(34) Boboiboy


"Sol!"

"Mm ..."

"Sol!"

"Hmmm!"

"SOLAR!"

"ASTAGFIRULLAH! Thorn! Bisa tidak kau tidak berteriak di telingaku?"

"Hehe ... Sorry, Thorn kira Solar tidak mendengarnya tadi~ tolong bangunkan yang lain, Thorn nak bantu Bang Gem dulu~ tata~" dengan santainya Thorn pergi dan menutup pintu kamar.

"Cih! Padahal ini masih jam 4!" Solar mengedarkan pandangannya ke tempat tidur miliknya, ah tidak! Ini tempat tidur milik Halilintar, dan lihat itu, beberapa makhluk yang mirip sepertinya tapi tidak lebih gans dari dirinya (menurut Solar :v) tengah bertebaran di mana-mana karena tidak muat di kasur Halilintar.

Solar tepuk dahi, "padahal masih ada ada kasur milik Gempa dan Taufan di sana, tapi mereka rebutan kasur Halilintar? Ck-ck-ck~ segitunya~" Solar tidak menyadari kalau dia sendiri baru saja bangun dari tempat tidur milik Hali.

"Oke, kita absen, emak galak sama anak kesayangan lagi masak, berarti di sini ada ... anak kudanil eh? Anak beruang maksudnya di kolong kasur, angin Muson di atas lemari, merecon beledug di bawah meja belajar. Dan si Tsun-tsun-der bolong di ... Eh? Kemana si Lili-chan Kawai OHOK! Err ... ma-maksudnya, si Hali?"

Wush~

Criiit~

Tiba-tiba Solar merasakan hawa dingin di jam 4 pagi, dia melihat ke arah jendela kamar itu karena berbunyi.

Tunggu! Jendela kamar terbuka? Sejak kapan?

"Tch! Dasar bocah! Menyusahkan!" Solar mengambil topi miliknya dan memakai sandal berbulu merah muda-uhuk! entah milik siapa dan segera melesat keluar melalui jendela tanpa membangunkan saudaranya. Karena apa? Tentu saja karena salah satu saudaranya tidak ada di sana.

"Dasar Pikachu gledek! Kemana dia?!" 

Solar terus melesat dengan kekuatanya, hanya meninggalkan berkas cahaya ketika dia berpindah tempat.

Dari mulai jalanan, kedai Atoknya yang masih tutup, sekolah, taman, lapangan, tapi tidak ada Halilintar.

"Cih! Menyebalkan! Awas saja kalau dia ketemu!" Solar berbelok dari dia yang akan mengarah ke pusat kota, dia memutar balik ke arah hutan.

Entah kenapa firasatnya mengatakan kalau Halilintar tidak ada di pusat kota.

"Dia ..., tidak mungkin ke sana kan?"

Tanpa di duga, Solar melihat cahaya yang bersinar berwarna warni di tengah hutan, dan dari kejauhan dia melihat sosok Halilintar yang masih menggunakan baju tidur terikat dan ... tak sadarkan diri dalam ... Tangan bayangan? Apa itu Fang?!

"Grrr! Dia itu!!!"

SIINNGGGG!!!

BRUAKH!!

Tanpa melihat ke arah manapun, Solar melesat menabrak kumpulan cahaya itu sambil melepaskan Halilintar dan membawanya pergi meninggalkan beberapa cahaya yang berwarna-warni meledak tak beraturan di sekelilingnya membuat beberapa pohon tumbang karena ulahnya.

Dan ... ada seseorang yang dihiraukan Solar.

"Pengganggu, dia membawanya di saat memasuki puncak." Orang itu melihat ke arah tangannya, "yah, setidaknya ini cukup, lagipula 'rencana utamanya' berhasil, kita lanjutkan ke rencana selanjutnya. Kita pergi!" Dengan kalimat itu, beberapa orang keluar dari semak-semak dan mengikutinya pergi.

.

.

.

.

.

.

_________________________________

PERUBAHAN (Boboiboy Halilintar)
_________________________________

_________________

______

_

.

.

.

.

.

"Abang Boy! Nak ice cream! Boleh?"

"Huweeeee! Bang Boy! Taufan jahat! Dia bawak balon!"

"Abang-abang! Ada kucing! Comelnya~"

"Ahahahahaha! Berhenti! Ahahahahaha! Geli-lah Abang Boy! Jangan! Ahahahahaha!"

"Abang Boy! Tengok Hali! Kita mirip 'kan? Hehe ... "

"Abang Boy?"

"Abang Boy!"

"Bang Boy~"

"Abang!"

"Bang!!!"

"ABANG!!!"

"GAH!!!" Halilintar memegangi kepalanya, kepalanya berdenyut dan telinganya dipenuhi dengan teriakan-teriakan anak kecil yang entah siapa dan dari mana. "Tch!" Halilintar berdecih dan menyeringai, " kau hanya membuang waktuku, bermainlah dengan orang la-" Halilintar tidak melanjutkan kalimatnya, karena didapati dirinya sedang ... berbaring di halaman rumahnya? Apa dia baru saja tidur sambil berjalan?

Saat Halilintar mengingat-ingat apa yang dia lakukan, tiba-tiba sebuah suara datang dari belakang Halilintar, bahkan sangat dekat dengan telinganya ....

"Ekhm! Kalau tuan Halilintar sudah sadar ..., biasakan tuan turun dari pangkuan hamba?"

Deg!

Ketika Halilintar mendengar kata 'pangkuan', dia langsung memutar badannya dan melompat dari siapa saja yang baru saja dia duduki.

"Ka-kau! SOLAR!"

"Ya? Saya? Mau minta foto atau tanda tangan? Kalau minta dimiliki jangan ya~ "

"... " Hiii~ Halilintar tiba-tiba merinding, bukan karena kalimat Solar barusan, tapi kalimat yang Solar ucapkan sebelumnya, uhuk! Tentang ... 'pangkuan', uhuk! Ah tidak, kalimat yang baru saja dilontarkan Solar pun ikut membuat Halilintar lebih merinding! Sungguh!

"Oi-oi-oi~ kenapa wajahmu bersemu merah seperti itu, Hali? Oh jangan-jangan! Jangan-jangan kau ... SEBENARNYA JATUH CINTA PADAK-"

Duagh!

"BODOH! BODOH-BODOH-BODOH!!!!" Halilintar 

"Ugh~ tenanglah~ aku hanya bercanda saja~ aih~ kepalaku~" Solar memegangi kepalanya karena jitakan Halilintar, kepalanya terasa panas.

"Cih!" Halilintar membuang mukanya ke arah lain.

Saat Solar ingin menanyakan Halilintar kenapa ada di hutan, sebuah cahaya menyilaukan mengganggu konsentrasi Solar, membuatnya mengalihkan perhatian Solar pada cahaya yang muncul bertepatan dengan terbitnya matahari menyinari keduanya.

Itu Matahari terbit!

"Huwow~ matahari terbit! Harus diabadikan! Oi Hali! Apa kau bawak hand-" entah kenapa Solar tiba-tiba berhenti ketika melihat Halilintar yang berdiri didepan dia membelakangi matahari terbit.

Bukan karena mataharinya yang membuat Halilintar seperti bersinar, tapi apa yang ada pada Halilintar, beberapa helaian yang halus dan terus tertiup oleh semilir angin pagi yang lembut.

Dan itu adalah ...

"Ha-hali! Ra-rambutmu!"

"Rambut?" Halilintar mengerutkan alisnya melihat gelagat Solar yang aneh menurut Halilintar.

"I-iya! Ra-rambutmu ..." Solar tergagap ketika melihat suatu penampakan di depannya, bukan penampakan yang menakutkan, tapi penampakan bagaimana rambut itu perlahan berubah menjadi ...

"PUTIH! Ra-rambutmu menjadi putih Hali!" Solar berterik dan menunjuk-nunjuk rambut Hali dengan kaget karena melihat kejadian itu tepat di depan matanya langsung!

'putih?' batin Halilintar menyentuh rambutnya yang berada di depan, itu ... benar-benar putih meskipun tidak seluruhnya, karena ujung rambutnya beberapa cm masih menghitam.

"A-apa itu?" Solar mendekati Hali, tapi Halilintar bergerak mundur.

"Apa yang terjadi padamu? Bagaimana caranya kau merubah rambutmu?"

"..." Halilintar semakin mundur menutupi rambutnya,

"Dan ... apa yang kau lakukan dihutan?! Apa yang sudah terjadi di sana Hali? Cepat ceritakan pada-"

Criettt ...

Sebuah pintu terbuka di belakang keduanya membuat kalimat Solar terpotong, dan dengan cepat Halilintar menyambar topi Solar untuk menutupi rambutnya.

"Oi! Topiku!"

"..."

"Oh~ ternyata kalian berdua sudah sampai? Dari mana? Olahraga pagi? Olahraga kok pakai piyama?" Orang itu melirik Solar, "eh? Bukankah itu sandal bulu milik Hali? Ngapain kamu pakai, Solar?" Lalu dia mengalihkan perhatiannya ke arah Halilintar, "dan Hali, kenapa kau pakai topi Solar? Acieee ~ akur ya?"

"Mana ada! / tidak mungkin!"

"Huwahhhhh ~ kompaknya~ oke-oke, berhenti. Cepat masuk dan mandi, sebentar lagi kita sarapan."

"Oke, Gem!"

Setelah kepergian Gempa, Halilintar dan Solar mengikuti di belakang, dengan Halilintar yang terus menyembunyikan rambutnya dengan topi, kali ini dia mengganti topi miliknya meskipun bukan topi yang selalu ia pakai, karena apa? Karena topi itu entah di mana, mungkin tertinggal di rumah Fang?

Lalu ... Saat makanpun tiba tanpa ada yang curiga dengan perubahan rambut Halilintar, bahkan Solar pun tidak memaksa Hali lagi tapi dia hanya memberikan tatapan tajam yang haus akan keingintahuan terhadapnya.

"Ekhm! Apa ... kalian sudah siap menghadapi lomba-lomba nanti?" Halilintar ingat kalau hari ini adalah harinya, hari dimana lomba dilaksanakan. Oh~ setelah sekian lama persiapan, ternyata datang juga hari ini, meskipun Hali harus menyembunyikan sesuatu, tapi ... Kita terus sembunyikan dahulu dan menyelidikinya sendiri. "Bagaimana dengan acaranya Gem dan Ice? Sudah siap? Lalu tim Voli kalian, Taufan dan Blaze? Lalu ekperimen Solar? Dan Thorn juga?"

"..."

Entah kenapa tidak ada yang menjawab kalimat maupun pertanyaan dari Halilintar, mereka ber-emam hanya menatap Hali dengan ... kebingungan?

"Bukankah ... "tiba-tiba Thorn mengeluarkan suaranya dari keheningan, "bukankah hari lomba sudah kita lewati satu bulan yang lalu?"

'Ha?' batin Halilintar sambil mengerutkan alisnya dan berhenti makan.

"Bahkan kelas kita semua menang, apalagi kak Hali! Huwahhhhh ~ cepatnya larian kak Hali~ lalu ... "

Disaat Thorn menceritakan dengan cerianya kejadian di lomba bulan lalu(?), dan didengarkan dengan sabar oleh saudaranya yang lain, Halilintar kini hanya terdiam dan membulatkan matanya, sendok yang berada di tangannya ia jatuhkan tanpa sadar hingga membuat seluruh saudaranya menatap dirinya.

"Sa-satu bulan?" Halilintar berbisik pelan pada dirinya.

Tentu saja, bagaimana bisa? Bukankah kemarin adalah hari di mana dia pergi menginap ke rumah Fang karena dia bertengkar dengan saudaranya entah karena apa karena Halilintar tidak ingat? Lalu kemarin juga adalah hari di mana Papahnya datang? Tunggu! Di mana sekarang Papah Amato? Dan ... Kemarin juga adalah hari dimana Halilintar masak dan menerima permintaan maaf tiba-tiba dari seluruh saudaranya?

Bagaimana bisa itu terlewati semalam menjadi satu bulan? Apa penyakit pelupa Hali sudah separah itu?!

Tidak! Dengan jelas Halilintar ingat sebelum terbangun di ... Uhuk! Pangkuan uhuk! Solar, dia ...

DIA DI HUTAN BERSAMA ORANG ITU!!!

.

.

.

.

.

#Flasback on

"Ah~ kau lupa ternyata. " Dia melihat seseorang dibawahnya, tepatnya leher sang pemilik, sedikit menyeringai ketika dia memasangkan sesuatu di sana tanpa disadari orang tersebut, Halilintar. Fhufhufhufu! Ini sungguh menyenangkan! Luar biasa! "Haih~ apa kau benar-benar lupa denganku? Aku ... Adalah Boboiboy, kakak pertama dari delapan bersaudara. Dan kau, adalah adikku yang yang paling kucil sekaligus unyu-imut-cute-kawai- uhuk! Ekhm! Maksudku adik terakhir, kau ... anak ke-delapan, sang bungsu."

"..." Halilintar menatap kosong ke arah orang yang sedang duduk diatasnya.

Benarkah?

Benarkah itu?

Apa benar kalau sebenarnya ada delapan bersaudara?

Bukan tujuh?

Dan Halilintar sebagai adik terakhir? Bungsu?

Lalu bagaimana dengan Solar?

Dan ...

Benarkah dia adalah kakaknya? Kakak pertama? Kakak kandung? Atau ...

"Apa kau tidak ingat denganku, Hali?" Halilintar terdiam dan tak menjawab, bukan berarti ia memikirkannya lagi, tapi tunggu ..., Hali justru menahan kesal. Tentu, siapa juga yang akan percaya begitu saja ketika ada orang asing yang menyatakan kalau dia adalah kakakmu? Apalagi sebelumnya orang asing tersebut menyerang dahulu sebelum mengatakan hal itu? Dimana jalan pikiranmu? Apa kau gila? Apa kau pikir aku anak kecil? Orang bodoh? Idiot? Dan-

"Ppfttt!"

Eh? Tiba-tiba lamunan Halilintar pudar seketika.

Halilintar mengerutkan alisnya seperti mengartikan ... 'Apa ada yang lucu?'

"Pft! Buahahaha! Astaga! Liat dirimu Hali! Awokwokwokwok! Ngakak! Wajahmu! Wajahmu juga! Haduh! Ahahahahaha!" Kini orang asing itu tak lagi di atasnya karena sibuk berguling tertawa terbahak-bahak di tanah, meninggalkan Halilintar yang masih mengerutkan alisnya.

'Apa dia sudah gila?'

"Ahahahahaha! Apa kau begitu memikirkan ucapanku barusan? Bahkan dengan seriusnya? Pft! Buahahaha! Hali~ Hali~ kau sungguh imut! Ahahahahaha!" Orang itu kembali berguling-guling di tanah dan  memegangi perutnya.

'Sudah kuduga, dia ... memang orang gila.' batin Halilintar menatap serius.

"Aih! Pft! Cukup-cukup! Hehe ...." Orang itu kini berdiri dan berjalan mendekat dengan perlahan bersamaan dengan datangnya cahaya bulan ketika awan gelap bergerak menjauh menampakan wajah dari ...

Deg!

'Hah?! Ti-tidak mungkin!' Halilintar membulatkan matanya dan memegangi dadanya. I-itu ... adalah wajah dari orang gila yang mengikutinya sepanjang hari! D-dan wa-wajah itu ... ITU ADALAH WAJAH DIRINYA! ITU WAJAH HALILINTAR! TIDAK MUNGKIN!

"Jadi ..., Bisakah kita bicara serius? Panggil aku Boboiboy, atau Boy? Atau kalau boleh ... Abang Boy? Apa kau merindukan panggilan itu, Lili-"

Brak!

Sebuah pohon tiba-tiba tumbang, tidak! Itu hancur berkeping-keping. "Fiuh~ wow! Padahal aku belum sempat menyelesaikan kalimatku, tapi kau-"

Duagh!

Kini tendangan yang melayang mengenai pohon lainnya, "tu-tunggu dulu, tenangkan dirimu oke? Halili-"

Brak!

Duagh!

Duagh!

Terus, pukulan dan tendangan berdatangan dari Halilintar tapi tak satupun yang mengenainya.

"Tch! Berhentilah menghindar! Baka!!!"

Wush!

Tap!

"Hoho?" Orang yang mengaku sebagai Boboiboy itu berhasil mengakap kaki Halilintar yang akan menendang kepala-nya. "Sudah puas?"

"Cih! Singkirkan tanganmu! Dasar peniru!!!" Hali menarik kakinya kembali tapi tidak bisa melepaskannya, cengkraman lawannya terlalu kuat!

"Ha? Apa dimatamu yang cantik itu ..., aku terlihat seperti peniru?" Boboiboy mengerutkan alisnya menatap dalam Halilintar, dengan sekali hentakan dia melempar Halilintar ke arah pohon dan membuatnya roboh.

Bruakh!

"Kkh!" Halilintar kini terduduk merasakan punggungnya yang telah bertabrakan beberapa kali dengan pohon maupun tanah, sepertinya tulang punggung maupun rusuknya patah.

"Hm? Apa itu sakit?" Boboiboy berjalan perlahan ke arah Halilintar dan berjongkok di depannya, dia mengangkat dagu Hali dengan tangan kanannya, "hentikan ini Halilintar, kedatanganku ke sini bukan untuk bermain-main denganmu, aku hanya datang untuk mengambil kembali apa yang aku tinggalkan padamu."

Krekh!

"Ugh!" Boboiboy mencengkram dagu Halilintar hingga mengeluarkan tetesan darah karena kukunya yang tajam.

Boboiboy menarik rambutnya sendiri dengan perlahan di depan Halilintar, itu adalah rambut palsu!

Dengan tangan kanan yang masih memegang dagu Halilintar, tangan kirinya melemparkan rambut palsu yang menutupi rambut aslinya.

Dengan perlahan rambut itu tergerai dengan lembut menampakan rambut aslinya.

Halilintar melebarkan matanya, dengan bantuan cahaya bulan yang menerangi mereka, Halilintar bisa melihat dengan jelas ketika rambut itu terlihat seluruhnya, berwarna putih lembut seperti salju dan bersinar karena pantulan dari cahaya bulan.

Tunggu, putih?

Dia albino?

Atau ...

"Kau tahu Hali, seseorang datang mengunjungiku setiap hari menanyakan kabar dan kadang bercerita tentang kesehariannya. Tapi satu hari dia membawa kabar yang aneh, dia mengatakan salah satu dari 'kalian' ... membutuhkanku, lalu ... dia memintaku bangun dengan wajahnya yang jelek!" Entah kenapa Halilintar kini hanya terduduk dengan tenangnya mendengarkan cerita dari Boboiboy, ah~ Halilintar merasa aneh ketika memanggil dia dengan nama yang sama dengan nama depannya sendiri, Boboiboy Halilintar.

" Cih! Padahal aku ingin istirahat lebih lama! Apalagi ..., apalagi kau tahu Lili-chan?! Dia! Dia itu membuang sampah sembarang di kamarku yang bersih nan suci murni!" Pft! Halilintar ingin sekali tertawa, ada apa ini? Bukankah Halilintar tadi ingin menendang orang ini? Tapi setelah mendengarkan curhatannya yang ... Ah! Halilintar ingin tertawa.

"Lihat! Lihat ini Hali!" Boboiboy mengeluarkan kantung plastik transparan yang berisi pecahan kaca dan ... semacam obat? "Dia membuang ini sembarangan dengan pecahan kaca di lantai! Bagaimana kalau ada yang menginjaknya? Bahaya tahu!"

'Tu-tunggu!'

Halilintar menghentikan tangan itu, dia mengangkat kantung plastik itu dan melihatnya dengan teliti, itu ... Itu adalah obat miliknya? Bagaimana bisa Boboiboy memiliki obat milik Hali?!

Yah, mungkin orang lain akan menganggap kalau ada banyak obat yang mirip dan hal itu wajar, tapi tidak dengan Halilintar, dia mengenalinya karena obat itu dibuat khusus untuk dirinya, dengan desain yang bulat kecil berwarna warni berinisial 'H'. ITU BENAR-BENAR OBAT MILIKNYA!

"Dari mana kau mendapatkannya?"

"Oh? Ini? Ini dari ... " Boboiboy mengangkat tangannya perlahan seperti memberi isyarat, dan dengan perlahan sebuah lingkaran cahaya berwarna merah muda muncul di bawah Halilintar memaksa dia duduk di tempatnya ketika Hali ingin berdiri meraih Boboiboy. "Seseorang ...."

Seseorang?

Siapa?

Dan kekuatan apa ini?

Lingkaran cahaya apa yang menarik dia untuk tetap di bawah?

'Ini ... kuasa graviti? Kekuatan gravitasi yang akan--'

"Apa kau terkejut? Aku mendapatkan bantuan dari beberapa kenalan~" Boboiboy berbalik perlahan bersamaan dengan lingkaran cahaya itu menghilang, dan dalam kesempatan itu Halilintar melemparkan pedang Halilintar dengan cepat, tapi ... Pedang itu berhenti tepat di punggung Boboiboy dengan ... semacam cahaya gelembung biru yang melingkari pedang Halilintar?

'Kuasa pengendalian masa atau waktu.'

"Fhufufu~ mereka mulai nakal."

Bersamaan dengan pedang yang dihentikan, Halilintar menerjang punggung Boboiboy tapi dihindari olehnya.

"Tch!" Halilintar berdecih dan mereka kembali saling memukul dan menendang disertai percikan listrik merah dan hitam yang saling bertabrakan antar serangan mereka, ah tidak! Itu hanya Halilintar saja yang terus menyerang karena Boboiboy hanya menghindar dan menangkisnya saja.

Lalu disaat Halilintar mengeluarkan pedang halilintar kembali, ada sebuah tembakan berawarna hijau dan berhasil membuat pedangnya menjadi roti buaya. Dan hal itu terus terjadi setiap Halilintar mengeluarkan pedangnya maupun menyerang Boboiboy dengan batu atau benda lain.

Bzzzt! Bzzztt!

Percikan listrik mengelilingi mereka berdua bersama beberapa roti, permen maupun coklat dan lainnya yang bertebaran.

Dengan pedang miliknya di tangan Halilintar, dia mengedarkan pandangannya ke tempat munculnya tembakan ...

'Kuasa molekul, pertukaran molekul.'

Halilintar menyeringai, oh~ dia kenal kekuatan ini, bahkan yang pertama maupun kedua juga. Lalu, Halilintar juga menebak kalau yang keempat akan segera datang, dan kekuatan itu adalah ...

Jrat!

Beberapa tangan gelap mengelilingi Halilintar, mengikat dan memaksa Hali untuk tetap diam di tempatnya.

Kuasa bayang

Prang! 

Pedang itu ia jatuhkan dengan sengaja. Ah~ apa ini saja? Ini tidak menyenangkan sama sekali.

"Jadi ..., bisa kita lanjutkan?" Boboiboy mengarahkan tangannya ke arah Halilintar yang terjebak.

Bersamaan dengan itu, beberapa aliran cahaya berwarna hitam mendatangi Hali dan membuat Halilintar mengeluarkan cahaya merah dan hitamnya menuju ke tangan Boboiboy.

Itu ..., Seperti kekuatan Halilintar yang sedang diserap.

Tapi yang lebih mengejutkan dari itu, Halilintar hanya menyeringai, seperti menikmati proses itu dengan santainya. Halilintar hanya melihat bagaimana kekuatannya pergi ke arah Boboiboy dengan cepatnya, menyaksikan bagaimana yang tadinya kulit pucat Boboiboy menjadi kembali berseri, melihat bagaimana warna mata Boboiboy yang merah pudar menjadi berkilau kecoklatan, melihat bagaimana ..., bagaimana rambut Boboiboy berangsur-angsur menjadi coklat gelap dengan sejumput rambut putih seperti miliknya, dia terlihat lebih seperti Gempa daripada Halilintar.

Ah tidak, karena kini ... Halilintar merasakan ada perubahan juga dalam dirinya, pandangannya mulai kabur, tangan dan kakinya terasa lemas, pendengarannya juga ikut menghilang, dan ...

SIINNGGGG!!!

BRUAKH!!


#flashback off

.

.

.

.

.

Halilintar memegangi kepalanya, tiba-tiba dia merasa kepalanya ingin meledak!

Dia tidak bisa mengingat satu bulan yang lalu!

Bahkan Hali tidak bisa membedakan kalau yang semalam itu kemarin atau satu bulan yang lalu?!

Gah!

Namun saat Halilintar memikirkan itu, tiba-tiba kepalanya terasa berputar dan pandangannya yang mulai memburam, bersamaan dengan beberapa cahaya berwarna-warni keluar dari tubuh Hali dan mengelilinginya mengejutkan acara makan ke-enam saudara Halilintar yang lain.

Wush!

Jrat! Jrat!

Blarrr!!!

Brakh!

Krakh! Krakh!

Sriinggg!!!

Lalu ... tanpa aba-aba, angin berputar disekeliling Halilintar, beberapa akar menjalar keluar dan berhasil menembus lemari dan perabotan dapur dan barang lainnya, api tiba-tiba membakar semua sarapan mereka, tanah muncul keluar dan menghancurkan meja menjadi dua, lantai yang mereka pijak menjadi es, dan ... di akhiri dengan ... satu tembakan cahaya yang berhasil menembus hingga keluar tembok.

Semua itu terjadi di sekeliling Halilintar yang hanya diam menutup mata dan memegangi kepalanya, lalu saat dia mendongkak melihat apa yang terjadi, dia melihat ke-enam saudaranya berada di sudut ruang makan yang bergabung dengan dapur tersebut ditengah ... kekacauan di sekeliling mereka.

Halilintar melihat dengan jelas wajah dari keterkejutan mereka, apa semua itu adalah ulah dirinya?

Dan saat Hali menundukkan kepalanya, dia ... melihat dari pecahan kaca ketika mata kanannya terus berubah-ubah seperti mata saudara miliknya, dari warna mata Taufan hingga ... Solar?

"Ba-bagaimana bis-" sebelum menyelesaikan kalimat itu, Halilintar merasakan tubuhnya meringan melawan gravitasi, dan ...

Brukh!

"HALILINTAR!!!"

.

.

.

.

.

_________________________________

TBC!

Jangan lupa tinggalkan vote dan juga komentarnya!

Salam hangat, Author I-chan and I-kun

Jum'at, 19 Agustus 2022

20:00 WIB

_________________________________

_________________

______

_

.

.

.

.

.

Catatan: maaf karena selama ini tidak profesional, kami hiatus bukan karena tega meninggalkan cerita ini, tapi sang juru tulis a.k.a I-chan alias saya sendiri mengalami kecelakaan kecil di tangga dan membuat tulang pada tangan I-chan geser, dan hal itu ternyata membutuhkan pengobatan yang lama sampai bisa sembuh total. Saya mohon atas pengertiannya dan semoga paham dan memaafkan saya (I-chan) karena tidak bisa cepat-cepat publish cerita ini, terimakasih banyak, semoga paham dan mengerti
(╥﹏╥)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top