FALL FOR YOU
"Mommy," ucap Ily lirih saat melihat Widya berdiri di depannya, melipat kedua tangan di depan dada.
"Tante, in---" Ucapan Al terpotong karena Widya mengarahkan jari telunjuknya ke depan bibir. Al dan Ily mengangguk paham.
Widya berjalan menghampiri Al dan Ily yang berdiri tegang dengan jantung yang berdetak sangat keras. Al susah payah menelan ludahnya. Seakan tenggorokannya terasa kering. Widya mencengkram bahu Al.
"Mau kamu bawa ke mana Ily?" tanya Widya sekali lagi dengan sedikit berbisik dan penuh penekanan di setiap katanya.
"Mmmmm ... a-a-a-anu, Tan ...," jawab Al gelagapan.
"Bawa dia pergi jauh dan nikahi dia," ucap Widya membuat mata Al dan Ily terbelalak, menatap Widya tak percaya.
"Mom ...," gumam Ily dengan air mata yang menggantung.
"Pergilah ke Bali dan temui Om Choky sama Tante Mora di sana. Minta bantuan Om Choky untuk menikahkan kalian. Setelah kalian menikah, terserah Al akan membawa kamu ke mana. Maafkan Mommy hanya ini yang dapat Mommy lakukan untuk kalian. Jaga diri kalian baik-baik," ujar Widya dengan air mata membasahi pipi.
"Tan ...."
"Panggil aku mommy, Al. Mulai sekarang, Mommy sudah menganggapmu menantu. Jaga dan lindungi anak dan calon cucu Mommy. Bawa Ily dan bahagiakan dia dengan caramu. Maafkan Daddy yang belum bisa menerima kenyataan ini," nasihat Widya sebelum Al melanjutkan ucapannya.
"Terima kasih banyak, Mom. Doa restu Mommy setidaknya sedikit meringankan langkah kami. Al akan berusaha menjadi kepala keluarga yang baik untuk Ily dan anak-anak kami, Mom. Maafkan Al dan Ily sudah mengecewakan Mommy sama Daddy," ucap Al tulus dari hati terdalam.
Widya memeluk Al dan Ily bersamaan, menumpahkan air matanya, begitu juga Al dan Ily. Mereka tidak menyangka, ternyata masih ada salah satu orang tua di antara mereka yang merestui.
"Pergilah secepatnya sebelum Daddy bangun. Ini kamu bawa untuk bekal," ujar Widya memberikan sejumlah uang kepada Al.
"Tidak, Mom. Al sudah ada, walau tidak banyak, tapi masih cukup untuk kami pergi ke Bali," tolak Al lembut agar tidak menyinggung perasaan Widya.
"Terimalah ini, Al, Mommy hanya ingin membantu. Jangan kecewakan Mommy lagi," bujuk Widya, mau tidak mau Al akhirnya menerimanya.
"Terima kasih, Mom," ucap Al.
Saat Ily dan Al ingin melangkah, lagi-lagi mereka dicegah Widya, "Tunggu!"
Al dan Ily berhenti dan menoleh. Widya melepas kalung dan cincinnya dan memberikannya kepada Al.
"Pakai ini untuk mas kawinnya." Widya memberikan itu kepada Al.
"Mom, seharusnya Al yang membeli mas kawin untuk Ily."
"Jangan, pakai uang itu untuk keperluan lain. Pergilah sekarang, temui om dan tante kamu. Mommy akan menghubungi mereka, menyampaikan kalau kalian akan datang ke sana," lanjut Widya lalu Ily dan Al memeluknya.
"Maafkan Ily, Mom, terima kasih," ucap Ily lalu melepas pelukannya.
Akhirnya Al malam itu berhasil membawa pergi Ily dari rumah mewah itu, walau hanya mengantongi restu dari Widya. Namun, itu sudah cukup untuk mereka melangkah maju untuk melanjutkan hidup berdua. Al selalu menggenggam erat tangan Ily.
Semua kemewahan dan kenikmatan hidup mereka selama ini sudah resmi dilepas demi menuju kehidupan yang baru dengan cara mereka sendiri. Sampai di ujung jalan, Al menghampiri Corin dan Putri yang sudah menunggu di tempat yang dijanjikan.
"Akhirnya berhasil juga nih anak," ucap Corin melihat Al menggandeng Ily sambil melangkah lebar.
"Corin, Putri." Ily dan mereka berpelukan, melepas rindu dengan air mata yang tak bisa ditahan.
"Udah, kita kangen-kangenannya nanti saja, kasihan Dion dan Briana yang menunggu di bandara," sahut Al menyadarkan mereka.
Akhirnya mereka segera masuk ke mobil. Al segera mengemudikan mobil milik Putri itu ke bandara, di mana Dion dan Briana sudah menunggu mereka. Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di bandara. Di depan pintu masuk bandara, Dion dan Briana sudah siap dengan tiket tujuan Surabaya.
"Gimana?" tanya Al cepat saat menghampiri Dion dan Briana diikuti Ily, Putri, dan Corin dari belakang.
"Beres, tinggal berangkat," jawab Dion menepuk bahu Al.
"Ily," sapa Briana lalu memeluknya.
"Briana, terima kasih," ucap Ily dalam pelukan Briana.
"Gimana keadaan lo?" tanya Briana khawatir merenggangkan pelukannya dan melihat kondisi Ily yang terlihat lebih kurus.
"Gue baik-baik saja, Briana. Apalagi ada kalian yang selalu mendukung dan membantu kami. Aku akan lebih kuat dan tegar menjalani ini semua," ucap Ily membuat Briana tak bisa lagi menahan air matanya. Briana kembali memeluk Ily.
"Lo teman yang baik, Ly. Jadi, kami tidak segan membantu lo dan Al," tukas Briana meregangkan pelukannya lalu mengapus air mata Ily dan air matanya.
"Ini tiga tiket untuk kalian ke Surabaya. Nanti setelah kalian sampai di Surabaya baru kalian bisa melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Lo mau lewat darat atau udara, Al?" tanya Dion memberikan tiket itu kepada Al.
"Rin, gimana?" tanya Al kepada Corin.
Karena sebenarnya tujuan awal mereka memang Banyuwangi. Daerah paling ujung timur pulau Jawa.
"Terserah lo, Al. Sesuaikan kondisi Ily saja," jawab Corin karena Banyuwangi adalah tempat kelahirannya.
"Oke, kita naik pesawat saja, ya?" Keputusan Al dijawab anggukan oleh Corin.
"Pemberangkatan satu jam lagi. Masih ada waktu," ujar Dion.
"Kita ke kafetaria situ dulu, yuk? Kasihan bini dan anak gue kelaparan," sahut Al lalu merangkul Ily berjalan ke kafetaria, diikuti mereka.
Kini semua di kafetaria menemani Ily makan. Dengan lahap Ily makan hingga membuat teman-temannya tersenyum puas. Al melihat keadaan Ily seperti itu dapat menangkap jika kekasihnya itu beberapa hari tidak makan.
"Pelan-pelan makannya, lo doyan apa kelaparan sih, Ly?" tanya Putri membuat yang lain terkekeh. Al mengelus rambut Ily sayang.
"Al, gimana apartemen lo, jadi dijual?" tanya Dion.
"Iya, Bro, cuma apartemen itu sisa harta yang gue punya. Tapi gue masih ada sedikit tabungan sih," jelas Al membuat Ily berhenti makan dan menoleh kepadanya.
"Terus kita di Banyuwangi mau tinggal di mana?" tanya Ily khawatir.
"Kamu tenang saja, semua sudah aku atur. Kamu masih mau, kan, hidup denganku? Walau nanti hidup kita jauh dari kemewahan yang selama ini kita nikmati?" tanya Al membuat hati sahabat-sahabatnya iba.
"Aku mau kok, Honey, asal kamu jangan pernah ninggalin aku. Kita lewati ini bersama, ya?" jawab Ily membuat sahabatnya tersenyum melihat tulusnya cinta Ily kepada Al.
"Oh, so sweet. Al gue salut sama lo. Ternyata orang seperti lo gentle juga, ya?" ujar Putri dengan mata berbinar.
"Ya, harus gentle-lah, Put. Berani berbuat harus berani tanggung jawab. Jangan enaknya aja mau, tapi susahnya enggak mau. Iya, enggak, Yang?" jawab Al lalu menatap Ily dan tersenyum manis.
"Kalian harus tabah ya, menjalani ini semua? Kita yakin semua masalah pasti ada hikmahnya. Soal orang tua kalian, semoga nanti kalau anak itu sudah lahir dan melihat cucunya tubuh menjadi anak yang baik, pasti deh hati mereka akan luluh. Sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan akan retak juga, dalam arti sekeras apa pun pendirian orang tua kalian jika terus-menerus dipengaruhi dapat berubah pendiriannya. Kalian harus kuat, ya?" timpal Briana bijak sambil mengelus lengan Ily lembut.
"Makasih ya, Bri, kita memang pernah bandel dan nakal bareng, tapi lo selalu nasihati gue. Walau gue kadang enggak bisa mengendalikan nafsu dan sekarang gue harus tanggung semuanya," ujar Al menunduk, merasakan penyesalan yang sangat dalam.
"Penyesalan selalu datang terakhir. Lo jangan menyesali itu semua, Al. Itu sudah jalan lo sama Ily. Dengan ini, kalian akan belajar saling menghargai dan saling menjaga. Lo jaga baik-baik keluarga lo nanti, ya? Gue dan Briana kalau ada waktu luang akan main ke Banyuwangi," pesan Dion memberikan semangat untuk Al.
"Iya, Bro, makasih dan entar kalau udah laku apartemen gue, lo kirim picisnya di rekening gue, ya?" ujar Al pada Dion.
"Siap! Lo tenang saja entar kalau sudah laku, gue hubungi lo. Inget ya, jangan ganti nomor HP. Kalau ganti, lo hubungin gue, biar kita enggak lost contact," sahut Dion dibalas acungan jempol oleh Al.
"Corin, kita bakalan lama dong enggak ketemu," ujar Putri sedih.
"Lo kan, bisa main ke Banyuwangi, Put. Gue mau kuliah di kampung halaman aja," jawab Corin.
"Aaaaaaaa, lo deket sama Ily, tapi jauh sama gue. Kalian tega ninggalin gue di sini sendiri," rengek Putri membuat semua terkekeh.
Kini tiba saatnya pemberangkatan pesawat yang akan membawa Al dan Ily di kehidupan yang baru. Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 60 menit, kini Al, Ily, dan Corin sudah tiba di bandara Juanda Surabaya.
"Rin, kalau pakai penerbangan selanjutnya masih lama. Paling awal pakai garuda, itu saja kita harus nunggu sampai jam sebelas nanti," ujar Al setelah bertanya di loket tiket.
"Kalau naik kereta saja gimana, Al? Stasiun di Banyuwangi justru dekat dengan Ketapang. Lo enggak perlu susah payah cari kendaraan lagi," jelas Corin.
"Oke, gue cari taksi dulu biar mengantar kita ke stasiun," jawab Al, berlalu ke luar bandara mencari taksi.
"Rin, nanti gue sama Al tinggal di daerah Ketapang itu?" tanya Ily yang bersandar di bahu Corin karena kepalanya pusing dan tubuhnya lemas.
"Iya, Ly," jawab Corin sambil memperbaiki jaket Al yang dipakai Ily.
"Rin, gue ganti baju dulu gimana? Gue baru nyadar, perjalanan jauh begini masih pakai baju tidur, motif doraemon lagi. Malu tahu, Rin," kata Ily baru menyadari jika sedari malam dia belum mengganti baju. Corin memerhatikan penampilan Ily lalu mengulum mulutnya menahan tawa.
"Lo kayak anak kecil, Ly, beneran lucu," ujar Corin lalu tertawa terbahak.
"Resek lo, Rin!" cibir Ily menonyor kepala Corin yang sedang tertawa lepas.
Akhirnya Corin menemani Ily ganti pakaian, pinjam milik Corin, di toilet bandara.
Kini mereka sudah berada di stasiun Gubeng. Al membeli tiket KA eksekutif bisnis Mutiara Timur dengan tujuan Banyuwangi. Setelah mendapat tiket Al menghampiri Ily dan Corin yang duduk di kursi tunggu.
"Gimana, Al?" tanya Corin.
"Dapat, tapi pemberangkatan nanti, jam sembilan." Al melihat jam di pergelangan tangannya. "Kita masih ada waktu satu jam lagi. Cari sarapan dulu ya, Rin?" timpal Al yang jongkok di depan Ily.
"Iya, Al," jawab Corin mengangguk.
"Sayang, kamu lelah?" tanya Al lembut pada Ily yang bersandar di bahu Corin.
"Sedikit, Honey. Badanku lemes dan perut mual, rasanya mau muntah," jelas Ily dengan suara pelan.
"Tunggu di sini, biar aku cari sarapan dulu, ya?" ujar Al berniat ingin berdiri, tetapi dicegah Ily.
"Aku enggak mau makan. Beliin buat Corin sama kamu saja, ya?"
"Ya sudah, aku belikan kamu teh hangat. Biar bisa meredakan mual kamu," kata Al mengelus pipi Ily lembut, dijawab Ily anggukan manja.
Sebelum pergi mencari sarapan, Al sempat mencium kening Ily.
Setelah selesai sarapan dan menunggu, kini akhirnya kereta yang ditunggu datang juga. Mereka naik ke gerbong, Ily duduk di sebelah Al, sedangkan Corin duduk di kursi depan, berhadapan dengan mereka. Perjalanan dari Surabaya sampai Banyuwangi menempuh waktu tujuh jam. Al dengan setia menjaga Ily, begitu juga Corin.
"Rin, sampainya kita di Banyuwangi, gue sama Ily langsung nyeberang ke Bali. Kita mau ke Singaraja," jelas Al di tengah perjalanan.
"Mau ketempat siapa, Al?"
"Ke tempat om sama tante gue, Rin. Dia nanti yang akan menikahkan gue sama Al," sahut Ily cepat.
"Oke, kalau begitu, gue hubungi orang rumah biar mengantar mobil ke Ketapang, gue antar kalian ke sana."
"Enggak perlu, Rin, kita sudah banyak merepotkan lo," tolak Al sungkan.
"Enggak ada penolakan, Al. Gue ikhlas bantu kalian dan gue mau jadi salah satu saksi di pernikahan lo sama Ily," paksa Corin dan akhirnya Al menyetujuinya.
"Makasih banyak ya, Rin. Lo udah bantu banyak banget," ucap Al tulus.
"Iya, santai saja, Al," jawab Corin tersenyum manis.
Benih yang sudah kita tebar, nanti kita juga yang akan menuainya. Tergantung benih apa yang sudah kita tebar, benih kebaikan atau sebaliknya? Jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi di kehidupan kita, karena sesungguhnya itu adalah takdir Tuhan untuk kita. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan sebelum Tuhan menghentikan detak jantung kita. Perbaiki segala sesuatu yang menurut kita buruk agar dapat mencapai kebahagian yang kita harapkan.
###########
Soundtrack lagunya mewakili part ini ya? Ahhahahahha
Intinya berkisah tentang seorang pria yang ingin mempertahankan hubungan dengan kekasihnya. Dan ia akan melakukan apa saja untuk melakukannya. Karena seorang gadis seperti kekasihnya tidak akan ia dapatkan penggantinya.
Seconhand Serenade - Fall For You
Terima kasih vote dan comennya.
Ambil positifnya buang negatifnya.
Love you all.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top