7. Belum 17 Tahun

Dengan berat hati, Oliv memutuskan untuk tidur di kamar lain dan membiarkan suaminya tidur bersama dengan Manda. Ingin rasanya dia menangis sekarang. Namun, air matanya tak kunjung dapat keluar.

Sampai pukul satu malam, perempuan itu tak kunjung merasa kantuk dan memutuskan untuk pergi ke dapur guna mencari camilan.

Saat tengah berjalan menuju dapur, dia tak sengaja  bertemu dengan Reza yang ternyata juga masih belum tidur, sama sepertinya.

"Belum tidur, Mas?" tanya Oliv yang langsung dibalas anggukan oleh Reza.

Setelah itu mereka berdua terdiam sembari bergulat dengan pikiran mereka masing-masing. Hal itu berhasil membuat kecanggungan di antara mereka terasa begitu mengganggu.

Saat menemukan sebuah ucapan yang ingin disampaikan, tanpa sengaja keduanya saling memanggil nama satu sama lain.

"Mas."

"Liv."

Keduanya kembali terdiam dan Oliv yang merasa bahwa suaminya ingin membicarakan hal yang lebih penting akhirnya mempersilakan Reza untuk berbicara terlebih dahulu.

"Mas aja duluan yang ngomong," ucap Oliv sembari melirik sekilas ke arah Reza.

Mata pria itu bergetar karena gugup, dia juga dengan sengaja berdeham kecil tanpa ada rasa gatal di tenggorokannya. Dia melakukan itu agar rasa gugupnya sedikit berkurang.

"Gimana kalau kita ngobrolnya di taman aja?" tawar Reza yang langsung dijawab anggukan oleh Oliv.

Pria itu berjalan terlebih dahulu dengan tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana.

Di belakangnya, Oliv terlihat cemas memikirkan apa yang mungkin suaminya itu ucapkan kepadanya.

Sesampai di taman, keduanya duduk bersebelahan di sebuah kursi panjang. Perlahan wajah Reza terangkat untuk melihat bintang-bintang yang ada di atas langit.

"Bagus ya cuaca hari ini," puji Reza sembari tersenyum kecil guna mencairkan suasana.

"Iya, Mas. Ternyata seru juga ya, liat langit malem-malem gini," balas Oliv sembari ikut menatap langit.

Wajah Reza kemudian beralih untuk menatap wajah sang istri yang duduk di sisinya.

"Liv," panggil Reza yang langsung membuat si pemilik nama menatapnya balik.

"Iya ... Kenapa, Mas?" tanya Oliv dengan senyum tipis di wajahnya.

"Maaf ya, aku nggak bisa jadi suami yang baik buat kamu."

"Mas ngomong apa sih, Mas itu baik banget kok. Mas nggak usah mikir macem-macem deh," sanggah Oliv sembari memukul kecil tubuh Reza karena menganggap bahwa ucapan suaminya itu adalah lelucon.

Sayangnya, wajah Reza berkata lain. "Kalau kamu mau cerai, nggak pa-pa kok, daripada kamu kesiksa gini."

Ucapan Reza tersebut nyatanya berhasil membuat hati Oliv terluka, dia tidak pernah memiliki pikiran untuk meminta cerai pada Reza bahkan ketika pria itu mengatakan bahwa dia ingin menikah lagi.

Walaupun mereka menikah karena perjodohan, tetapi Oliv benar-benar menyukai Reza sejak pertama kali mereka bertemu. Di sebuah acara perusahaan milik keluarga pria itu.

"Mas ngomong apa sih, aku nggak kesiksa kok. Aku nggak pa-pa."

Lagi-lagi Oliv harus menutupi kesedihannya dengan senyuman. Sampai kapan pun, dia tidak akan meminta cerai pada Reza kecuali pria itu yang menceraikannya. Sayangnya, Reza juga memikirkan hal serupa sehingga mereka berakhir dalam kebimbangan.

"Kamu yakin?" tanya Reza memastikan karena wajah Oliv terlihat mengatakan hal yang berbeda.

"Iya, Mas, aku nggak pa-pa kok. Asal Mas bisa adil. Aku terima kok Mas nikah lagi."

"Mas nggak yakin bisa ngelakuin itu," jawab Reza singkat. Namun, setelahnya pria itu kembali berbicara. "Tapi, Mas bakal coba ya."

"Iya, Mas. Aku yakin Mas bisa."

Perlahan tangan Reza terangkat dan diusapnya pelan kepala Oliv dengan lembut. "Makasih ya, Liv."

"Iya, Mas."

Keesokan paginya, Manda bangun dari tidurnya sekitar pukul 10 pagi. Dia tentu tidak mendapati Reza di sisinya karena pria itu sudah pergi bekerja sejak beberapa jam yang lalu.

Dengan badan yang cukup letih, Manda bergegas pergi ke kamar mandi dan setelahnya turun dari lantai dua rumah Reza.

Saat berjalan menuju dapur, tiba-tiba saja Manda bertemu dengan Oliv.

"Baru bangun, Man?" tanya Oliv dengan ramah.

Melihat seorang perempuan yang belum pernah dia temui, membuat Manda sedikit kebingungan. Dia siapa? tanya perempuan itu di dalam hati sembari memperhatikan tubuh Oliv dari bawah hingga atas.

"Maaf, Mbak siapa ya?" tanya Manda dengan hati-hati.

Di sisi lain, Oliv malah tertawa kecil karena sikap polos Manda yang begitu menggemaskan. "Hehe. Tadi malam kita belum kenalan ya. Saya Olivia Aulin panggil aja Oliv, saya istrinya Reza."

Mata Manda membulat sempurna saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Oliv. Istri? Reza sudah punya istri? tanyanya di dalam hati yang malah membuatnya tanpa sengaja melamun.

Melihat Manda yang tengah melamun, membuat Oliv sedikit bingung. Perlahan tangannya menepuk pundak perempuan itu sehingga kesadarannya kembali.

"Kamu nggak pa-pa?" tanya Oliv yang langsung membuat Manda tersenyum kikuk.

"Nggak pa-pa kok, Mbak."

Tentu hati Manda berkata lain karena tiba-tiba dia merasa sedikit sedih. Kenapa gue malah sedih gini ya?

"Oh iya, kamu sudah sarapan belum? Pasti belum kan? Yuk, sarapan bareng," ajak Oliv sembari menarik tangan Manda untuk mengikutinya berjalan ke arah meja makan.

Setelah sampai di meja makan. Oliv duduk terlebih dahulu dan setelahnya, Manda ikut duduk di sisi perempuan tersebut.

Beberapa pembantu kemudian mulai mempersiapkan makanan untuk Oliv dan Manda.

Piring yang sebelumnya kosong, kini sudah dipenuhi berbagai macam lauk.

Sebenarnya Manda ingin melakukannya sendiri. Namun, Oliv melarangnya. Katanya, semua itu adalah tugas pembantu dan Manda hanya meng-ia-kan tanpa berkomentar apapun.

"Yuk, makan. Kalau mau nambah bilang aja ya," ucap Oliv setelah beberapa pembantunya menjauhi meja makan.

Manda mengangguk paham. Namun, matanya terus menatap sekeliling.

Kenapa mereka nggak pergi ya? tanya Manda di dalam hati karena pembantu-pembantu itu masih berada di sisi mereka.

Selama tinggal di rumah Reza, Manda selalu makan di kamar dan ini adalah kali pertamanya makan di meja makan. Tentu perempuan itu sangat kebingungan dengan peraturan tak tertulis yang ada di rumah besar tersebut.

Oliv terlihat makan dengan rapi dan tertata. Di sisinya, Manda juga melakukan hal yang sama. Bedanya, Manda hanya dapat menggunakan sendok padahal dia diberi beberapa alat makan yang lain seperti garpu dan juga pisau.

Di tengah kegiatan makannya, tiba-tiba saja Oliv menoleh ke arah Manda dan bertanya, "kapan kamu sama Reza akan nikah?"

Pertanyaan dari Oliv itu berhasil membuat Manda tersedak. Beberapa pembantu kemudian berlari ke arah Manda dan memberi perempuan itu segelas air putih. Setelah dirasa cukup baik, Manda menatap wajah Oliv dengan tatapan bingungnya.

"Nikah? Aku sama Reza? Nggak Mbak, siapa yang mau nikah sama dia. Reza kan sudah nikah sama Mbak."

Ucapan Manda yang tergesa-gesa berhasil membuat raut wajah Oliv berubah. Alat makan yang dia gunakan tadi sudah perempuan itu taruh kembali ke atas piring yang masih penuh dengan makanan.

"Kamu nggak tau masalah ini?" tanya Oliv yang berhasil membuat dahi Manda mengerut.

"Masalah?"

"Iya, tentang aku yang nggak bisa punya anak dan akhirnya Reza memilih kamu buat dia nikahi lagi."

Seperti ada beban berat di kepala Manda sekarang ini setelah mendengar penjelasan dari Oliv. Bodohnya dia karena tidak memikirkan hal ini sejak awal. Alasan Reza membawanya ke rumah pria itu adalah untuk menikahinya.

"Tapi, Mbak. Aku masih kecil. Umur aku aja belum 17 tahun."

Wajah Oliv yang sebelumnya menatap lurus kemudian beralih ke wajah Manda yang terlihat begitu serius akan ucapannya.

"Kamu belum 17 tahun?" tanya Oliv memastikan dan Manda mengangguk pelan sebagai jawaban.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top