Celaka <2>

"Ayolah Hali."

"Tak!"

"Ayo, sekejap je."

"Tak!"

"Ish, kau 'ni!"

"Apa?!"

                Solar dan Hali terus saja keras kepala. Mereka terus seperti itu sepanjang jalan untuk pulang atau mencari kembarannya yang lain. Solar ingin kakaknya (Hali) itu supaya mengobati kepalanya, setidaknya untuk diperban atau apa, Solar khawatir dan takut kalau kepala Hali infeksi.

                Tapi Hali ngeyel tidak mau diobati atau diperiksa sekalipun. Dia mengatakan kalau dia baik-baik saja dan jangan khawatir, tapi tidak bagi Solar. Dasar! Sama-sama keras kepala, saling menguatkan pendapat dan ego masing-masing. Sampai tidak ada yang mengalah antara keduanya.

"Ish, ayolah Hali!"

"Tak! Untuk kesekian kalianya, TAK!"

"Kau 'ni, keras kepala!"

"Kau pun sama, kepala batu!"

               Solar bungkam saat dikatai begitu, mereka berdua juga sadar diri kalau masing-masing dirinya kepala batu.

"Come on brother, macam mana kalau infeksi?" ucap Solar membujuk, lagi.

"Tak 'kan pun." jawab Hali enteng.

"Kau tak tahu, kau bukan Dokter!"

"Emangnya kau Dokter?"

"Aku memang bukan Dokter, tapi aku tahu. Dan ekhm! Calon Dokter." ucap Solar sombong.

"Hn,"

"Hn apa?"

                Belum sempat Hali menjawabnya (meski tak niat jawab pun), mereka berdua melihat tiga orang sedang mengarah pada keduanya. Mereka ternyata adalah Blaze, Ice, dan Thorn.

"Hai Solar, Kak Hali." ucap mereka, meski Ice hanya bergumam.

"Hm," jawab Solar dan Hali.

'Dasar!' batin Blaze dan Thorn.

"Kalian ke mana aja? Tak ingat pulang!" ucapa Hali tajam, meski ada nada khawatir di dalamnya.

"Ehehehe ... Nonton bola. Maaf kak, Ice 'ni yang lama." jelas Blaze.

"Eh? Kenapa jadi aku?" tanya Ice.

"Hmm ... Bukannya betul, kan?" ucap Blaze melirik Thorn.

"Ada apa dengan Ice?" tanya Solar.

"Kak Ice tidur di toilet tadi." jawab Thorn dengan polosnya.

"Oh ...." jawab Solar.

"Emm ... Kalian berdua dari mana?" tanya Blaze ke arah Solar dan Hali.

"Dari Mal." jawab Solar.

"Tak! Solar yang dari sana. Aku cuma mencari kalian. Lain kali 'tu pulang lebih awal, jangan asik merayau je?" ucap Hali tegas menatap tajam.

"Err ... Maaf lah." jawab kesemuanya.

                 Saat mereka asik mengobrol (diceramahi Hali), seseorang berlari dengan cerianya ke arah mereka, menyebrang jalan tanpa melihat ke kiri maupun kanan dan rambu-rambu lalu lintas.

"Korang!" panggilanya dan berhenti tepat di depan mereka.

"Kenapa kamu lakukan itu Fan?!" ucap Hali datar dan tajam.

"Eh? Apanya Hali?" tanya Taufan bingung, dan sukses mendapatkan gelengan dari Blaze dan Solar, manakala Thorn melihatnya tak faham. Dan Ice? Entah sejak bile dia dah tidur berdiri.

"Taufan, jangan ulangi lagi!" ucap Hali tegas.

"Ulang apa?" tanya Taufan dan membuat Hali tepuk jidat.

"Kau menyebrang jalan 'tu saat lampu merah lah, bukan hijau. Apalagi kau tak tengok kiri kanan." jelas Hali dan mendeatglare Taufan.

"Oh itu, ehehehe ... Tapi sepi, kan?" ucap Taufan sambil tersengih.

"Kak Taufanku," Blaze merangkul Taufan. "Meski sepi atau apa sekalipun, tetap saja itu tak boleh." lanjutnya.

"Hm," gumam Hali dan mengangguk.

"Emangnya kak Taufan melanggar apa?" Tanya Thorn.

"Lalu lintas." jawab Blaze.

"Kenapa dengan lalu lintas?" tanya Thorn lagi.

"Kak Taufan melanggarnya." jawab Solar.

"Karena apa?" tanya Thorn lagi dan lagi.

"Karena jalanan sepi. Jadi aku nyebrang aja." kini Taufan pulak yang menjawab.

"Berarti kak Taufan gak salah?" tanya Thorn lagi.

"Ya salah, karena dia tidak mentaati peraturan." jelas Blaze.

"Peraturan apa?" tanya Thorn entah keberapa.

"Lalu lintas!" Blaze menaikan suaranya.

"Jadi kak Taufan itu salah, atau benar?" Thorn bertanya lagi.

"Salah!" Solar, Blaze, dan Taufan menjawab.

"Kak Taufan melanggar peraturan, atau lalu lintas?" astaga Thorn ....

"Ish, sudah lah! Intinya Taufan salah!" Blaze sudah naik angin.

"Kalau salah, kenapa tak ditangkap polisi?" tanya Thorn.

"Karena kak Taufan tak salah sampai harus kena tangkap polisi macam 'tu."  kini Solar dan Blaze menjawab serentak.

"Lah, kan katanya kak Taufan salah, berarti harus ditangkap dong?" ucap Thorn membuat semuanya jengkel, kot.

"Aaarrrggghhh!!! Kuatkan lah hamba menghadapi cobaan ini." ucap Solar dan Blaze, saat Taufan hanya tertawa kosong.

"Zzzzzzzz ...." Ice berdengkur.

"Kak Blaze dan Solar kenapa?" tanya Thorn.

"Tak de!"

                 Saat Blaze dan Solar menghadapi Thorn yang kambuh, dan Ice yang damai tertidur, Taufan memperhatikan gelagat Hali yang hanya diam tak ikut campur. Taufan mengangkat satu alisnya bingung, tak biasanya Hali seperti ini? Taufan makin terkejut ketika tiba-tiba saja sebuah cairan berwarna merah meluncur hingga dekat mata kanan Hali sekali.

"Hali!" panggil Taufan dengan serius, dan membuat semuanya berhenti dari kegiatannya, dan refleks melihat Taufan.

"Hm?" gumam Hali bingung.

"Apa kau ..." Taufan menggantungkan ucapannya, dan berusaha menyentuh cairan itu, tapi ditepis oleh Hali.

"Apa yang kau nak buat Taufan?" ucap Hali tajam. Sedang yang lainnya menjadi tegang, dan Solar sudah sangat pucat karena khawatir.

"Seharusnya aku yang mengatakan itu. Apa yang kau dah buat Hali?" terlihat nada serius keluar dari mulut Taufan.

"Gak." jawab Hali menarik topinya ke bawah, lebih rendah dari Ice, dan menatap ke arah lain.

"Sebenarnya tadi----" Belum sempat Solar menceritakannya, Hali pergi dengan kecepatan kilatnya.

'Gawat!' batin Solar, dan segera melesat dengan lompatan cahaya miliknya.

"Ada yang tidak beres." gumam Blaze.

"Haverboard Taufan! Blaze, ayo naik!" ucap Taufan.

"Baik!" jawab Blaze dan segera naik.

              Baru saja Taufan dan Blaze melesat, Thorn tiba-tiba menghentikan mereka.

"Tunggu!" teriak Thorn.

"Ada apa?" tanya Blaze.

"Bagaimana dengan Thorn?" tanya Thorn menatap mereka.

"Err ... Maaf, Haverboard ini cuma untuk dua orang." jelas Taufan, dan segera melayang, menyusul Solar dan Hali. Tapi Thorn mengejar mereka dari bawah.

"Tunggu! Thorn pun ikut!" terika Thorn sambil berlari.

"Tak boleh, nanti tak muat." ucap Taufan.

"Kenapa kau tak guna je kuasa kau?!" tambah Blaze.

"Eh? Betul juga." ucap Thorn sambil berhenti berlari.

"Ok, jumpa kat rumah tau! By Thorn!" ucap Blaze dan Taufan menghilang dari sana.

"Ish, tak guna punya Abang! Kenapa tega tinggalkan Thorn? Huhu ...." lirih Thorn dan segera mengeluarkan akar menjalar, dan melesat mengikuti Abangnya tadi. Tapi Thorn tiba-tiba berhenti.

"Eh? Thorn lupa sesuatu." ucapnya dan berbalik ke tempat tadi.

"Baiklah, akar pengikat!" ucapnya dan segera menyusul Taufan dan Blaze.

"Eh-eh? Apa 'ni Thorn?"

"Maaf kak Ice, Thorn lupa kalau kakak tidur tadi." ternyata Thorn berbalik untuk membawa Ice.

"Lalu, kenapa aku diikat?" tanya Ice.

"Habis kak Ice tidur mulu, nanti ketinggalan lagi Kak." ucap Thorn.

"He? Emang ada apa?" tanya Ice.

"Udah diem aja Kak. Kalau mau, Kakak lanjutin tidur aja." ucap Thorn fokus pada kelibat Taufan dan Blaze.

'Gimana mau tidur kalau posisinya seperti ini?' batin Ice. Ppffttt ... Ternyata Ice diikat terbalik sama Thorn.

"Wah, mereka cepat." monolog Thorn. "Baiklah, Thorn akan percepat juga." lanjutnya.

"Eh? Dipercepat?" ucap Ice bingung. "Tu-tunggu Thorn! Di sini ada----" Belum selesai Ice mengataknnya, Thorn sudah memotongnya.

"HIYAAATT!!"

"Warrrghhh!!!! Jangan laju sangat!" teriak Ice dibontang-banting di udara dengan posisi terbalik.














#Hallo readers semua ^o^

I-chan :"ehehehe ... Udah berapa hari ya aku lewat update? "

All : ....

I-chan :"ehehehe ... Maaf lambat up. Aku salah. T^T "

I-kun :"du dudu dudu~ misi, numpang lalu."

I-chan :"oi! Kau harus minta maaf juga."

I-kun :"hm? Aku tak salah pun, aku cuma tamu."

Tak!

I-kun :"adoy!" *usap kepala*

I-chan :"jangan pernah bilang kayak gitu lagi." deatglare I-kun.

I-kun :"em ... Ok."

All : ....

I-chan & I-kun :"intinya kami berdua mita maaf sangat-sangat. Kami tau kami salah. Semoga kalian maafkan kami, dan terus setia di sini. Maaf semua. Oh iya, kami ada bonus, seperti biasa, kalau lambat up berarti up 2 .^o^ suka tak?"


Dah dulu, jangan lupa Voment ^o^

Minggu, 03 Mei 2020

16:00 WIB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top