sama tuh laki," sahut Yola.
Took took tokk
Terdengar pintu kamar Ucha diketuk, ternyata ada Bik Ina yang datang.
"Permisi Mbak, ini es dan camilannya." Ucap Bik Ina sembari meletakkan bakinya di atas nakas.
"Terima kasih ya, Bik Ina," ucap Yola.
"Iya Mbak Yola, sama-sama," sahut Bik Ina.
"Saya permisi dulu." Sambung Bik Ina lalu keluar dari kamar nona majikannya.
"Kan kamu tahu akau habis diputusin, harusnya kamu gimana gitu kek ... nggak kasian apa sama aku," ucap Ucha setelah Bik Ina keluar dari kamar.
"Cha, justru kalau merasa kasian sama kamu kalau kamu terus-terusan jalin hubungan sama dia. Dia itu bukan pria yang baik buat kamu, Cha. Masih banyak pria baik yang cinta tulus sama kamu. Kamu nggak sebanding sama dia, kamu bisa dapat yang lebih segala-galanya dari dia," ucap Yola.
"Tapi aku udah terlanjur cinta sama Ardi, Yol," sahut Ucha.
"Buang jauh-jauh tuh cinta kamu. Aku nggak yakin kalau dia beneran cinta sama kamu. Dia itu cinta palsu tau nggak sih!" ucap Yola.
Ucha membalikan tubuhnya menghadap ke arah Yola. Ia memicing memperhatikan temannya itu.
"Bangun!!" seru Yola sembari mendelik ke arah Ucha. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Ucha mendelik horor ke arah Yola.
"Bangun, aku bilang!" Yola kembali berseru.
Dengan ragu, Ucha turun dari ranjang.
"Eh ...." Ucha terkejut saat Yola menarik tangannya menuju lemari pakaian.
Yola melemparkan satu setel pakaian pada Ucha. "Pakai ini!" seru Yola.
"Kita akan jalan-jalan. Kamu perlu hiburan," ucap Yola saat melihat Ucha bergeming menatapnya.
Dengan langkah tertatih, Ucha melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah berganti pakaian, ia langsung duduk di depan meja rias untuk sedikit memoleskan bedak dan lipstik.
"Sudah siapkan?! Ayo." Ajak Yola menyeret tangan Ucha.
Ucha hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki temannya itu.
"Aku ke sini nggak bawa mobil. Ambil kunci mobil kamu gih," seru Yola.
Ucha mengangguk lalu mengambil kunci mobilnya di laci nakasnya. Mereka lalu bergegas keluar rumah.
"Bik Ina!" seru Ucha.
Bik Ina mendelik pada nona majikannya yang tengah di seret oleh temannya itu.
"Nanti kalau Papa cari aku, bilangin ke Papa kalu aku diculik sama Yola!" Seru Ucha sembari terus melangkahkan kakinya keluar rumah.
Ucapan Ucha membuat Bik Ina tersenyum, namun membuat Yola mendengus sebal.
Setelah sampai di garasi, Yola menyetir mobil Ucha. Membawa temannya itu untuk menghibur diri.
***
Yang kemaren pada baca cerita aku yang judulnya THE SYORY OF OSIE pasti tahu siapa itu Ucha, Edo, Yola dan Ardi.
Ini lapak Ucha dan Edo... Semoga pada suka
18 Oktober 2020
-Silvia Dhaka-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top