10. Kembali Sekolah

Suasana ramai kelas 12 Bahasa dua menjadi salah satu hal yang akan dirindukan oleh Manda setelah lulus sekolah nanti. Walau hanya setahun bersama. Namun, ada banyak kenangan yang terlukis di kelas tersebut.

Dari kejauhan Manda sudah mendengar nyanyian kompak teman-temannya dari kelas tersebut. Suara itu membuatnya begitu bersemangat dan tanpa aba-aba berlari menuju kelasnya.

Saat masuk, Manda langsung menyapa teman-temannya yang memang sangat akrab dengannya. Ya walaupun, teman-teman sekelas ya itu tidak terlalu banyak. Jika dihitung-hitung kelas Manda hanya diisi oleh kurang lebih 25 murid.

"Pagi, guys," sapa Manda dengan wajah bahagianya.

Berbeda dengan sikap Manda, hampir semua teman sekelasnya menatap bingung ke arah perempuan yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah itu. "Loh, Manda, lo masih hidup ternyata," canda salah satu teman sekelas Manda yang bernama Tio.

Manda menatap kesal ke arah Tio karena sudah mengiranya mati. "Yang meninggal itu Ayah gue, bukan gue," jawab Manda singkat dengan wajah yang berubah sendu.

Untuk kedua kalinya, teman-teman sekelas Manda dibuat terkejut akan ucapan yang keluar dari mulut perempuan itu. "Beneran?" tanya temannya yang lain.

Manda mengangguk pelan dan tiba-tiba, seseorang berlari ke arahnya. Bukan hanya berlari. Namun, orang itu juga langsung memeluk erat tubuh Manda dari samping.

"Manda! Gue kangen banget sama lo," ucap Loli, sahabat Manda yang baru saja masuk ke dalam kelas.

Perlahan Loli melepas pelukannya dari Manda dan menatap mata sahabatnya itu dengan kesedihan yang teramat dalam. "Gue tau Ayah lo meninggal, gue sudah coba hubungin lo tapi nggak bisa, gue juga dateng ke rumah lo, tapi lonya nggak ada," curhat Loli karena merasa bersalah.

Manda mengusap kepala sahabatnya itu dengan perlahan agar membuat perasaan Loli sedikit membaik. "Nggak pa-pa kok."

Sebelum melanjutkan ucapannya, Manda terlihat mengambil napas yang cukup panjang. "Hape gue udah lama dijual, terus sekarang gue nggak tinggal di rumah itu lagi."

Alis Loli terangkat setelah mendengar ucapan sahabatnya itu. "Lo tinggal dimana? Bukannya lo udah nggak punya keluarga lagi ya di sini? Jangan-jangan lo masuk panti asuhan ya?"

Manda tertawa kecil sembari menyentil dahi sahabatnya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. "Aneh-aneh aja sih pikiran lo. Tenang. Gue masih punya keluarga kok di sini, ya walaupun keluarga jauh sih."

Di dalam hati, Manda terus memohon ampun pada Tuhan karena harus berbohong pada sahabatnya. Manda tidak mungkin berkata jujur jika dia tinggal bersama calon suaminya. Bisa-bisa Loli pingsan di hadapannya sekarang juga.

"Syukurlah kalau gitu. Btw, gue kangen banget sama lo!" pekik Loli lagi sembari mengguncang tubuh Manda dan langsung dihentikan oleh perempuan itu.

"Udah ih, badan gue sakit nih!"

Tenang, Manda hanya bercanda tentang badannya yang sakit, dia hanya mau sahabatnya itu berhenti melakukan hal yang aneh kepadanya.

"Hmm, sorry-sorry."

"Iya, nggak papa."

Di tengah keheningan kedua perempuan itu. Tiba-tiba saja Loli kembali mengeluarkan suaranya. "Lo tau nggak, di lapangan belakang ada bazar."

Sudah terlampau lama Manda tidak turun sekolah dan membuatnya tidak tau dengan kegiatan-kegiatan yang sekolahnya selenggarakan. "Bazar?"

"Iya, hari ini terakhir. Gimana kalau kita ke sana," ajak Loli dengan semangat.

"Boleh deh."

Kedua perempuan itu keluar dari kelasnya dan pergi ke lapangan belakang sekolah. Benar saja ucapan Loli mengenai adanya bazar. Namun, mata perempuan itu malah menangkap sosok Arni yang tengah duduk di pinggir lapangan.

Duh, tuh orang, kenapa masih disini sih, oceh Manda di dalam hati.

Melihat Loli yang tengah asyik memperhatikan stan-stan di bazar tersebut. Manda kemudian meminta izin pada sahabatnya itu untuk pergi ke toilet.

"Li, gue mau ke toilet bentar ya, perut gue sakit nih," ucap Manda dengan wajah sakit yang dibuat-buat. Tangannya juga sengaja mencengkeram perut seperti orang yang tengah kesakitan.

"Lo pms ya?" tanya Loli dengan wajah khawatir dan membuat Manda kebingungan.

"Hmm, kayanya iya sih."

"Ya udah, gue temani ya," ajak Loli yang langsung di tolak oleh Manda.

"Eh, nggak usah, gue bentar doang kok ke toiletnya. Lo tunggu aja di sini."

Tanpa menunggu jawaban dari Loli, Manda berlari menuju tempat yang 'katanya' toilet. Nyatanya, perempuan itu berlari menuju tempat Arni berada.

Perempuan yang ditugaskan menjaga Manda itu terlihat begitu kaget saat melihat Manda sudah ada di hadapannya. "Eh, Mbak Manda."

"Kok kamu di sini sih?" tanya Manda dengan dahi yang mengkerut.

Arni bangun dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Manda. "Iya, Mbak. Saya di sini karena lupa ngasi uang jajan buat Mbak," ucap Arni sembari merogoh sesuatu di sakunya. Setelah mendapatkan beberapa lembar uang dari sana, Arni segera menyodorkannya kepada Manda. "Ini Mbak, uangnya."

Lima lembar uang 100 ribuan kini ada di hadapan Manda dan membuat perempuan itu menjadi sangat terkejut. "Kenapa banyak banget?" tanya Manda, karena perempuan itu tidak terbiasa memegang uang yang banyak.

"Saya kurang tau, Mbak. Pokoknya pegang aja ya, kalau kurang bilang aja. Nanti saya sampaikan ke PAK Reza."

Dengan pasrah Manda menerima uang tersebut. Setelah berpindah tangan, uang itu langsung Manda masukkan ke dalam saku baju yang dia gunakan agar tidak terlihat oleh orang lain.

"Ya udah kalau gitu, kalian balik aja, nanti aku pulang pakai taksi," usir Manda dengan wajah sedikit kesal.

"Nggak bisa, Mbak. Mbak harus pulang sama kami. Kalau enggak nanti Pak Reza marah sama kami."

Manda menghela nafasnya setelah mendengar ucapan Arni. "Ya udah deh. Nanti jam satu, tunggu aku di sini. Oke."

Arni mengangguk pelan dan Manda bergegas pergi dari hadapannya. Dengan uang yang banyak itu tentu Manda dapat membeli banyak hal. Namun, nyatanya perempuan itu hanya membeli beberapa makanan yang terjual di bazar.

Manda selalu diajarkan oleh ibunya untuk berbelanja sesuatu sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan. Karena sisa uang yang ada di tangannya masih terlalu banyak, Manda memutuskan untuk menyimpannya, takut-takut jika besok dia tidak memiliki uang lagi.

Tepat pukul satu siang, Manda pulang sekolah. Sebenarnya dia bisa saja pulang lebih awal karena sudah tidak ada lagi mata pelajaran. Namun, dia bosan jika terus-terusan di rumah.

Dengan malas, Manda berjalan menuju tempat Arni menunggu. Di sana, perempuan itu tengah memperhatikan Manda dari kejauhan.

"Apa gue kabur aja ya?" monolog Manda sembari memperhatikan Arni yang tengah melambai ke arahnya.

"Tapi, kalau gue kabur, gue mau kemana?" monolognya lagi dan tanpa sadar perempuan itu sudah berada di hadapan Arni.

Dengan cepat Arni membuka pintu mobil agar Manda bisa langsung masuk. Saat di dalam mobil, perempuan itu kembali bergulat pada pikirannya sendiri. Dia bingung harus bertindak seperti apa lagi.

Di tengah perjalanan, Manda melirik sekilas ke arah Arni. Entah karena apa perempuan itu menyadari tindakan yang Manda lakukan. Sepertinya karena Manda melakukannya bukan hanya sekali.

"Kenapa, Mbak?" tanya Arni tiba-tiba yang berhasil membuat Manda gelabakan.

"Nggak, nggak pa-pa kok."

Wajah Manda mengatakan yang sebaliknya dan Arni kembali memberinya pertanyaan. "Ngomong aja Mbak, Mbak kenapa?"

Manda terdiam sesaat sembari mengulum bibirnya. "Aku boleh minta hape nggak?"

"Mbak butuh hape ya? Hmm ... Gimana kalau Mbak langsung minta sama Pak Reza. Pasti dikasih kok."

Lagi-lagi Manda harus berurusan dengan pria itu. Jujur, dia tidak mau bertemu dengan Reza lagi. Namun, dia benar-benar membutuhkan ponsel untuk dia gunakan sehari-hari.

"Ya udah deh, nggak jadi."

Manda membalik tubuhnya dan menatap keluar jendela mobil. Menurutnya, akan lebih baik jika dia tidak memiliki ponsel daripada harus bertemu dengan Reza lagi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top