01 | Pernicious

Brak.

Brak.

Brak.

Beberapa buku yang sebelumnya terletak rapi di dalam rak. Tiba-tiba menjadi bahan amukan pria paruh baya itu. Masuk tanpa mengetuk dan langsung membuang buku-buku itu. Anaknya yang tengah belajar hanya diam dan tidak merasa terusik sama sekali, ia hanya terkejut sedikit.

"Rezna, kamu ini anak saya atau bukan? Bodoh dari mana ini? Almarhum Ibu kamu?!" teriak Aristo mengisi keheningan ruang tidur gadis itu.

Rezna mendecak pelan kemudian memutar kursinya dan menghadap lelaki berkepala empat itu. Gadis itu berdiri dan mengulurkan kedua tangannya.

"Pukul," ujar Rezna dengan senyum tipis.

Aristo mengeluarkan rotan dengan panjang satu meter itu sudah bersiap memukul kedua tangan Rezna. Mendadak terhenti saat wanita paruh baya itu menggedor pintu dengan sangat kencang.

Buru-buru Aristo membuka pintu itu.

"Sayang, kamu udah janji sama aku. Jangan pukul Rezna lagi, dia perempuan, Mas," tutur Farica menghalangi Aristo berusaha menutupi anaknya itu. "Kasian dia, Mas. Plis, aku mohon."

"Itu janji saya seminggu lalu, kalau nilai dia meningkat. Tapi, apa ini? Nilai turun, di tempat les pun sama. Kamu memang tidak seperti Ranie, kamu itu harus dikeraskan."

Lagi-lagi Rezna mendecak kecil. "Pukul, silakan."

Perkataan Rezna membuat Farica sontak menoleh. "Ezna, plis jangan. Kasian tangan kamu, Mama nggak mau-"

"Lebih baik, anda keluar. saya muak," potong Rezna dengan tatapan datar tidak peduli dengan perkataan wanita paruh baya itu. "Ini tangan saya dan ini urusan saya."

"Ezna, Mama mohon. Mama nggak mau kamu sakit, sayang," lanjut Farica dengan bola mata yang berkaca-kaca. "Ya, sayang. Mama bakal ngomong sama-"

"Nggak, perlu." Rezna langsung mendorong Farica menjauhinya.

Geram melihat istrinya yang menghalangi, Aristo langsung menarik pergelangan tangan Farica. Kemudian menyeretnya keluar kamar itu.

"Mas, aku mohon jangan. Kasian Ezna, Mas. Mas, tolong jangan," teriak Farica seraya memberontak.

Rezna yang melihat drama di depannya hanya tersenyum miris. Beginilah keluarga terhormat direktur perusahaan swasta yang sangat terhormat itu. Memiliki ambisi agar anaknya menjadi sepertinya, jika bisa memilih lebih baik dia mati saja saat bayi. Karena awalnya Aristo menginginkan anak laki-laki.

"Cuma napas aja rasanya berat? Cita-cita, mimpi nggak ada dihidup gue yang ada Cuma pukulan dan tekanan."

***

Terlihat seorang gadis memarkir motor bebek sport, perlahan ia membuka helm full face-nya. Gadis berambut pendek sebahu itu merapikan helai rambutnya dengan jari jemarinya. Setelah selesai, ia meletakkan helm di lemari kaca khusus.

Hal yang tidak disukainya setiap berangkat sekolah adalah berjalan kaki. Jarak dari parkiran ke gerbang sekolah yanb cukup menguras tenaga.

Rezeena Clorinda Amanta, gadis yang biasa disapa Rezna atau ratu jurusan ini. Salah satu siswi yang sudah terkenal sejak kepindahannya saat kelas sepuluh semester dua itu. Kecantikan dan otak cerdas yang dimilikinya membuat dirinya sangat dikagumi siswa siswi. Bahkan baru beberapa hari di sekolah ini, Rezna sudah disukai banyak kakak kelas yang notebene anak populer.

Dari mulai anak basket, futsal bahkan ketua OSIS yang terkenal sangat cerdas saat itu. Namun, sebagai manusia biasa Rezna pun memiliki kekurangan yang terkadang membuat beberapa gadis sekolahnya geram. Sifat angkuh dan dinginnya.

Di sekolah ini, terdapat beberapa orang yang sangat disegani, mulai dari beberapa ratu dan raja jurusan juga ketua OSIS. Lebih tepatnya semua anak OSIS. Intinya yang berhubungan dengan ketua dan wakil ekskul pun sangat dihormati di sini. Mereka semua termasuk orang terkenal, bukan hanya di sekolah ini. Tapi, satu yayasan yang terdiri dari tiga sekolah.

Maka jangan heran, jika Rezna termasuk siswi terpopuler dan memiliki banyak pengikut Instagram yang hampir dua ribu.

Memenangkan lomba akademik sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Juara satu hingga mewakili satu kota pun pernah. Ratu AK adalah julukan yang disematkan seluruh murid sekolah ini. Bahkan Rezna menjadi satu-satunya murid yang meraih juara satu enam kali berturut-turut.

Dering bel istirahat berbunyi nyaring, keempat gadis itu menyusuri koridor mulai dari deretan kelas AP sampai deretan kelas TKR.

Mereka berjalan menuju meja kantin kesayangan. Sebenarnya itu bukan meja kesayangan hanya karena lebih dekat dengan makanan kesukaan Rezna. Hingga sekarang meja itu, menjadi milik mereka. Itu juga karena Rezna.

"Mbak Rez, selamat ya, seneng banget," ujar Ratna dengan senyuman yang lebar.

Rezna yang tengah memakan mie ayam, hanya tersenyum tipis.

"Jangan diragukan lagi. Sahabat kita emang, pinternya kebangetan," sahut Intan. "Guru salah aja, dia lawan."

"Mbak Rez, kapan lomba lagi? Udah nggak lomba lagi?" tanya Ratna seraya mengaduk bumbu kacang yang tersisa satu somay.

"Tan, lo ikut lomba sama gue, bulan depan," tutur Rezna tiba-tiba hingga membuat Intan tersedak es teh.

Uhuk.

Uhuk.

"Rez, lo kalo bercanda. Jangan gitu dong. Gila kali, gue ikut lomba," sahut Intan.

Intan memang dikenal pintar, tapi ia tidak sepintar Rezna yang selalu memenangkan perlombaan.

"Tan, kamu ikut lomba?" sambar Ratna yang ikut senang menggoyangkan badan Intan yang masih terkejut. "Selamat yo."

"Ah, gue nggak mau Rez. Lagian gue belum pernah ikut lomba sama sekali. Kenapa nggak lo aja, sih? Sama si Orlin, tuh," balas Intan.

"Si Orlin mau fokus belajar buat ujian nasional. Nggak apa-apa, Tan," jawab Rezna.

"Nggak apa-apa apanya? Kalo nanti sekolah kita kalah? Gue nggak malu seumur hidup. Nggak mau!" tolak Intan melipat kedua tangannya depan dada.

Liora menepuk pundak Intan. "Tan, percaya aja sama Rezna, dia pasti bantuin, kok. Urusan menang atau kalah itu belakangan," ujar Liora menyemangati Intan.

"Betul Tan. Kamu belum coba juga," sahut Ratna malah membuat Intan kesal.

Intan menghela napas. "Iya, deh, gue ikut. Rez, tapi bantuin gue, plis."

Rezna mengangguk kecil, kemudian menyambar botol air mineralnya.

"Makasih banyak ya, Rez. Lo emang temen yang paling baik banget," puji Intan.

"Ratna, juga ya?" sahut Ratna mendapatkan tatapan datar dari Intan.

Liora dan Rezna manggut-manggut. Namun, Intan langsung menyeletuk.

"Nggak, lo tuh lemot, ribet. Males gue."

"Kapan aku males? Perasaan, aku nggak pernah males ngerjain PR," balas Ratna seraya mencoba mengingat.

Liora hanya terkekeh, melihat Intan yang selalu sabar menghadapi sifat Ratna.

Rezna menyahut. "Hm, lo nggak males, Rat,"

"Tuh, aku nggak pernah males. Kamu kali, Tan?"

"Ihhh, Ratnaaa, kenapa lo bikin gue kesel mulu, sih?"

Ratna hanya terdiam masih memikirkan saat ketika ia malas mengerjakan tugas sekolah. Pada saat seperti inilah, Liora dan Rezna mendapatkan hiburan kecil.

Melihat Rezna sudah selesai makan, dan berdiri. Ratna memutuskan untuk menitip minuman. "Mbak Rez, ke mana?"

"Gue mau beli es teh."

Ratna memperlihatkan wajah memelas.

"Apa?" tanya Rezna.

"Mbak Rez, aku titip susu kotak coklat."

"Rez, gue es teh juga ya," sahut Intan tiba-tiba sambil memainkan ponselnya.

"Iya, bentar."

Rezna melangkah menuju salah satu tempat jualan nomor tiga. Selesai membeli titipan Intan dan Ratna, ia kembali ke mejanya. Namun, tak sengaja ia menabrak laki-laki yang tengah membawa tumpukan mangkuk.

Prang.

Suara mangkuk itu membuat orang-orang di sekitar, menoleh ke arah mereka.

Raut wajah Rezna hanya datar, seakan tak terjadi apapun. Berbeda dengan orang itu yang ternganga setengah.

"Jalan, tuh liat-liat!" omel laki-laki itu.

Rezna melipat kedua tangannya, melihat penampilan orang itu dari atas ke bawah. "Gue?"

"Nggak, setan!"

Rezna menoleh ke arah kanan. "Bu Yu, ada mangkok pecah. Disuruh ganti rugi ya, Bu."

Laki-laki itu terkejut. Gadis ini benar-benar membuatnya dongkol. Jelas-jelas, ia menabrak kenapa hanya dirinya yang mengganti rugi.

"Heh?! Lo yang nabrak, kenapa gue yang ganti rugi?!"

Rezna melangkah mendekati cowok itu. "Bawa piring aja, nggak benar."

Gadis itu lantas beranjak pergi, meninggalkannya yang terdiam.

"Dia bilang gue bawa piring nggak bener? Terus yang bener gue bawa pake apa? Pake kepala? Anjir tuh, cewe bener-bener kaya yang diomongin."












16/11/21
Rezna new version

(◍•ᴗ•◍)
Ria Sheria

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top