(26) Nona cantik?

"Gem ..." sebuah panggilan dari salah satu kembar Boboiboy penguasa Angin, menghapus keheningan dipagi hari.

"Gempa!" tidak ada respon.

           Taufan sudah melakukan berbagai macam tindakan untuk membangunkan Gempa yang masih tertidur di kasur milik ... Halilintar? Seharusnya kini Gempa sudah bangun dan menyiapkan semuanya, termasuk mempersiapkan mereka semua untuk pergi ke sekolah.

"BOBOIBOY GEMPA!!!" oke, masih tidak ada respon, tak ada cara lain selain ...

Cara sadis.

            Taufan menaiki ujung kasur di bagian kaki Gempa, lalu menghembuskan napas untuk mendapatkan konsentrasi, Lalu ... melompat ke atas, dan jatuh diketinggian ...

Duagh!!!

"UGH!!!" tepat sasaran, kini Taufan duduk diatas perut Gempa dengan tenangnya saat Gempa menggeliat kesakitan karena ulah Abangnya. Oh Abang ya? Haruskah perlakuan Abang Taufan ini termasuk yang harus ditunjukan kepada sang Adik?

Taufan berkedip-kedip lucu, Gempa kesakitan dan mulai turun ke lantai, tapi tiba-tiba ...

Kretak! Tak!

'Encok-encok-encok! Encok Mak! Sakit!'

Setelah suara yang entah datang darimana, Gempa pun ambruk di sana sambil memegangi pinggangnya.

"Kau tidak apa-apa 'kan, Gem?" tanya Taufan yang kini terduduk di kasur.

"Ugh! Haha ... Luarbiasa, LUARBIASA SAKIT!!!"

"Ehehehe ..."

           Taufan terkekeh ketika Gempa mulai mengeluh kesakitan di lantai. Dasar Abang kejam! Apa tidak ada cara lain untuk membangunkannya? Tapi tunggu Gem, ingat! Taufan sudah melakukan berbagai cara untuk membangunkanmu, kau saja yang sudah dibangunkan tapi tidak bangun, tidak seperti biasanya.

"Hei Gem, " Taufan berhasil mengalihkan perhatian Gempa dari pinggangnya, "lihat jam!"

"Ha?" dengan bingung Gempa melirik jam, dan ...

Deg!

Gempa melirik Taufan dengan patah-patah. "Ah-hahaha ... apa Gempa tak salah lihat, Bang Ufan? Apa jarum jamnya ke arah jam 8 lebih?" Gempa terlihat menatap penuh harap kalau dirinya salah lihat.

"Err ... kau tidak salah lihat, Gem. Itu memang jam 8, itulah kenapa aku bangunkan kau."

1 detik ...,

Benarkah?

2 detik ...,

Kalau benar, berarti ...?

3 detik ...,

Brak!!!

"AAAAAAAAAAAAA!!!!" Gempa berteriak keras sampai seluruh penghuni rumah itu hingga ke tetangga terbangunkan dengan tidak elitnya.

"CEPAT BERSIAP SEMUANYA!!! ATAU AKU TUMBUK KALIAN SATU-SATU!!!!"

"WAARRGGHHH!!!"

Dengan cepat Gempa berlarian ke setiap kamar kembarannya dan menyeret mereka semua untuk mandi dan bersiap. Semuanya Gempa lakukan sendiri karena Atok mereka ternyata pergi untuk mengurus beberapa hal. Dan itulah saatnya Gempa ngamuk! Dia satu-satunya yang luarbiasa panik, dengan melemparkan berbagai macam barang untuk membantu kembarannya dan memasak seadanya sambil menatap tajam siapa saja yang tak cepat makan dengan ancaman tangan Gempa yang sudah terkepal dengan kuasanya yang bangkit.

Gulp!

Gempa melirik jam dengan takutnya, oh tidak! Jam 9 tepat!

Brak!

Gempa menggebrak meja hingga Ice tersedak bersama Blaze, tapi dia tak peduli.

"SUDAH CUKUP! KITA PERGI SEKARANG!!!!"

Dengan kecepatan bintang, ah tidak, dengan kecepatan yang bisa dilakukan Gempa, dia menarik semua kembarannya ke luar rumah, lalu menggendong Ice dipunggung, meletakan Thorn di pundaknya, dengan kedua tangan yang diisi oleh Blaze dan Taufan di kiri, sedang Solar di tangan kanannya.

"Oi! Apa 'ni, Gem?"

"Sesak wey! Blaze! Kau terlalu dekat!"

"Oi! Akupun tak tahu lah! Kau pun membuatku sesak napas, Fan!"

"Yahu!!! Thorn ada di atas!!!"

"Pemandangan yang buruk."

Semua ocehan dikeluarkan sebagai protes, dengan Solar yang kesusahan karena bajunya kusut, Taufan yang berteriak bersama Blaze yang kesempitan, lalu Thorn yang kegirangan, dan Ice yang err ... pasti kalian tahu apa yang dimaksud Ice jika kalian ada diposisinya, digendong dipunggung, sedangkan di depan kepalamu ada seseorang yang duduk memperlihatkan err ... intinya itu.

"Kalian siap?"

"Eeeeeeeee?!"

"AYO PERGI KE SEKOLAH!!!" dengan cepat kilat Gempa berlari sambil melompat dengan kembarannya yang ia bawak paksa.

"AAAAAAAAAAAAA!!! TIDAK!!!"

"YAHU!!!! LAJU LAGI KUDA!!! LAJU!!!"

"OKE!!!"

"AAAAAAAAAAAAA!!!"

________

Sedang ditempat lain sebelum kejadian di rumah Boboiboy Elemental, tepatnya di jalan menuju sekolah ...

"Eh?" Halilintar berhenti berjalan.

"Ha? Ada apa, Li?"

"Ah tidak." Halilintar mulai berjalan kembali bersama Fang. "Hei Fang, sedang apa bang Kasim di sini?"

Fang melirik Hali, "sungguh Hali? Kau masih memanggil Abangku dengan bang Kasim?"

"Iya-iya, maksudnya ada apa dengan bang itik?"

Krik-krik krik-krik

'Bukannya itu sama 'aja?' batin Fang menatap Hali.

"Apa?"

"Tidak, dia memang itik, itik pemarah malah."

"Ya, dan anehnya seorang itik bisa mempunya adik landak ungu jadi-jadian sepertimu!"

Pft!

"Oi! Berani kau cakap macam 'tu, adik kecil?!"

"Berani lah!" jawab Hali enteng.

"HALI!!!" Fang melayangkan pukulannya ke arah Hali, namun sasarannya nyasar.

Gemprang!

"Ugh!" Fang jatuh terduduk dengan memegangi tangannya yang berdenyut hebat.

"Wow~ kau hebat, Fang. Kau berhasil memukul ... tiang listrik." awokwokwokwok, sungguh Hali ingin menertawakan Fang saat ini. Ya, bukannya berhasil memukul Hali, Fang justru malah memukul tiang listrik yang berada di sisi jalan karena Hali yang menghindar.

"Tiang listrik PLN! Siapa yang mindahin dia ke sini hah?! Arrrghhh!!!" Fang berteriak-teriak dengan Halilintar yang mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Bang landak, Abang tak 'pa, 'kan?" bukannya terdengar seperti pertolongan atau nada khawatir, justru Fang mendengarnya seperti meremehkan, lihat saja seringai kepuasan di wajah Hali meski terkesan tipis. Dan apa tadi? Abang landak? Tch! Yang benar saja! Ini Fang tau!

"Bantu aku!" Fang mengulurkan tangannya.

"Manja!" komentar Hali, meski tetap membantu Fang berdiri.

"Kau hebat juga, Li. Hari ini kau berhasil membuatku terjatuh dan kesakitan."

"..."

"Tadi pagi kau membuatku tersangkut dimeja, lalu hampir jantungan karena tendanganmu yang membuat meja belajarku terbelah dua, dan sekarang kau membuatku memukul tiang listrik jalan!"

"..."

"Kenapa diam?" Fang menatap Hali dari atas ke bawah.

"Tidak, teruslah mengoceh. 'kan kau adiknya bang itik?" lah, apa hubungannya?

"Ha? Maksudnya?"

"Kau akan semakin mirip itik, dan bukan landak."

"Tak paham." Fang blang, tak mengerti arah pembicaraan Hali.

"Tch! Lupakan!" Hali membuang mukanya, memang susah kalau berbicara dengan otaknya yang tak sampai, menurut Hali sih.

"Ululuuu ... adik Abang marah~ ululuuu ... cini-cini cama Abang Fang yang gans."

"Dih!"

"Ululuuu ... Adik Abang yang comel beneran marah~ " Fang mulai mengusik Hali dengan mencucuk pipinya, dan tentu saja dengan senang hati Hali hempasan tangannya.

"Diam kau landak ungu!"

"Ululuuu ... Buahahahaha!!!" Memang tidak ada habisnya Fang mengusik Hali, sungguh menyenangkan saat mengganggu Hali yang sifatnya seperti ini, pantas saja TTM terutama Taufan sangat suka menjahili Hali, ternyata ini alasannya, memang menyenangkan. Ngomong-ngomong tentang Taufan, sebenarnya Hali datang kerumahnya karena apa? Apa Hali bertengkar dengan kembarannya?

"Hei Hali, kedatanganmu kerumahku bukan karena kau bertengkar dengan saudaramu, 'kan?"

"..."

"Hei! Jangan diam! Aku anggap 'ya' kalau kau tetap diam!"

"Bukan begitu,"

"Lalu apa?"

"Tidak ada."

"Oke, aku tidak akan memaksamu." Fang angkat tangan. "Mungkin ini masalah perempuan, ya 'kan, tuan putri Lili-chan?"

"Oi!!!! Aku laki!!!"

"Buahahahaha! Ululuuu ... Nona cantik marah!"

"FANG!!!" berhasil, Halilintar marah lagi.

Baru saja Hali ingin memukul Fang, tiba-tiba ada suara lain mengalihkan perhatian mereka.

"Nona cantik? Mana?"

"Eeeeeeeee?!" Fang dan Halilintar dibuat kebingungan dengan kedatangan seorang anak kecil, berkisar usia 12 tahun, memakai seragam sekolah yang mereka berdua tak tahu sekolah mana, dengan kulit putih, rambut hitam panjang terurai dengan jepitan bunga di rambut, dan mata merah? Hem ... Hali terdiam sejenak melihat mata anak kecil itu, itu seperti mata miliknya.

"Mana nona cantiknya?" tanya anak itu polos, tanpa mengetahui kalau kalimat itu berhasil membuat Fang tertawa guling-guling dengan Hali yang menahan amarah.


#stop! Jangan marah dulu, scroll ke bawah, masih ada, fhufhufhu!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top