Bab 36 (Bahagian 3):

Bab 36 (Bahagian 3):

Sampai saja di rumah, Iris membuka pintu dengan senyum manis, tetapi Karl kelihatan sedikit gelisah, seolah-olah sedang mencari sesuatu.

"Karl, you okay?" tanya Iris sambil memandangnya yang asyik melihat sekeliling.

"Hmm, sekejap. Something's missing," jawab Karl tanpa memandang Iris, terus mencari di sekeliling ruang tamu.

Iris cuba mendekat, mengerutkan dahi. "What are you looking for?" soalnya lagi, kali ini dengan nada yang sedikit tegas. Namun Karl langsung tidak memberi respon, terus bergerak ke arah dapur, mengalihkan beberapa barang di atas meja.

"Okay, seriously, Karl. What are you doing?" Iris mulai rasa geram dengan tingkah laku Karl yang kelihatan tidak menghiraukannya.

Karl masih tidak menjawab. Dia terus memeriksa poket jaketnya yang tergantung, kemudian menoleh ke arah almari di ruang tamu, seolah-olah mencari sesuatu yang amat penting. Iris yang semakin geram melipat tangan di dada, bersedia untuk melepaskan kemarahannya.

Tetapi sebelum Iris sempat berkata apa-apa, Karl tiba-tiba berkata dengan senyuman lebar di wajahnya, "Ha... jumpa pun!"

Iris menatapnya dengan mata yang penuh tanda tanya. "What did you find?" tanyanya, nada masih keras.

Karl berbalik dan berjalan perlahan menuju ke arah Iris. "I'm sorry, sayang. I was just messing with you. Actually... I've been looking for the perfect moment."

Iris mengerutkan dahi. "Perfect moment? For what?"

Karl tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak kecil dari poketnya. Kotak yang sudah lama tersembunyi di dalam jaketnya sejak beberapa hari lepas. Iris menutup mulutnya dengan terkejut, matanya membesar, menyedari apa yang sedang berlaku.

Karl melutut di depan Iris, sambil membuka kotak itu, menampakkan seutas cincin perak yang cantik dengan berlian kecil yang berkilau.

"Iris," kata Karl, suaranya penuh dengan perasaan, "I know we've been through so much together. Dari mula kita kenal, kita selalu rasa tak lengkap tanpa satu sama lain. So tonight, I want to ask you, officially... Will you marry me?"

Iris terpana. Air matanya mulai menggenang di mata. Dia tidak pernah membayangkan malam itu akan menjadi malam lamaran. Mulutnya terkunci, tetapi hatinya merasakan satu kebahagiaan yang tidak terhingga.

"Yes, Karl. Yes!" jawab Iris dengan suara bergetar, penuh emosi. "I will marry you."

Karl tersenyum lega, lalu bangun dan memakaikan cincin itu di jari manis Iris. Cincin itu terletak sempurna, seperti cinta mereka yang kini terasa lebih nyata dari sebelumnya. Mereka saling berpandangan dalam diam, tersenyum dalam kebahagiaan yang tidak terucapkan.

Karl menarik Iris ke dalam pelukannya. "I love you, Iris."

"I love you too, Karl," jawab Iris dengan suara yang lembut.

Mereka berpelukan erat, seolah-olah dunia di sekeliling hilang seketika. Karl mengusap lembut rambut Iris, membuatnya merasa tenang dan disayangi.

Iris ketawa kecil, memecah keheningan. "You really scared me earlier. I thought something was wrong."

Karl tertawa juga, "Well, I wanted to surprise you."

Mereka terus berbual dengan penuh keakraban, masing-masing merasa bahagia dan bersemangat dengan masa depan yang akan mereka bina bersama. Sambil duduk di sofa, mereka merancang impian dan harapan sebagai pasangan yang kini telah berjanji untuk bersama seumur hidup. Detik itu terasa penuh makna, seperti satu permulaan baru yang indah.

Malam itu, mereka bersama-sama sebagai pasangan yang kini tidak lagi sekadar kekasih, tetapi bakal suami dan isteri. Cinta mereka terasa sempurna, dibina atas kepercayaan dan kasih sayang yang tulus.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top