Bab 7

"Kamu mau tidur di sini, Mas?" tanya Nadia sambil mengelus-elus rambut Fajar di pangkuannya. Wanita itu sedang duduk di sofa, sedangkan Fajar berbaring dengan posisi kepala bersandar pada pahanya.

"Jam berapa ini, Sayang?" Fajar malah balik bertanya.

Nadia lalu melihat jam dinding dan berkata, "Hampir jam sepuluh, Mas."

Fajar pun duduk. "Sejujurnya aku pengen bermalam di sini, tapi kamu tahu sendiri."

"Kalau dipikir-pikir, mana ada wanita yang rela pacarnya menikah sama orang lain? Aku rasa cuma aku doang yang begini."

Fajar tersenyum. "Entah harus berapa kali aku mengingatkan. Pernikahanku dengan Sandra hanya status, hatiku selalu buat kamu, Sayang. Lagian satu tahun dari sekarang, kami akan bercerai dan kamulah yang akan menjadi istriku."

"Itu kalau berhasil. Kalau rencana kita gagal? Haruskah aku menunggu lagi?" rajuk Nadia.

"Astaga, kita udah sering membahas hal ini sebelum aku resmi menikah. Please, Nad ... yakinlah bahwa semua akan berjalan sesuai keinginan kita berdua. Lagi pula coba ingat-ingat, siapa yang menginginkan pernikahan ini?"

Alih-alih menjawab, Nadia malah mencium bibir Fajar. Sejenak mereka berciuman mesra, sampai kemudian saling melepaskan.

"Maafkan kecemburuanku ini, Mas. Tapi terlepas dari itu ... aku percaya Mas Fajar mencintaiku dan sedikit pun nggak akan menaruh hati pada gadis kecil itu."

"Aku sadar, apa pun yang Mas Fajar lakukan murni karena rencana. Bisnis," lanjut Nadia menegaskan.

"Kalau begitu aku balik ke hotel dulu ya, Sayang." Fajar mengecup kening Nadia lalu bersiap memakai sepatunya. la akan kembali ke hotel tempatnya menginap bersama Sandra.

***

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Sejujurnya Sandra ingin tidur, terlebih suaminya memang belum pulang. Kalau boleh berharap, tidak masalah apabila Fajar memutuskan bermalam dengan pacarnya. Justru Sandra merasa lebih nyaman jika di ranjang yang ia tiduri ini, hanya ada dirinya seorang.

Semenjak mereka menikah beberapa hari yang lalu, Sandra memang tidur seranjang dengan Fajar, tapi tetap saja ia belum terbiasa sepenuhnya.

Entah kenapa, pikiran Sandra malah tertuju pada Dion. Pria yang baru hari ini dikenalnya. Sandra tidak bodoh, jelas-jelas Dion berusaha menarik perhatiannya.

Awalnya Sandra menaruh curiga, berpikir jika Dion punya misi menipu karena jujur saja, baru kali ini ada pria yang mendekatinya dengan cara seperti itu. Namun, Sandra juga tidak tahu bisa-bisanya ia membicarakan banyak hal sehingga rasa curiganya perlahan terkikis.

"Aku nggak mungkin kena hipnotis, kan?" gumamnya, lebih pada dirinya sendiri.

Parahnya lagi, mereka mulai akrab dan sudah janjian besok sore bertemu lagi. Sandra juga menyesali kenapa ia malah berbohong tentang statusnya. Seharusnya Sandra mengatakan bahwa dirinya merupakan wanita bersuami, tapi ia malah bilang belum menikah.

Baiklah, Sandra berjanji besok ia akan mengatakan yang sebenarnya. Bila perlu, ia juga akan memakai cincin pernikahannya.

Ya, meskipun permikahannya dengan Fajar hanyalah sementara, tetap saja Sandra sangat salah jika membohongi Dion, sekalipun pria itu baru dikenalnya.

***

Sebelum mengeluarkan kartu akses pintu masuk kamar hotelnya, Fajar lebih dulu memakai cincin pemikahannya. la memang sengaja melepasnya tadi, demi menghargai Nadia. Sekarang ia kembali memakainya.

Beberapa saat kemudian, Fajar sudah masuk ke kamar. Tampak Sandra sudah memejamkan mata dan memakai selimutnya.

Sejujurnya Sandra belum tidur, ia sengaja pura-pura tidur untuk meminimalisir kecanggungan di antara mereka. Sandra bisa mendengar dengan jelas langkah kaki Fajar, suara pintu kamar mandi yang ditutup, juga gemericik air yang menandakan suaminya itu sedang mandi.

Sandra ingin secepatnya masuk ke alam mimpi, tapi anehnya terasa sulit sekali. Bahkan sampai Fajar selesai mandi, Sandra belum tidur sungguhan.

Sampai kemudian, Sandra merasakan pergerakan pada kasur yang ditidurinya, sepertinya Fajar juga hendak pergi tidur. Sedari tadi posisi tidur Sandra memang menyamping membelakangi Fajar, membuatnya merasa nyaman. Jika berhadapan dengan pria itu meskipun hanya tidur, pasti akan sangat canggung. Bisa-bisa dirinya ketahuan hanya berpura-pura tidur.

"Saya tahu kamu belum tidur." Satu kalimat yang baru saja Sandra dengar, membuat wanita itu terkejut sekaligus menegang. Ada apa dengan Fajar? Pria itu belum pernah seperti ini sebelumnya.

"Kamu masih pura-pura tidur padahal udah ketahuan," tambah Fajar.

Tidak, Sandra tidak boleh bergerak apalagi menjawab. Jika Sandra melakukannya, secara tidak langsung ia mengiyakan tudingan Fajar tentang pura-pura tidur.

Sedikit pun tidak mendapatkan respons, Fajar kemudian menepuk pundak Sandra pelan, membuat Sandra sontak bangkit dari posisi berbaringnya.

"Astaga! Bikin kaget aja," ucap Sandra cepat, lalu berpura-pura menguap dan memberikan sedikit ekspresi meyakinkan kalau dirinya baru bangun tidur.

"Ada apa, sih, Mas? Ini udah malam."

"Saya tahu kamu pura-pura tidur."

"Hah? Aku nggak sekurang kerjaan itu."

"Saya nggak tahu tujuan kamu berbohong, yang pasti saya tahu kamu belum tidur."

"Terserah deh, aku mau tidur lagi." Sandra hendak berbaring menyamping lagi. Namun, Fajar menahannya, membuat posisi istrinya itu menjadi telentang.

"A-apa ada yang mau dibicarakan malam-malam begini?" tanya Sandra terpaksa, jujur saja ia deg-degan setengah mati. Apalagi Fajar semakin mendekat padanya.

"Saya ingin mendapatkan hak saya malam ini," ucap Fajar pelan. "Hak sebagai suami."

"Ma-maksudnya apa, Mas?" Sandra belum sepenuhnya mencerna ucapan Fajar. Namun, saat wajah mereka berjarak hanya beberapa senti saja, tiba-tiba berbagai pikiran buruk memenuhi benak Sandra.

"Saya ingin kamu menunaikan kewajiban sebagai seorang istri sekarang," balas Fajar yang seakan membuat dunia Sandra runtuh seketika.

Sandra yakin, bukan seperti ini kesepakatan mereka.

Bersambung....

Kelanjutan Pernikahan Sementara ini masih panjang. Silakan baca di Innovel.

Username : Aggiacossito

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top