11

Video tersebut hanya untuk menambah feel atau bayangan kalian pada salah satu adegan di part ini.

Selamat Baca.

*** 

"Pak, kita mendapat laporan terbaru dari kepolisian bahwa kapal asing yang sering wara-wiri di kepulauan seribu tersebut berlabuh di Pulau Air. Tapi, sejak sebulan ini akses menuju pulau tersebut tiba-tiba ditutup. Sehingga tak ada orang yang bisa ke sana. Bahkan pihak kepolisian saja sulit untuk masuk ke sana karena pihak pemilik pulau tersebut tidak mau memberikan ijin."

Sultan menerima kertas laporan yang diberikan Bayu padanya. Mendengar penjelasan Bayu barusan, rasanya agak aneh. Asumsi buruk tentang penyelundupan narkoba di pulau tersebut semakin kuat. Sebelumnya, pemilik pulau tersebut selalu membuka akses bagi wisatawan yang ingin berlibur ke sana. Namun, sebulan ini tiba-tiba aksesnya ditutup tanpa alasan yang pasti.

"Ini aneh. Apa pihak kepolisian sudah bertemu langsung dengan si pemilik pulau ini?" Sultan bertanya.

Bayu menggeleng, "Orang yang biasa menjaga pulau tersebut tidak mau memberikan kontak pemilik pulau pada kepolisian karena surat perintah penggeledahan dirasa tidak beralasan."

Sultan mendesah. Ia pikir semuanya akan berjalan dengan mudah. Ternyata penjaga pulau tersebut lumayan cerdas untuk bisa menolak ijin penggeledahan. "Saya rasa, penjaga pulau ini sudah dibekali pesan untuk tidak menerima ijin apapun yang berhubungan dengan pulau tersebut. Secara logika, saya pikir ini pasti ada kaitannya terhadap tindakan kriminal. Dia sudah menduga bahwa mereka akan dicurigai sehingga sudah menyiapkan perisai untuk mengelak dari bukti yang ada."

Bayu mengangguk membenarkan. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kita akan terjun langsung ke sana," jawab Sultan.

"Caranya? Secara akses menuju ke sana sudah ditutup."

"Pasti ada salah satu akses yang masih bisa kita lalui secara diam-diam." Sultan menjawab.

"Jadi, kita akan mengubah status kita menjadi seorang detektif?"

"Jawaban yang sangat tepat, Bayu. Jadi, tunggu apalagi? Kita berangkat sekarang."

"Ha? Sekarang juga?"

Sultan mengangguk. "Tentu. Semakin cepat, semakin baik. Sebelum jejak mereka hilang dan kita gagal menyelesaikan kasus ini."

Bayu mendesah. Dengan sangat terpaksa, ia harus mengikuti kemanapun Sultan pergi. Karena di dalam timnya, hanya Bayu yang bisa diandalkan Sultan dalam membantu melakukan investigasi. Kali ini ia berharap saja semoga mereka bisa segera menyelesaikan kasus tersebut.

***

Althaf keluar dari ruang pribadinya membawa Emamora serta GPS rakitannya yang sudah siap untuk ia uji-cobakan. GPS mini yang berbentuk segiempat berukuran 2x2 cm, ia ikat pada leher si hamster kemudian Al lepaskan begitu saja. Al akan membiarkan kemanapun Emamora akan pergi. Al tidak khawatir jika hamster lucu itu pergi jauh karena dia yakin bahwa GPS rakitannya sudah berfungsi dengan baik.

Berpegang sebuah smartphone canggihnya, Al membuka aplikasi GPS yang sudah terkoneksi dengan GPS rakitannya di leher Emamora. Titik koordinat masih tidak bergerak. Hal itu dikarenakan Emamora tidak pergi jauh dari rumahnya. Begitu ia intip di balik pagar, ternyata si hamster lucu tersebut sedang bersembunyi diantara rerumputan.

Al mendesah. Sepertinya Emamora tidak bisa membantunya bereksperimen kali ini. Al tampak melihat-lihat ke sekeliling kompleks perumahannya sejenak sembari berpikir. Mungkin ada sesuatu atau seseorang yang bisa Al jadikan bahan percobaannya.

"Dek!"

Al berbalik dan melihat sang abang keluar dengan pakaian basketnya. Di tangan sang abang ada sebuah bola basket yang dijepit di antara lengan dan tubuhnya. Melihat dari penampilan saja Al sudah bisa menebak jika sang abang akan pergi bermain basket di sekolah.

"Kamu ngapain nengok-nengok ke jalan kayak gitu? Nunggu seseorang?" tanya Andra. Karena penasaran, Andra ikut melihat ke arah jalan dan tidak ada siapapun di sana selain mobil hitam tak dikenal yang terparkir di halaman rumah kosong beberapa meter dari rumahnya.

"Hayoo... Nunggu cewek, ya?" goda Andra kemudian.

Al mendengus. Mengabaikan kalimat godaan yang dilontarkan sang abang, Al memilih pergi dari sana setelah menangkap Emamora untuk dikembalikan ke dalam kandang.

Andra terperangah, lalu berdecak. Adiknya yang satu itu sungguh luar biasa aneh. Setiap diajak bicara pasti diacuhkan. Mengajak bicara Althaf, Andra berpikir lebih baik dia mengajak burung beo tetangganya bicara. Tentunya ia akan mendapat respon.

Saat Andra sibuk misuh-misuh sendirian di depan pagar rumahnya, tanpa sepengetahuan pria itu, Al sudah menempelkan GPS rakitannya ke dalam mobil sang ayah yang akan digunakan Andra ke tempat latihan.

Al tersenyum miring. Bersama Emamora, Al masuk kembali ke dalam rumah. Kelinci percobaan Al kali ini adalah sang abang. Bocah itu berharap, semoga saja GPS itu tidak tiba-tiba meledak dan membumihanguskan sang abang tanpa sisa. Jika hal itu sampai terjadi, tak ada yang bisa Al ucapkan selain kata 'kasian'.

Begitu pintu kamar Al tertutup, pintu kamar di sebelahnya terbuka dan Aya berlari tergopoh-gopoh hendak pergi.

"Hey, mau ke mana?" Bunda yang kebetulan sedang melakukan yoga seorang diri di ruang tengah, kontan menegur. Pasalnya putrinya yang satu itu tidak ada mengatakan apapun padanya untuk pergi sore itu.

"Aduh, Kakak lupa bilang, Nda. Sorry. Kakak ada latihan di studio hari ini. Semua udah pada nungguin di sana. Udah ya, Nda. Kakak pergi. Bai. Abaaang... Tungguuuu... Nebeeeng."

Naya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya yang satu itu. Tak ada hal benar yang bisa dia lakukan. Mengabaikan masalah anak-anaknya, ibu dari tiga anak remaja yang masih terlihat muda dan cantik itu kembali melanjutkan kegiatannya. Naya ingin selalu terlihat muda dan bugar agar tetap terlihat memikat di mata sang suami. Jika Alif tak mengijinkannya ikut senam aerobik di luar sana, maka ia memilih senam yoga sendirian di rumah.

Suaminya memang luar biasa protektif pada perempuan di dalam rumahnya. Tidak hanya sang putri, istrinya juga diperlakukan sama. Alif bilang, "Laki-laki di-perkaos nggak keliatan bekasnya. Coba kalo perempuan, gara-gara setetes bisa burung laki-laki, bengkak 9 bulan."

Kata-kata Alif sungguh luar biasa. Daripada diamuk Alif, lebih baik mereka patuh saja 'kan?

***

"O Sole Mio, Te Quiero.

Neon nae taeyang garil su eopseo

Sumi teokteok makhyeowa, pihal su eopseo...

O Sole Mio, Te Quiero

Neon nae taeyang, oh my lady

Ijeul suneun eopseo

O Sole Mio (oh ya ya ya ya)...

O Sole Mio (oh ya ya ya ya)..."

Seperti biasa. Saat ayah tidak ada bersama mereka, maka Aya akan menggila. Kali ini lagu dari SF9 - O Sole Mio diputar Aya. Rentak iramanya memang asik untuk dibawa bergoyang.

Semenjak memasuki mobil tadi, Aya sudah membuat keributan yang membuat Andra pusing tujuh keliling. Seandainya Andra tak kuat menghadapi tingkah sang kembaran, mungkin sudah sejak lama dia akan melompat keluar dari mobil.

Tak ingin membuat perdebatan panjang di dalam mobil, Andra memilih mengabaikan apa yang sedang dilakukan sang kembaran. Ia akan berusaha menulikan telinga dan fokus pada mobil yang sedang dikemudikannya saat ini.

Jalanan Jakarta tak pernah usai dari kemacetan. Tak pagi, siang, sore atau bahkan malam hari sekalipun, Jakarta selalu macet. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, Andra berusaha membenarkan letak posisi kaca spion agar ia bisa melihat kendaraan lain di belakang mobilnya. Jika ia lengah sedikit saja, ia takut mobil kesayangan ayahnya ini akan tergores. Tentu saja Andra tak mau disembelih sang ayah hanya karena mobilnya yang lecet.

Saat membenarkan posisi kaca spion tersebut, dapat Andra lihat bahwa ada sebuah mobil yang tampak tidak asing ia lihat. Sebuah mobil hitam yang ia pikir pernah melihatnya sebelum ini.

"Ah, mungkin hanya perasaanku aja." Andra membatin. Dia kemudian berusaha mengabaikannya. Mobil hitam seperti itu banyak dimiliki orang lain. Mungkin saja ia pernah melihat mobil tersebut saat tak sengaja berpapasan di jalanan.

Andra menghidupkan sin ke kanan, dan ia harus berhati-hati ketika ingin berbelok dengan melihat melalui kaca spion barangkali ada kendaraan yang melaju dari belakang. Saat dirasa aman, ia mantap berbelok. Ketika itu, mobil hitam yang ia lihat tadi ikut berbelok dan berjalan pelan mengikuti mobilnya dari belakang. Andra mulai diliputi perasaan tidak enak.

"Kak." Andra memanggil Aya. Sayangnya sang kembaran terlihat tidak mengindahkan dan masih asik menyanyikan lagu Kpop kesukaannya.

Kesal, Andra terpaksa mematikan musiknya dan kontan hal itu membuat Aya memekik kesal.

"ABANG!"

"Diem bentar, Kak. Perasaan Abang nggak enak, nih. Kayaknya kita diikutin deh."

Aya berdecak. "Apa sih? Siapa juga yang mau ngikutin kita? Emangnya kita itu hallyu star? Secetar EXO, Wanna One atau BTS sampe dibuntutin sasaeng fans segala?"

Tak mengindahkan apa kata Andra, Aya bersiap menghidupkan kembali musik yang sempat Andra matikan. Namun, belum sempat tangan Aya menyentuhnya, Andra kembali menepis. Gadis itu ia pelototi tajam hingga membuat nyali Aya menciut.

"Berhenti mengaitkan kegilaan Kpop-mu sama keadaan sekarang ini. Abang lagi serius ini. Abang tu baru inget kalo tu mobil dari kemarin ngikutin kita. Dan tadi sebelum kita pergi, mobil itu parkir di halaman rumah kosong di dekat rumah kita. Kemudian, kaca mobil itu nggak pernah terbuka sekalipun. Bahkan semuanya gelap. Apa Kakak nggak mikir kita lagi dibuntuti?"

Penasaran, Aya membalik tubuhnya untuk melihat ke belakang. Benar saja, ada mobil hitam di belakang mobil mereka. Tapi, mobil lain juga banyak. Abangnya saja yang parno-an. Apa pria itu pikir, mereka hidup dalam drama action apa?

"Itu kebetulan jalan kita searah kali, Bang. Nggak usah mikirnya kejauhan, deh. Ini bukan drama, ya." Aya menanggapi santai.

Apa yang dikatakan Aya memang ada benarnya. Lagipula, untuk apa orang mengikuti mereka seperti itu. Tak ada yang spesial dari mereka selain memiliki mobil mewah yang jarang orang lain miliki di Jakarta ini.

Ah, apakah mereka perampok?

Andra spontan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin sampai sejauh itu. Ia akhirnya berusaha menenangkan pikirannya selama beberapa saat. Berpikir positif jauh lebih mendamaikan daripada selalu berpikir yang tidak-tidak. Andra hanya berharap tidak akan terjadi hal buruk pada mereka berdua. Terus-menerus Andra mensugestikan hal tersebut pada dirinya sendiri.

Perjalanan menuju sekolah masih lumayan jauh. Butuh sekitar 15 menit lagi mungkin mereka akan sampai jika tidak ada kemacetan lagi di jalanan. Pada dasarnya yang membuat lamanya suatu perjalanan memang kemacetan. Oleh karena itu, Aya selalu menghibur diri sendiri dengan menyetel musik Kpop menghentak untuk menghilangkan bosan. Hiburan bagi dirinya sendiri, tapi orang lain seakan ingin melemparkan diri keluar dari mobil akibat perbuatannya tersebut.

Beruntungnya Aya memiliki dua saudara laki-laki yang lebih banyak mengalah. Meskipun sering bertengkar atau berkata ketus, tapi di dalam hati paling dalam, mereka menyanyangi satu sama lain. Apalagi Aya adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga tersebut menjadikan Andra dan Althaf berusaha untuk memberikan perhatian lebih. Sehingga bisa dikatakan bahwa Aya adalah bungsu yang sesungguhnya.

Keheningan terjadi usai Andra mematikan musik kesukaan Aya. Gadis yang satu itu terus berdekap tangan, bibir mengerucut sebal, dan tatapan mata lurus ke depan membuat Andra sangat mengerti jika kembarannya tersebut sedang marah padanya.

Andra berusaha untuk tak ambil pusing. Suasana hening itu lebih menenangkan dan mampu membuat Andra lebih fokus menyetir.

"Baaaaang!!!"

Ckiiit...

Andra terkejut hingga tak sengaja ia menginjak pedal rem mobilnya dengan tiba-tiba. Kendaraan yang ada di belakang turut mengerem mendadak dan mengumpat karena Andra hampir membuat mereka celaka.

"Woy, kalo ngerem itu jangan mendadak kenapa, sih?! Dasar bocah!" itu omelan salah satu pengendara motor yang hampir menabrak mobilnya tadi. Andra hanya menanggapinya dengan cengiran merasa bersalah. Ia kemudian memilih menepikan mobilnya ke sisi kiri untuk meredakan detakan jantungnya yang menggila.

Saudara kembarnya kemudian ia tatap, meminta penjelasan tentang alasan dia berteriak menyeru namanya secara tiba-tiba. "Kenapa kamu teriak tadi? Ada apa?"

Wajah Aya terlihat cemas. Telunjuknya menunjuk-nunjuk ke depan tanpa bisa berkata-kata. Hal demikian turut membuat Andra cemas. Saat ia berusaha melihat arah telunjuk sang kembaran, dia tak menemukan sesuatu yang aneh di depan sana. Semuanya terlihat normal.

Tapi, apa yang membuat Aya terlihat begitu cemas?

"Ada apa sebenarnya, Kak? Kakak liat apa? Hantu? Temen lama itu datang lagi? Di mana?"

Aya menggeleng. "Bu...bukan mereka, Bang. Tapi, tapi sesuatu yang bersinar. Terang bagaikan cahaya bulan yang menerangi kegelapan malam."

Kening Andra semakin berkerut tak mengerti. Pria itu jadi merinding. Andra semakin merasa bergidik ketika saudara kembarnya yang biasa bicara sembrono malah jadi puitis seperti itu. "Kayaknya kamu itu harus di rukyah lagi, Kak. Makin nggak jelas kamu."

Aya spontan menggeplak lengan Andra. Matanya menyorot geram pada sang kembaran. "Abang pikir Kakak kesurupan?"

"Habis apaan? Teriak-teriak nggak jelas," dengus Andra. Lengan bekas pukulan Aya, ia usap-usap pelan. Pukulan Aya lumayan pedas juga ternyata. Padahal jika dilihat-lihat, gadis itu tak ada isinya sama sekali. Kurus dan pendek. Tapi Andra tak berani mengatakannya secara langsung jika tak ingin di smackdown gadis itu.

"Ituuu... Kakak habis liat Malaikat lewat."

"Ha? Ya Allah Kakaaak. Hiks... Abang nggak nyangka kalo kamu bakalan dijemput secepat ini. Hiks. Abang akan maafkan semua dosa Kakak sama Abang. Abang ikhlas. Abang doakan Kakak aman damai di akhirat sana. Amiin Ya Allaah. Hiks..."

PLAAAK!!!

Lima cap jari sukses membekas di pipi kiri Andra. Hidung Aya kembang kempis kala mendengar perkataan sang kembaran seolah dia mendoakannya mati. Memangnya siapa yang mau mati? Aya tidak mau mati muda. Dia belum mencapai satu impian terbesarnya. Enak saja dibilang mau mati.

"Abang itu keterlaluan. Kenapa Abang kayak lagi do'ain Kakak mati? Memangnya siapa yang mau mati, ha!" makinya geram.

Andra melongo. Matanya mengerjap-ngerjap, mencoba untuk berpikir jernih. "Lah? Tadi Kakak bilang liat malaikat lewat? Abang pikir yaa... gitu."

"Ish. Bukaaan. Abang itu nggak paham-paham juga, ya? Daritadi Kakak udah nunjuk-nunjuk ke depan, nggak keliatan? Ituuu... Kakak liat Daniel di trotoar jalan kaki pake baju kayak Abang. Sungguh kayak malaikat. Ugh, mungkin dia guardian angel-nya akuuu. Hihihiii..."

Toeeng!

Andra cengo seketika. Ia pikir ada apa. Ternyata Daniel?

Tunggu.

"Siapa Daniel? Cowok yang waktu itu? Anak pindahan itu? Bocah kurang ajar itu? iya?" Andra menginterogasi Aya dengan serius. Ada kilatan tidak suka yang Andra berikan tatkala membahas soal Daniel. Perilaku tidak mengesankan sejak pertama kali bertemu terus berlanjut hingga saat ini di dalam diri Andra.

Sepertinya dua anak manusia itu akan terus saling membenci satu sama lain hingga waktu yang tak diketahui.

"Bang. Berhenti nge-judge Daniel kayak gitu. Dia itu cowok baik. Udah Kakak bilang kalo bukan dia yang bawa Kakak ke hutan itu. Tapi Kakak sendiri yang buntutin dia. Kakak suka sama dia, Bang. Jadi, Abang harus berbaikan sama dia."

"Idih. Siapa dia, harus dibaik-baikin?" Andra menjalankan kembali mobilnya. Mereka sudah menghabiskan waktu terlalu lama hanya untuk memperdebatkan masalah Daniel.

"Dia bakalan jadi adik iparmu, Bang."

"Mimpi jangan ketinggian, Kak. Nanti jatuh, susah bangkitnya. Jatuh itu sakit loh, Kak. Nanti nggak kuat." Andra meledek. Terlihat dari sudut bibirnya yang tersungging tinggi.

Aya memilih untuk diam. Semakin ia menanggapi ledekan sang kembaran, nanti Aya malah kalap. Bisa saja mereka tidak akan pernah sampai ke sekolah atau kembali ke rumah lagi. Bahaya.

Ketika hampir mendekati sekolah, kelibat Daniel kembali terlihat. Aya memukul-mukul lengan Andra agar menghentikan mobilnya di dekat pria itu. Sebenarnya Andra tidak sudi, sangat tidak sudi. Tapi kekeraskepalaan Aya dan pukulannya semakin brutal, mau tak mau dia harus menghentikan mobilnya tepat di sebelah Daniel.

Aya buru-buru turun. Tampak dia berusaha mengajak pria itu naik ke dalam mobil mereka. Tapi Daniel menolak. Andra jengah. Kepalanya ia garuk-garuk, malas menunggu. Hingga tak lama kemudian, Andra mendengar pintu belakang mobil dibuka. Begitu ia berbalik, ternyata Aya sudah berhasil menyeret paksa Daniel memasuki mobilnya.

Begitu melihat apa yang dilakukan Aya pada pria itu, Andra langsung memelototi gadis itu. Namun, bukannya takut, Aya malah semakin memeluk erat lengan Daniel seolah takut pria itu lari darinya.

"Udah, jalan aja, Bang," suruh Aya tanpa perasaan. Mata Andra kembali melotot. Aya menitahnya seperti seorang majikan pada supirnya saja. Di sini Andra merasa ingin marah. Tapi, begitu menyadari bahwa sekarang bukan saatnya untuk dia melakukan hal tersebut, Andra memilih mengalah dan melajukan mobilnya memasuki kawasan sekolah.

Tanpa ketiganya sadari, bahwa sedari tadi dua orang pria di dalam mobil hitam yang membuntuti mereka sedang tersenyum licik.

"Sasaran kita tepat sekali. Gadis itu sangat dekat dengan Tuan Muda Choi. Jika dia tidak mau menyerahkan rekaman video itu pada kita, kamu tahu 'kan kita harus melakukan apa?"

Pria di sebelahnya tersenyum sinis, lalu mengangguk. "Menyandera gadis itu sebagai alat pancingan."

"Begitu kita dapatkan bukti besar tersebut, selanjutnya melenyapkan nyawa orang-orang yang sudah menjadi saksi."

Tak ada yang mengetahui bagaimana nasib seseorang di masa akan datang. Masalah kadang sering muncul tanpa bisa diduga. Berbagai bentuk kejahatan selalu mengintai. Tapi, ada satu hal yang harus dipercayai bahwa kejahatan tak akan pernah menang.

***

Saya udah ngincar-ngincar bagian actionnya sejak awal, tapi belum bisa juga di part ini. Karena kan gak asik juga kalo tiba-tiba aja saya ngajak Aya main banting-bantingan sama si penjahat tanpa adanya pengantar masalah mereka terlebih dahulu. Ya, gak?

Dan seperti biasa saya suka apdet malam-malam kayak gini karena emang ngetiknya tuh baru bisa fokus saat malam hari. Untung ini masih jam 10 ya, mungkin masih pada melek. Biasanya saya suka apdet jam 11 malam ke atas. Udah pada molor semua kali, yak. hahai.

O ya anak-anak SMA yang lagi ujian, cemungud yaaa... Agak kasian juga pas denger kabar kalo ujian tahun ini agak rumit dari jaman Kak Mell dulu (Angkatan 2013). Sekarang pake komputer ya kalo gak salah. Ada salah satu guru yang bilang, server di pusat sempat bermasalah dan ujian hari itu batal dan diulang malam harinya dari jam 18.00-20.00 WIB. Kasian, ya.

Pokoknya semoga semuanya sukses menjalankan ujiannya, dan lulus 100%. Amiin.

Selamat Malaam...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top