(20) keanehan

Kring-kring kring-kring

           Suara lonceng istirahat berbunyi, semua para pelajar berbondong-bondong keluar kelas untuk mengisi perut mereka sejak tadi kelaparan, meski ada juga yang lebih memilih bermain di lapangan milik sekolah, tempat menongkrong, atau di perpustakaan untuk mengisi waktu luang.

         Tapi tetap saja, kantin adalah tempat yang paling ramai dikunjungi saat istirahat tiba. Seperti pada salah satu meja panjang di sana, sekumpulan super hero kita sedang asik mengisi perut mereka, sambil membicarakan kejadian kemarin, dimana Yaya diculik.

"Ahahahaha! Betul ke?" Taufan dan Blaze bertanya sambil tertawa, tak lupa diselingi memakan makanan yang sudah mereka beli.

"Ha'ah, betul. Buahahahaha!" kini Fang dan Gopal menjawab dan membuat yang lain tertawa bersama mereka.

            Mereka terus menceritakan kejadian itu sambil tertawa, dari menceritakan Ying yang masuk selokan kecil, Yaya yang kaget dan merapal do'a makan saat Fang mengejutkannya, lalu saat mereka salah memilih pintu keluar. Tak lupa juga mereka mengingat bagaimana tingkah para penjahat atau penculik dan Bos-nya itu yang kelewatan absurd, dan diakhiri dengan keterlambatan kembar Boboiboy Elemental ke tempat kejadian.

           Mereka sekali lagi tertawa saat bagaimana Bos dari para penculik itu menangis dan ditenangkan oleh anak buahnya dengan perlakuan untuk anak kecil. Sungguh! Mereka tidak pernah menemukan geng penculik yang seperti itu selama ini, itu terlalu langka.

         Tapi ada satu hal yang mereka pertanyakan saat ini, jika para penculik itu sebenarnya menginginkan apa dari Yaya? Memang Yaya mengatakan kalau bukan dirinyalah yang mereka incar, itu berarti Yaya hanyalah umpan untuk memancing ikan di kolam yang pada dasarnya sudah---

(Yaya : "Author!!! Yang benar!!!"

I-chan & I-kun : "Ehehehe ... Sorry-sorry. Kembali ke cerita.")

           Memang bukan dirinyalah yang mereka incar, itu berarti Yaya hanyalah umpan untuk memancing korban atau mangsa mereka sesungguhnya. Tapi siapa? Dan apa yang mereka inginkan dari orang itu?

"Yaya, betul ke kau tak apa-apa?" ucap Gempa masih terlihat khawatir.

"Ha'ah, Yaya ada diapa-apakan tak, oleh penjahat-penjahat 'tu?" tambah Thorn yang ikut khawatir, diikuti semua orang kini menatap Yaya.

"Alah ... tak 'pa, aku ok. Diorang tak buat apa-apa pun kat aku." Yaya menjawab dengan tersenyum hangat, dia tak mau membuat mereka terlalu menghawatirkannya.

          Saat mereka sibuk menanyakan keadaan Yaya, salah satu kembar Boboiboy yang bertopi hitam dengan kilat merah dan sebuah simbol petir itu, pergi meninggalkan kumpulan super hero itu dengan perlahan.

"Bang Hali, mau ke mana?" ya, yang pergi dari sana adalah Halilintar.

"Oi! Bang Hali! Thorn bertanya, kau mau ke mana?!" kini Blaze berteriak, tetapi dihiraukan oleh sang empunya.

"Oi! Bang Hali! Halilintar!!!" hampir saja Blaze hendak melemparkan bobola api-nya ke arah kakaknya itu, jika saja suara dari kembarannya yang lain tidak menenangkannya.

"Tidak apa-apa Blaze. Biarkan." Gempa tersenyum melihat kepergian Halilintar yang sudah tak terlihat.

"Iya Blaze, tenanglah." Taufan kini menyahut membantu menenangkan Blaze.

"Hm!" hanya itu yang keluar dari mulut Blaze, dia masih kesal dengan Halilintar.

"Kau ini, coba tarik napas." Taufan memberi arahan, lalu Blaze pun mengikutinya.

"Tahan," Blaze pun ikut menahan napasnya yang telah terkumpul itu, siap untuk--

"Jangan dibuang, mubazir."

Krik-krik krik-krik

"Buahahahaha!!!" Semuanya tertawa melihat kelakuan Taufan, bahkan Blaze yang paling keras tertawa karena dirinyalah yang menjadi korban kejahilan kakaknya, Taufan.

...

         Angin sejuk menerpa, menerbangkan dedaunan dan beberapa helai rambut dari seorang remaja laki-laki yang tertutup topi dinosaurus, dengan kilat merah dan simbol petir, ya, dialah Halilintar.

         Halilintar duduk di rumput yang hijau, bersandar pada pohon, yang berhadapan tak jauh dengan  lapangan sepak bola. Dia menutup matanya menikmati angin sepoi-sepoi yang selalu menerbangkan helaian demi helaian rambutnya, menyejukkan tubuh dan hatinya yang saat ini sedang gundah entah karena apa.

          Meski Halilintar kini terlihat tenang, damai, dan menikmati suasana, tapi pikirannya terus saja beralih pada kejadian beberapa minggu dan bulan yang lalu. Dimana selalu terjadi keributan dan kekacauan di rumahnya, sikap para kembarannya yang memang jahil dan aneh, lalu diakhiri dengan tawa, meski Halilintar hanya bisa tersenyum tipis. Ada juga saat ada proyek kimia, lalu pupuk Thorn, kini Halilintar terasa aneh belakang ini dengan sikap dirinya sendiri. Ditambah lagi saat dia tiba-tiba menjadi sakit entah karena apa, dan tertidur selama dua hari. Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Apa dia sakit? Oh tentu, pasti Halilintar sakit, tapi penyakit apa yang dideritanya? Apa sudah parah?

"Hah .... Ini membuatku sakit kepala dan pusing, seperti dikurung dalam angin ribut punya Taufan."

       Halilintar membuka matanya, 'sepi' itulah yang ada dipikiran Hali. Oh iya, ia jadi ingat dimana ketika kuasanya beberapa hari ini tidak bisa diajak kerjasama, kadang kuasanya keluar dan menjadi tak terkendali, atau bahkan tidak sering Hali tidak bisa mengeluarkan kekuatannya. Seperti saat ingin menyelamatkan Solar dari sebuah mobil yang akan menabraknya, dia tidak bisa menggunakan gerakan kilat, itulah kenapa dia hanya mendorong jauh Solar dan membiarkan dirinya yang tertabrak.

"Huh .... Mungkin ini akan segera berakhir."

       Bukan hanya itu, saat kejadian adanya lipas atau kecoa di kamar, dia tidak dapat mengeluarkan kekuatannya juga, ditambah saat itu dia dan Taufan sangat ketakutan, jadi mereka terlalu panik untuk mengingat kalau mereka bisa saja menyetrum atau menerbangkan kecoa itu pergi.

"Ceh! Aku memang tidak berguna." Hali beralih dan melihat dari jauh ada beberapa pelajar yang berlalu lalang sambil mengobrol dan tertawa bersama.

"Sakit?" kata itu keluar begitu saja dari mulut Hali tanpa pikir panjang.

      Entah kenapa kali ini pikirannya mengarah pada 2 sampai 3 botol obat yang diberikan Ochobot beberapa hari lalu. Ya, Hali selalu membawanya di dalam tas atau sakunya, tentu saja tanpa sepengetahuan kembarannya, dia tak mau terlihat sakit dan lemah, bahkan dia tidak akan mengakui kalau saat di kedai Tok Aba Minggu lalu, dimana dia tertidur 4 jam lebih karena 'penyakitnya' yang misterius itu, bahkan saat suaranya yang hilang karena selalu muntah akhir-akhir ini, mungkin hal itu karena ... penyakitnya juga?

"Aaarrrggghhhh!!!" Hali menjambak rambutnya kesal, dia tidak tahu sama sekali tentang apa yang terjadi pada dirinya, dia hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri seperti 'ada apa denganku? Apa yang terjadi?' tapi tidak ada jawaban yang ia dapat, yang ia dapat hanyalah keterdiaman, kesepian, bahkan mungkin kegelapan dalam pikirannya.

      Memilih untuk tenang kembali, Halilintar menutup matanya kembali, mencoba untuk tertidur dan melupakan sebentar saja 'keanehan' tentang dirinya. Tak sampai beberapa menit, Halilintar sudah tertidur dan terbuai dalam mimpinya.

"Hali ..."

"Hali ..."

"Hali!"

"Halilintar!!!"

"Opocot balon meletup!" Halilintar melatah ketika dirinya dibangunkan karena teriakan dari Cikgu Papa Zola. Halilintar terbangun dan membuat seisi kelas tertawa, tunggu, kelas?

"Eh? Kenapa aku di kelas? Bukankah--" Belum sempat Halilintar melanjutkannya, Cikgu Papa memotongnya.

"Hali!"

"Iya Cikgu?"

"Karena anak murid kebenaran tertidur di kelas, maka ... LANJUTKAN LAH TIDUR DI LUAR KELAS SEKARANG!!!"

'Eeeeee?' batin Hali kebingungan.

"CEPAT KELUAR!!!"

         Halilintar mendengus dan keluar kelas, dia berdiri di luar kelas dengan kebingungan. Bukankah dirinya tadi berada di bawah pohon dekat lapangan? Tapi kenapa dia sudah ada di kelas? Aneh sekali.

       Hali melamun, tak memperdulikan dia yang dihukum dan ditertawakan oleh plejar lain, termasuk kembarannya. Ini pertama kali bagi Hali, dia terkena hukuman.

      Dan hal itu berlanjut, Hali selalu saja tidak mengingat apa yang baru terjadi. Barus saja  dia kebingungan dengan kepindahan dirinya ke kelas, sekarang dia tambah bingung dengan dirinya yang sudah duduk di kasur miliknya, dengan baju yang sudah berubah menjadi baju santai

'Eeeeeeeeeee?! Ada apa ini? Kenapa aku sudah ada di kamar?!!! Aaaaaaa!!!' batin Hali tidak memperhatikan kalau sedari tadi jam kuasanya terus bercahaya dengan kilat berwarna merah cerah, merah darah, lalu digantikan dengan hitam. Hal itu sebenarnya sudah berlangsung dari dirinya yang duduk di bawah pohon di sekolah.















#Hallo Readers 😁😆

I-chan : "Errr ..."

All Bobiboy : *siapkan kauasa* "Ekhm!"

I-kun :" Emm ..."

Readers :*bawak senjata*

I-chan dan I-kun :"Errr .... Emm ...."

All : 😑

I-chan :"Ahahahaha! Hallo semuanya, maaf kami--"

Readers :"Uhuk!"

I-kun :"Sepertinya aku harus pergi, bye." Lari keluar studio.

I-chan :"Huwaaaaaaaaaaa!!! I-kun!!! Tunggu ak--"

All :"Ekhm!!!!"

I-chan :"Ehehehe ... maaf semuanya" garuk kepala. "Kami tahu kami salah, sebenarnya kalau boleh jujur, kuaotaku habis saat mau up, lalu I-kun ngilang entah kemana, baru aja aku nemu I-kun di kardus yang berada di kolong jembatan."

I-kun :"oi!!!"

I-chan :"Ehehehe ... canda, intinya kami meminta maaf karena kami selalu salah. Maafkan kami."

I-kun :"Hm, akupun meminta maaf. Sebenarnya bukan hanya itu yang menjadi masalah kenapa cerita ini lambat banget up, itu karena--hmmpphhh!!!" Kena bekap.

I-chan :*bekap I-kun*"Ehehehe ... tak 'de pape, lupakan. Bye Readers."


See you next capt 😆

And sorry Readers 😁

Minggu, 12 Juli 2020

22:17 WIB


Jangan lupa Vote and koment😄 maaf kalau lama up dan capt ini membosankan😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top