30. Ini Bukan Akhir Perjalanan

Maybe this song
Will take me to you once again

⇆ㅤ ||◁ㅤ❚❚ㅤ▷||ㅤ ↻

Usai. Buku harian itu hanya sampai di sana. Bagian paling belakangnya diisi dengan hasil gambar tangan Langit. Gambar timbul yang sedikit mengisahkan tentang rasa-rasa di hidupnya.

Habis. Tidak ada lagi. Tala menutup buku yang dipenuhi ornamen London itu. Tangan Tala mengeduk benda lain di dalam paper bag tadi. Sebuah lipatan karton tebal. Ketika Tala membuka lipatannya perlahan, timbullah boks mini tiga dimensi yang menyembulkan gambar dunia bulat dan secarik tulisan di sana: Keep Smiling, My Earth!

Bukannya menuruti pesan tersebut, tangisan Tala malah tambah kencang. Bukan lagi sesenggukan. Kini, rumah bercat abu itu sudah dipenuhi dengan suara jerit tangis Tala, bagai anak kecil yang diambil mainannya, kurang lebih begitulah kalau Langit menganalogikannya. Sadar dengan tangis horor seperti di film pesugihan atau tumbal-tumbal begitu, mungkin karena Tala juga yang kelakuannya memang seperti makhluk gaib, Ibu pun menyembulkan kepala dari pintu depan, memastikan apa yang sedang terjadi di halaman rumahnya.

Sepersekian detik kemudian, Ibu menepuk dahi tak percaya. Lihatlah! Anak perempuan sematawayangnya itu sedang menendang-nendang udara kosong dengan tampang aib yang tidak dapat dikondisikan. Ibu menghela napas panjang, lantas melebarkan pintu. "Kirain belum pulang, Tal. Dari tadi di sini, ternyata? Ibu enggak tahu, masih masak tumis kangkung di dapur tadi. Ayo, masuk! Masih ngapain?" Sekejap, Ibu mengerjap. Tunggu. "Siapa itu?"

Sungguh. Ibu tidak menyadari kehadiran lelaki asing yang tengah memasang tampang kebingungan itu di sebelah Tala. Untuk beberapa saat lamanya, tadi, Ibu sempat mengira itu adalah Langit ... lantas tersadar kalau tetangga mereka itu sudah meninggal dunia. Demi sopan santun, Tara pun berdeham singkat. "Tara, Bu. Temannya Tala. Tadi ngajak Tala pulang bareng."

"Ibu!" Tak memberikan kesempatan sedikit pun bagi Tara dan ibunya untuk sekadar berkenalan singkat, Tala sudah langsung menyemburkan kalimatnya yang heboh dengan derai air mata dan ingus. Tala mengesot di lantai untuk mendekati ibunya, lantas merengkuh erat kaki itu. "Ibu! Langit ... eh, keluarga Langit katanya mau pindahan. Terus Langit ... tadi Mega ngasih Tala sesuatu, peninggalannya Langit! Tala mau ketemu Langit!"

Oh, ya ... rasa sakit itu memang tidak akan sembuh dengan cepat, ya. Spasi kekosongan yang dihasilkan dari perginya Langit ... Tala pasti masih merasakannya. Jelas saja. Ini baru menjelang dua puluh empat jam semenjak kabar duka dari Langit. Tala masih membutuhkan begitu banyak ruang. Ibu menepuk-nepuk pundak putri kecilnya dengan pelan. "Pasti. Nanti kita ketemu, kok. Kalau udah waktunya, ya. Bareng-bareng, ketemu Langit. Tala bisa bahas latihan soal bareng lagi, balapan nilai lagi sama Langit ... ya?"

"Tala pengin cerita banyak hal! Tala mau marahin Langit habis-habisan!" Tala merengek keras. Di seberang rumahnya, Mega sekeluarga yang sedang mengepak pakaian dan barang-barang mereka untuk kembali ke Tasik pun terdiam sejenak demi menyaksikan Tala yang tak kalah hancurnya. Bahu Tala naik-turun, seiring dengan tempo napasnya yang memburu. "Kenapa anak itu enggak bilang dari awal, sih? Kenapa? Jelek banget."

>>>SKIP!<<<


"Bentar! Ada kiriman dari adiknya Langit, ih!"

Menyadari binar antusias nan kebahagiaan yang terpancar dari kedua manik cokelat terang itu membuat Tara tersenyum simpul, lantas mematikan mesin, turun dan mendekati Tala. "Apa, tuh? Weh! Seblak-nya bagi, lho, ya!"

Di saat Tara masih sibuk menganalisis setiap senti seblak instan di genggaman dengan serius sekaligus menahan hasrat lidahnya, Tala membaca kertas yang turut dikirimkan dalam paket itu. Di bagian pojok atas, Mega memberi keterangan kalau surat ini baru ditemukan terselip di antara lipatan baju Langit, ketika keluarga mereka menata kembali semuanya di Tasik sana.

Agak menyebalkan. Terbilang cukup terlambat, memang. Meski begitu, Tala bersyukur, karena menganggap kalau dirinya sudah lebih tenang dan sudah ikhlas menerima gurat semesta ketika membaca yang satu ini.

Tala, kamu tahu?
Persimpangan itu titik krusial dalam perjalanan mimpi kita ....
Di sana, kita ....

>>>HAH?<<<

Begitu mendapat video lirik dan terjemahan lagu yang ia mau, Tala tertegun cukup lama. Lirik favorit Langit ....

어떤 길을 가도 다 너로 변해가 (Eotteon gireul gado da neoro byeonhaega) ... Whichever road I take, they all turn into you.


[versi lengkap ada di buku cetak]

⇆ㅤ ||◁ㅤ❚❚ㅤ▷||ㅤ ↻

Whichever road I take,
they all turn into you

[TAMAT]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top