Bab 2: Rahasia-Rahasia
"Pada, sudah siap!?"
"Udah!"
"Bagus! Kita harus pergi sekarang!" Pilseung mengatakan kepada Pada. "Pori, kamu gak papa, kan?"
"Saya hanya pergi ke kantor forensik, Pilseung. Gak berbahaya loh."
"Harus jaga diri ya," Pada memberi saran.
"Saya tau," Pori berkata dengan santai, lalu bersenyum sebelum dia berjalan untuk pergi ke kantornya.
Pada menghela napas dan berkata kepada Pilseung, "Kita pergi juga, Pilseung."
"Ya," dia setuju. "Leo Kaijeo, sudah siap?"
"Pasti!" Mobil merah itu berkata. "Jangan bertunda lagi, Pilseung!"
Menghiraukan dirinya yang biasanya dingin, Pilseung bersenyum sambil berkata, "Oke, Leo Kaijeo!"
Melihat ini, Pada tidak bisa menahan rasa iritasi mendalamnya. Dia mengunyah bibirnya. Mengapa hanya para Tobot yang bisa membuatnya senyum? Mengapa dia, sebagai adiknya, tidak bisa?
Mungkin karena semua perkara yang telah terjadi, suara kecil di otaknya mengejek.
Kenangan waktu itu datang untuk mengingatkannya akan kelemahannya, dan bagaimana dia harus selalu diselamatkan.
Dia mencengkeram tangannya. Tidak. Dia tidak ingin atau mau memikirkan waktu itu. Karena dia, kakaknya selalu menderita. Dia tidak bisa berpikir begitu. Dia bukan anak lagi. Dia tidak bisa berpikir hanya untuk dirinya saja.
Dengan itu, dia menghela napasnya, dan bersenyum ketat ketika Pilseung memanggilnya untuk masuk ke Leo Kaijeo.
Namun, kakaknya tidak bodoh. Dia tahu tatapan itu.
Dia marah...
Sebelum dia memasuki teman Tobotnya, dia berjalan ke pohon terdekat dan meninjunya, lalu merasa sedikit lebih baik.
Sedikit. Dia harus menghadapi anak-anak baru itu. Dia tau mengenai Namhui and Gyeongpo, tapi masalah terbesarnya sekarang adalah Kang Taeyang.
Dia menghela napas. Sebenarnya bukannya dia tidak suka orang jenius. Dia kan bisa tetap menyayangi adiknya.
Tapi... Biasanya karena orang sepertinya mereka yang paling terluka.
DUAR!
Suara itu hanya mengulang di dalam telinganya. Waktu itu akan selalu menghantui kehidupannya.
Setelah hari itu, dia menjarakkan diri dari adiknya, takut dia bisa terluka, tapi sekarang ada orang baru yang bisa terluka akibat dia lagi.
Tidak.
Dia tidak akan membiarkan itu.
"Pilseung?" Leo Kaijeo memanggilnya. "Ayo, kita bisa terlambat, loh."
"A-Ah, oke," dia memasuki Tobotnya setelah mengatakan itu, dan Tobot berwarna merah itu lalu melesat pergi.
Kota yang dia dibesarkan dalam telah banyak berubah sejak dia mendapatkan Galaxy Weapon 4. Walaupun dia telah menjadi bijak dalam hal menggunakannya setelah dia harus melawan Demonseu sendirian, dia memilah waktu untuk memberikan para Tobot istirahat. Sekarang dia hanya menggunakan Leo Kaijeo, Silver Hawk dan Captain Jack, walaupun adakalanya dia memakai Classic dan Lightning. Kalau mereka sibuk, dia biasanya membawa Tobot Rangers untuk membantunya dalam kasus, dan jika ada ancaman dari luar angkasa, dia memanggil Gigant Saver. Namun, secara umum, Smile City telah menjadi kota yang aman.
International Police Station dibangun saat dia remaja, dan dia menjadi terinspirasi nutuk memasukinya, karena dia ingin membantu banyak orang, seperti bagaimana dia ditolong oleh para Tobot, dan dibiarkan untuk berkembang secara rohani.
Namun, setelah dia memasukinya, dia dianggap remeh dan ada banyak orang yang membuang kasus susah kepada mereka. Walaupun mereka tidak detektif buruk, khususnya Jihae dan Jiuk, pada umumnya mereka tidak pernah dipromosi supaya bisa membantu orang lain.
Dia menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berpikir begitu. Dia harus tetap tegar. Dia akan bertahan. Dia tidak akan berlutut kepada mereka.
Beruntungnya, sebelum dia bisa memikirkan hal lain, mereka sampai di tempat kerja mereka. Namun, mereka parkir di dalam gang, dimana Pilseung memanggil kembali dia supaya dia bisa memasuki tas dia untuk bergabung dengan Captain Jack, karena Silver Hawk akan bergabung nanti. Lalu, mereka berdua mulai berjalan.
Tanpa disadari mereka, ada seorang roket yang melihat mereka sambil dia sedang mencari temannya, dan matanya membuka dengan lebar.
"Ada orang lain yang menggunakan Galaxy Weapon? Dan Galaxy Weapon itu Galaxy Weapon Sabo (No. 4)..." Rocket mengunam kepada diri sendiri. "Siapakah dia, dan bagaimana dia bisa menjadi detektif di tempat yang sama dengan Taeyang? Atau mungkinkah dia adalah anggota Unit 6?"
"Mana mungkin begitu kebetulan," dia menyangkal diri. "Tapi itu terlalu pas. Harus dilaporkan kepada Taeyang dulu-... Tunggu, aura ini... Jihae dan Jiuk? Kenapa mereka bisa di sini?"
"Ai, tunggu, kenapa saya memikirkan itu ketika saya belum mengetahui dimana saya?"
Jika dia pada saat itu memiliki tangan, dia pasti menepuk dirinya. Bagaimanapun, dia tetap bisa begitu linglung juga ya.
Tapi setelah beberapa menit, dia mulai melayang untuk mencari temannya.
Di belakangnya, Silver Hawk mengikutinya dengan diam. Setelah mendengar perkataan Rocket, dia tidak ragu lagi dalam melakukan ini.
Dalam hatinya, dia hanya bisa memikirkan satu hal.
Siapakah orang ini, dan bagaimana dia bisa mengetahui mengenai Galaxy Weapon Sabo? Atau mungkinkah...
Atau mungkinkah dia dibuat oleh Galaxy Weapon Ilbo (No. 1)?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top