Bab 7 - In The Castle

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Perjalanan menuju istana cukup jauh. Namun, Hades tidak memiliki masalah menggendong ratunya. Gadis itu sangat ringan.

Setelah protes dan permohonannya untuk pulang diabaikan, Persephone berusaha memperhatikan dan mengingat jalan yang dilalui mereka, berharap dapat melarikan diri.

Seakan dapat membaca pikiran gadis itu yang ingin mengetahui Dunia Bawah lebih detil, Hades berkata, "Jalan di sini memiliki banyak cabang, pada bagian atas dinamakan Erebos tempat padang Asphodel, pasang Elisian, dan tempat tinggal kita berada. Sedangkan jalan menurun itu berarti kau akan mencapai bagian terdalam dari Dunia Bawah yang dinamakan Tartaros, tempat pendosa besar dan para Titan terkurung."

Persephone mengerjapkan mata, dia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan pria itu.

"Tempat ini memiliki lima jenis sungai dan dua buah danau. Sungai paling keramat yang membatasi Dunia Atas dan Dunia bawah adalah sungai Stiks."

Hades tiba-tiba terdiam sesaat sebelum melanjutkan perkataannya, "Mungkin akan lebih baik apabila kita mengucapkan janji pernikahan pada sungai itu."

Debaran jantung Persephone semakin cepat. Pria ini akan menikahinya secara paksa.

Namun, Hades kembali terdiam sesaat sebelum bergumam, "Kita telah menerima restu dari Zeus, itu berarti kau telah resmi menjadi istriku tanpa harus mengadakan upacara pernikahan."

Terperangah akan kesimpulan yang dibuat sendiri oleh Hades, Persephone berontak berusaha turun dari gendongan pria itu. Namun, pemandangan beberapa arwah manusia yang menjerit kesakitan akibat terbakar dan berusaha merangkak keluar dari kolam Flegethon, membuat gadis itu mengurungkan niat dan malah mengalungkan lengan dan memeluk Hades erat-erat.

Aroma apel yang dikeluarkan Persephone memabukkan pria itu. Dengan lembut Hades menyapu bibirnya kepada pucuk kepala istrinya yang menyembunyikan wajah pada dada pria itu.

Kembali melangkah, Hades membawa pengantinnya semakin dekat dengan tempat tinggal mereka. Tiga orang hakim berdiri menyambut kedatangan Dewi Musim Semi yang akan menjadi ratu Dunia Bawah.

"Selamat datang," ucap ketiga almarhum Raja Kreta sedikit membungkuk memberi hormat.

Persephone menoleh ke arah mereka sebelum matanya terbelalak melihat istana yang terbuat dari kerangka manusia berada di belakang ketiga pria tua yang menyapa dirinya.

Ketakutan, gadis itu kembali mengalami serangan panik dan memberontak memohon untuk pulang.

Ketiga hakim berdeham, memalingkan wajah, dan kembali melanjutkan tugas mereka saat Persephone mulai menjerit histeris kala Hades membawa gadis itu memasuki istana kebanggaannya.

Gadis itu kembali menangis takut saat mengamati beberapa tetes darah mengalir turun dari langit-langit membasahi kursi singgasana yang berada di ruang utama.

"Kumohon, pulangkan aku," isak Persephone gemetar melihat interior istana yang dipenuhi tulang belulang, tetapi Hades tidak menggubris semua ucapan gadis itu dan membawanya menuju kamar mereka.

Persephone meronta dan beringsut sejauh mungkin saat pria itu membaringkannya di atas ranjang.

Namun, gadis itu kembali masuk ke dalam pelukan Hades dan menyembunyikan kepalanya, ketika mengetahui bahwa tempat tidur itu juga terbuat dari rangka manusia.

Tersenyum geli, pria itu berkata kepada Persephone yang melekat erat kepada dirinya. "Kau seharusnya tidak ketakutan seperti ini, aku sama sekali tidak berniat melukaimu."

Persephone menelan ludah, gemetar pada tubuhnya belum juga hilang. Melonggarkan sedikit pelukan, dia menengadahkan kepala untuk melihat pria yang menculiknya.

"Si-siapa kau sebenarnya?"

"Kau belum juga tahu siapa diriku?" tanya Hades hampir tertawa, "apa Dementer tidak pernah menceritakan apa pun tentang Dunia Bawah?"

Mata gadis itu melebar, ibunya pernah menceritakan seorang Dewa yang selalu membawa aura kematian.

"Pria yang gelap dan suram, berbeda dari Zeus yang selalu dikelilingi oleh cahaya terang," ujar Demeter suatu hari kepada Persephone saat menceritakan tentang dunia lain para dewa.

"Ha-des?" tanya Persephone gugup, tanpa sadar gadis itu melepaskan pelukan dan beringsut mundur.

"Ternyata kau tahu tentang diriku," jawab Hades mengamati wajah istrinya, "katakan kepadaku, apa yang harus kulakukan agar kau tidak terus menerus melompat seperti seekor kelinci yang ketakutan?"

Persephone mengerjapkan mata, menatap pria itu. Hades selain dikenal sebagai Dewa Penguasa Orang Mati. Namun, dia juga terkenal sebagai pemimpin yang adil dan mampu mengendalikan daerah kekuasaannya dengan baik.

Gemetar pada tubuh gadis itu berangsur berkurang seiring rasa takutnya. Menurut ibunya, Hades tidak pernah menyakiti dewa ataupun dewi lain, bahkan pria itu jarang sekali berinteraksi dengan para dewa dan dewi penghuni Dunia Atas.

Aroma apel yang pekat mengisi ruangan semakin samar. Membuat Hades memiringkan kepala menatap Persephone. "Kau tidak lagi takut denganku?"

Debaran jantung Persefon melambat. Menelan ludah, dia balas bertanya, "Kau... tidak akan menyakitiku, kan?"

Tertawa kecil, pria itu menjawab, "Aku lebih suka menciummu dibanding menyakitimu."

Persephone menahan napas, kedua pipi gadis itu merona. Seumur hidupnya belum pernah ada laki-laki yang berani menciumnya. Bahkan Hermes dan Apollo sekali pun.

Demeter selalu datang dan menghalau mereka, setiap kali mereka berusaha merayu gadis itu.

"Aroma lain?" tanya Hades penasaran. Wangi yang berbeda tercium bercampur dengan aroma apel yang masih mengisi ruangan.

Semburat merah pada pipi Persephone semakin gelap. Pria itu hanya mengungkapkan jati dirinya dan sekarang dia merasa berdebar-debar.

Menyukai apa yang dia lihat, mata Hades melembut, dan bertanya, "Apa kamar ini masih terlalu gelap? Aku telah meletakkan beberapa titik api. Namun, aku akan menambahkannya lagi apabila kau memerlukannya."

Persephone melihat sekeliling lalu berbisik takut. "A-aku tidak dapat melihat dengan jelas, semua tampak menakutkan."

Bangkit dari ranjang, Hades mengambil beberapa batang obor yang telah disiapkan lalu mulai membagi api dari obor yang telah menyala dan meletakkannya di berbagai tempat berbeda.

Cahaya api menerangi kamar itu dan membuat wajah Persephone berubah menjadi pucat pasi dan kembali mengalami serangan panik.

Bernapas tersengal-sengal melihat bahan dinding, lantai, dan kasur yang dia tempati saat ini. Gadis itu menjerit sekencang mungkin.

*****

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Istana Hades ada di media.

30 Juni 2017

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top