Bab 6 - Kidnapped

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita

Tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, Persephone berniat bermain bersama para Nimfa. Kali ini dia memutuskan untuk pergi ke padang Nysa.

Menjalin kumpulan bunga lilac berwarna ungu menjadi sebuah gaun yang membalut tubuh, Persephone bersenandung memperhatikan pantulan dirinya dari air yang mengalir di sungai.

Para Nimfa telah menunggu untuk bermain bersama, tidak jauh dari tempat gadis itu sekarang berada.

Membalikkan tubuh, Persephone terkejut melihat pria yang pernah membuat gadis itu kesal, sedang berdiri memperhatikannya.

"Hari ini kau mengenakan bunga berwarna ungu," ucap pria itu mengamati gaun yang dipakai oleh Persephone.

Wangi mawar samar-samar bercampur dengan aroma apel. Menandakan gadis itu merasa takut oleh kehadirannya.

Hades memiringkan kepala dan melipat kedua lengan di depan dada. "Mengapa kau selalu ketakutan setiap melihatku?"

Jantung Persephone hampir melompat keluar. Pria itu tinggi, kulitnya pucat, dan pakaian yang dikenakan terlihat jelas dia salah satu dewa yang senang bertempur. Berbeda dengan Hermes yang merupakan Dewa Penyair ataupun Apollo yang pandai memainkan musik.

Belum lagi Persephone teringat akan pertemuan terakhir mereka, di mana pria itu dengan seenaknya menarik lengannya dan mengajukan berbagai pertanyaan tanpa sopan santun.

Wangi yang dikeluarkan gadis itu berubah menjadi aroma jeruk, bersamaan dengan mata birunya yang menatap Hades dengan amarah.

Hades tertawa kecil, calon ratunya amat menarik.

"Minggir! Biarkan aku lewat!" perintah Persephone mengentakkan kaki.

Namun, Hades bergeming. Memperhatikan gadis itu dengan penuh minat. Zeus telah memberikan izin, itu berarti dia dapat membawa Persephone kapan pun ke Dunia Bawah.

Mata pria itu menelusuri wajah dan lekuk tubuh calon istrinya dengan saksama.

Pipi Persephone merona merah, merasa malu dan tersinggung diamati oleh pria itu. "Kau! Berhenti menatapku!" bentaknya tidak suka, "dan menyingkir dari sini!"

Hades menarik napas, terpesona akan kecantikan Dewi Musim Semi yang tengah mengerutkan wajah gusar.

"Maaf, tetapi aku tidak bisa melakukannya," ucap Hades tersenyum, mengamati reaksi gadis itu.

"Apa maksudmu?"

Jantung Persephone kembali berdebar cepat, pria di depannya memiliki niat yang tidak baik dan dia harus melarikan diri.

Menengok sejenak ke belakang, dia menemukan hanya beberapa langkah dirinya akan tercebur ke dalam sungai.

Hades tertawa geli. "Aku tidak menganjurkan kau membasahi pakaian cantikmu."

"A-apa yang kau inginkan?" tanya Persephone gugup, rasa marah berganti dengan rasa takut.

Hades melangkah mendekat, di mana Persephone tidak dapat ikut melangkah mundur. Sedikit menunduk pria itu berkata, "Zeus telah memberikan restu agar aku dapat membawamu."

Mata gadis itu melebar, terkejut akan berita yang dia peroleh. mendongak, dia memberikan tatapan berapi-api ke arah Hades. "Kau bohong! Zeus bahkan tidak mengizinkan Apollo ataupun Hermes mengambilku!"

Rasa cemburu menguasai Hades, menarik lengan Persephone dia bertanya, "Kau menyukai salah satu dari mereka?"

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan tanganku!" jawab Persephone memberontak.

Hades menggeram, tidak ada yang boleh mengambil hati ratunya. Menarik lengan gadis itu, dia berkata, "Kita pulang."

Persephone terbelalak, pria itu akan menculiknya. Berusaha melepaskan diri, dia menjerit dan terus menggeliat.

Namun, tenaga Hades jauh lebih besar. Memanggul calon istrinya, dia membawa Persephone yang berteriak dan menendang menaiki kereta kuda miliknya dan menghela sepasang binatang itu untuk menuju jalan masuk Dunia Bawah.

Persephone memegang sisi kendaraan yang melaju dengan wajah ketakutan. "Turunkan aku!" jeritnya berulang kali dan berjongkok, karena ngeri melihat pemandangan yang berubah dengan kecepatan tinggi.

Namun, Hades tidak menanggapi. Dewi Musim Semi adalah miliknya dan semakin cepat dia membawa gadis itu ke dunia kekuasaannya, semakin aman ratunya dari godaan dewa lain.

*****

Di atas perahu yang mengapung pada sungai Akheron, Kharon terkekeh saat melihat tuannya turun memasuki Dunia Bawah membawa seorang gadis yang terus menjerit.

"Jadi ini Dewi Musim Semi yang menyebabkan kau bertingkah aneh?" tanya pria tua itu saat Hades naik ke atas perahu lalu menurunkan Persephone yang mengamati sekeliling dengan mata terbelalak dan gemetar ketakutan.

"Kharon, tutup mulutmu," perintah Hades, berdiri memegang tubuh Persephone yang oleng.

Tertawa kecil, Khanos menurut lalu mulai mendayung menuju seberang sungai.

"Di-di mana ini?" tanya Persephone gemetar. Semuanya terlihat gelap, titik-titik api yang terpasang, tidak cukup terang. Tanpa sadar dia mencengkeram pakaian yang dikenakan oleh Hades.

Suara tangis mengerikan yang menyayat pendengaran terdengar bersamaan bunyi sampan yang beradu dengan air sungai.

Persephone bernapas cepat, berusaha mencari sumber suara dan memekik kecil saat melihat kumpulan arwah berbentuk manusia hilang timbul di antara sungai yang mereka seberangi dan menangis pilu.

"Hati-hati, kau bisa terjatuh," bisik Hades memeluk gadis itu.

Khanos menarik napas dalam dan menyukai aroma yang dibawa oleh Dewi Musim Semi ke Dunia Bawah. "Aku sekarang mengerti mengapa kau menginginkannya," kata pria tua itu kembali tertawa pelan.

"Tutup mulutmu dan terus mendayung," tegur Hades, merasa terganggu saat dia tengah menikmati sentuhan ratunya.

Tubuh Persephone gemetar hebat, belum pernah dia berada di tempat sesuram ini. Tanpa dirinya sadari, dia mencari perlindungan dari pria yang menculiknya dengan membiarkan laki-laki itu memeluknya saat dia berulang kali mengintip pemandangan di sekitarnya.

Gadis itu terkadang menyembunyikan wajahnya pada dada Hades ketika suara tangisan yang mengerikan kembali terdengar.

"Kau harus terbiasa," ucap Kharon merasa iba, "dunia ini adalah tempat penghakiman bagi roh manusia. Suara tangisan, ratapan, dan jeritan akan selalu ada."

Perkataan pria tua itu sama sekali tidak menghibur Persephone. Dia ingin pulang, di sini bukan dunianya, dia bahkan tidak mengenal laki-laki yang memeluknya.

Perahu bergoncang saat beberapa arwah berusaha naik. Persefon menjerit kecil dan merapatkan tubuh kepada Hades yang memeluk gadis itu lebih erat dengan senang hati.

Kharon mengangkat dayung lalu memukul para roh hingga mereka kembali terjatuh di dalam sungai kesedihan.

"Mereka tertarik dengan dirimu," jelas pria tua itu kembali mendayung dan terkadang mengusir beberapa arwah yang masih berusaha memanjat.

Hades menghela napas. Bawahannya sama sekali tidak memahami perintah untuk menutup mulut.

Tidak berapa lama perahu sampai pada tepi sungai. Membimbing Persephone yang pucat pasi dan gemetar, Hades menggenggam erat tangan gadis itu.

Belum ada mereka melangkah, Persephone kembali memekik ketakutan, dan memeluk Hades saat Kerberos berlari mendekati mereka.

Ketiga kepala anjing itu menggonggong bersahut-sahutan, menyambut majikan baru mereka dan berusaha mendekatkan kepala mereka untuk mengendus Persephone yang menatap ke arah hewan ini dengan terbelalak.

"Kerberos! Duduk!" perintah Hades tegas yang langsung dituruti oleh binatang itu.

Menoleh ke arah Persephone yang melekatkan tubuh kepada dirinya, Hades berkata, "Ini Kerberos, mereka bertugas menjaga pintu agar orang hidup tidak dapat masuk dan arwah tidak dapat keluar."

Binatang itu menggonggong seakan mengamini perkataan majikannya.

Menoleh ke arah Kerberos, Hades berkata, "Ini Persephone, Tuan baru kalian, jangan pernah lukai dia."

Ketiga suara gonggongan yang berbeda terdengar.

Persephone mengintip dari balik tubuh Hades mengamati hewan besar dan mengerikan itu. Selama ini binatang terbesar yang pernah bermain dengannya hanyalah seekor rusa yang berukuran setengah dari badan binatang itu.

Gemetar ketakutan, dia berbisik kepada Hades. "Kumohon, a-aku mau pulang."

Aroma apel yang menandakan gadis itu histeria, tercium amat pekat.

Tubuh Hades menegang. Dia tidak mengerti cara merayu seorang gadis agar bersedia mengikutinya secara sukarela.

"Kumohon, a-aku mau pulang," kembali Persephone memohon, mencengkeram pakaian yang dikenakan Hades. Gadis itu tersentak dan mulai menangis ketakutan dalam pelukan pria itu saat terdengar jeritan kesakitan dari para roh yang dipaksa berenang dalam sungai Flegethon yang mengalirkan api.

Jantung Hades berdebar cepat, bimbang apakah keputusannya membawa seorang Dewi Dunia Atas untuk hidup di Dunia Bawah merupakan hal yang bijak. Namun, gadis itu begitu harum, kulitnya amat lembut, dan tubuhnya hangat memancarkan keindahan musim semi yang tidak akan pernah ada di Dunia Bawah.

"Apakah aku harus menggendongmu?" tanya Hades berusaha membuat gadis itu berjalan.

Persephone bernapas cepat, terisak dia mendongak ke arah Hades, kedua tangannya masih gemetar memegangi pakaian pria itu. "Ke-kenapa kau lakukan ini kepadaku? Apa salahku?"

Hades tidak menjawab, dia bisa saja mengembalikan Persephone ke Dunia Atas saat ini juga. Namun, itu berarti dia akan kehilangan gadis itu selamanya. Demeter akan marah dan menyembunyikan atau bahkan menikahkan Persephone ke dewa lainnya.

Tidak ada pilihan lain. Mengabaikan protes dan permohonan gadis itu, Hades menggendong Persephone yang tidak berani berontak dan membawa gadis itu ke istananya.

*****

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Kharon atau Charon adalah pria tua yang bertugas menyeberangkan para arwah ke Dunia Orang Mati dengan imbalan sebuah koin (Obolos).

Oleh karenanya, pada zaman dahulu, setiap jenazah yang akan dikubur, selalu diselipkan sekeping koin pada mulut mereka.

Bagaimana kalau mereka tidak memiliki koin? Mereka akan terus menunggu di tepi sungai Akheron (kesedihan) hingga ratusan tahun ATAU mereka akan kembali ke Dunia Manusia untuk mengganggu saudara mereka yang tidak menguburkan mereka dengan baik.

30 Juni 2017

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top