Bab 8 - The Wedding Night
Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
IG @Benitobonita
Malam pertama Raja dan Ratu Dunia Bawah berlangsung dengan amat baik. Persephone terus menerus memeluk erat suaminya dan sama sekali tidak berniat berpisah sedetik pun dengan pria itu.
Hades menghela napas, dia memang ingin istrinya tidak takut kepadanya dan bersedia menerima sentuhannya. Namun, tidak adanya jarak yang memisahkan mereka, pria itu bahkan tidak dapat melakukan apa pun kecuali membalas pelukan dari Dewi Musim Semi.
"Persephone, lepaskan sebentar pelukanmu," bisik Hades ke telinga istrinya untuk yang kesebelas kalinya, tetapi gadis itu malah semakin merapatkan tubuh mereka dan terus menyembunyikan wajah pada dada Hades.
Mengutuk Zeus yang menyarankan untuk menambah pencahayaan di istana. Pria itu mengertakkan gigi, menahan mengeluarkan kata-kata makian terhadap adik bungsunya.
"Persephone...," ucap Hades lembut berusaha menenangkan pengantinnya lalu menggunakan kedua tangan untuk melepaskan cengkeraman Persephone pada pakaian pria itu.
Namun, Dewi Musim Semi lebih tertarik berada di dalam pelukan Penguasa Dunia Bawah dibandingkan harus melihat tulang belulang yang berserakan di sekitar mereka.
Tiba-tiba pria itu merasa seseorang akan hadir pada ruang pertemuan. "Persephone, aku harus keluar, ada yang akan datang untuk menemuiku," ucap Hades berusaha bangkit dari ranjang dan melepaskan diri.
Persephone memberikan tatapan panik, dia tidak mau berada di tempat yang mengerikan itu seorang diri. Kembali menarik jubah Hades, gadis itu berkata dengan hampir menangis, "Ja-jangan pergi."
"Aku akan segera kembali," balas Hades melepaskan cengkeraman istrinya secara paksa.
"Hades! Jangan tinggalkan aku sendiri di sini!" raung Persephone dengan mata berkata-kaca menatap suaminya dengan penuh permohonan.
Beberapa tengkorak manusia menyeringai ke arah Ratu Dunia Bawah yang membalas tatapan mereka dengan ngeri.
"Tunggu sebentar, aku tidak akan lama," ujar Hades berjalan keluar kamar, meninggalkan Persephone yang tidak berani beranjak sedikit pun dari ranjang dan terus berteriak memanggil namanya.
*****
Hades menuruni tangga dan duduk di singgasana, mengabaikan panggilan dari Ratu Dunia Bawah yang kembali mengalami serangan panik di ranjang pengantin mereka.
Beberapa ketukan dan tetesan darah persembahan dari manusia untuk dirinya tidak dia indahkan. Pikirannya dipenuhi oleh masalah yang lebih penting. Dia sama sekali tidak mengerti bagaimana caranya agar gadis itu tidak lagi ketakutan.
Persephone terlihat tertarik kepadanya saat mengetahui identitas aslinya, tetapi gadis itu tidak menyukai interior kamar mereka. Apa tulang belulang itu sudah harus diganti dengan yang baru? pikir Hades bingung. Istananya terlihat indah dan megah. Namun, sepertinya Dewi Musim Semi memiliki selera yang berbeda dari dirinya.
Tiba-tiba di hadapannya muncul ketiga Erinyes yang tersenyum lebar. Sedikit membungkuk memberi hormat, mereka berbicara bergantian.
"Hades, kami datang untuk mengucapkan selamat," ucap Alekto. Kumpulan ular yang berada di atas kepala dewi itu menari gembira.
"Kami juga datang karena ingin meminta restu untuk agar dapat menguliti dan mencongkel mata arwah seorang laki-laki yang membunuh ayah dan ibunya," sambung Tisifon dengan bersemangat. Darah merah yang mengalir pada kedua matanya, dia biarkan menetes turun membasahi lantai tulang manusia.
Megaira maju beberapa langkah. "Seandainya kau berbaik hati, kami juga berniat agar dapat mengulang hukuman terhadap arwah itu setidaknya hingga seratus tahun sampai kami menemukan jenis hukuman lain."
"Dapatkah kalian berhenti menggangguku!" bentak Hades tiba-tiba, teriakan Persephone memanggil namanya masih terdengar dari lantai atas. "Lakukan apa yang menurut kalian baik dan jangan datang hanya untuk membahas masalah remeh!"
Ketiga Erinyes terkesiap, sedikit membungkuk memberi hormat, mereka bergegas keluar istana sebelum mendapatkan kemarahan Hades.
"Apa yang barusan terjadi?" tanya Alekto menaruh tangan di dada. Jantungnya masih berdebar cepat karena takut.
"Dia seharusnya sedang gembira bukannya murka," lanjut Tisifon mengerjapkan matanya yang dipenuhi darah.
"Aeacus! Katakan apa yang terjadi?!" perintah Megaira mendesis bersamaan dengan ular-ularnya menoleh ke arah hakim yang sedang mewawancarai seorang roh manusia.
Mendelik kesal ke arah wanita berambut ular yang semakin sering memerintah mereka, pria itu itu menjawab, "Seperti yang diramalkan Rhadamanthus, Dewi Musim Semi sama sekali tidak merasa bersyukur dibawa ke tempat ini."
Alekto terperangah, matanya melebar menumpahkan cairan merah pada pipi. "Dia tidak gembira terpilih menjadi Ratu?"
"Mungkin aku harus bertemu dengan ratu kita dan berbicara dari hati ke hati." Megaira merenung, beberapa ekor ular saling menggigit.
Minos berdeham. "Kurasa itu ide buruk."
"Apa maksudmu?" tanya Megaira mengalihkan perhatian kepada pria tua yang masih duduk membelakangi mereka.
"Dia sudah cukup ketakutan melihat pemandangan Dunia Bawah," jawab Rhadamanthus di sela-sela batuknya.
"Apa kau pikir aku akan menakut-nakuti Ratu Dunia Bawah?!" hardik Megaira menyeka darah yang tidak pernah berhenti menetes dari kelopak matanya.
"Kau tidak perlu menakut-nakutinya, cukup menunjukkan wajahmu saja, kami yakin Ratu Dunia Bawah akan segera menerjunkan diri ke sungai Flegethon," cicit Minos berusaha menjawab sepelan mungkin.
"Kalian! Pria tua kurang ajar!" jerit ketiga Erinyes berbarengan dengan desisan ular yang marah, membuat para roh yang berada di sekitar gemetar berjongkok takut, berusaha tidak melihat ketiga sosok yang mengerikan itu.
*****
Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^
Ada versi yang mengatakan ketiga Erinyes adalah anak dari Hades dan Persephone. Namun, di kisah lain, dikabarkan Hades tidak pernah dapat memiliki anak.
Hmm ...
2 Juli 2017
Benitobonita
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top