Perjodohan?!
Halo minna~Yeay ketemu lagi sama aku.
Aku publish nih, karna kalian heh Hongika Eru003 perlihatkan batang hidung kalian.
Oiya..
Ini fanfic ketigaku, maaf jika ada typo atau bahasa yang berantakan.
Mungkin di fanfic ini ada karakter yang OOC.
Jadi, maafkan saja ya:'D
Yuk dibaca:'D
Eh jangan lupa vote dan komen kalian ya readers-tachi:'D
//
Karakter milik Tadatoshi Fujimaki.
Cerita ori, asli pemikiran saya.
🚫DILARANG MENGCOPYPASTE CERITA SAYA🚫
//
Saat ini masih pukul 7 pagi.
Hari minggu, jadi kalau Kuroko bangun siang pun tidak masalah.
Sedari tadi bel apartement nya terus berbunyi.
"Iya sebentar."
Cklek
"Ayah? Tumben ke sini. Ada apa? Silakan masuk."
Kuroko mempersilahkan Ayah nya untuk masuk.
Kuroko menyiapkan kopi untuk ayahnya dan teh untuk dirinya.
"Tetsuya, bagaimana kabarmu?."
Ayah nya mulai membuka suaranya.
"Aku baik. Bagaimana dengan Ayah? Ibu juga bagaimana kabarnya?."
"Aku baik. Ibumu juga baik.-
Bagaimana pelajaranmu? Lancar? Apa ada masalah selama kau sekolah di Seirin? Klub basketmu lancar?."
"Lancar. Semuanya berjalan lancar, Ayah. Walau ada sedikit masalah, aku bisa menanganinya. Jadi, ada apa Ayah datang jauh jauh dari Kyoto ke Tokyo?."
Kuroko tau bukan tanpa alasan Ayahnya rela datang jauh jauh kemari.
"Maaf mengganggu waktu liburmu. Begini, Ayah punya sahabat dari kecil, dan saat Ibu melahirkanmu, kami membuat janji, bahwa besar nanti, kalian akan dijodohkan-"
Kuroko melebarkan matanya kala mendengar kata 'perjodohan'.
"Apa?!."
"Dengarkan dulu, Tetsuya."
"Maaf."
Ayah nya melanjutkan ceritanya.
"Kebetulan, Ayah juga butuh modal untuk memulai usaha, jadi Ayah menghubunginya kemarin. Dan dia menanyakan bagaimana dengan perjodohan kalian. Tentu saja Ayah memberitahunya bahwa kau akan menjawabnya secepat mungkin. Jadi, tolong Ayah sekali ini ya, Tetsuya. Calon suamimu itu baik kok. Dia hanya sedikit tsundere. Kumohon, Tetsuya."
Kuroko tidak bisa membuat orang tua nya memohon seperti itu.
Kuroko membuang nafasnya pasrah.
"Baiklah jika Ayah yang menyuruh. Aku akan terima perjodohan ini. Tapi, jika dia macam macam denganku, aku batalkan perjodohan ini. Tak apa, kan?."
Ayahnya tersenyum lebar.
"Ya, kau bilang pada Ayah jika calon suamimu macam macam padamu. Dan, terima kasih Tetsuya."
Kuroko menggeleng pelan.
"Ayah tidak perlu berterima kasih. Aku hanya ingin membahagiakan Ayah dan Ibu saja. Jadi aku tidak akan menentang jika itu yang terbaik menurut Ayah."
"Kalau begitu, Ayah kembali ya. Ingin mengurus masalah lain yang belum terselesaikan. Maaf hanya berkunjung sebentar."
"Iya, Ayah hati hati di jalan ya. Maaf aku jarang berkunjung, lain kali aku akan berkunjung ke Kyoto untuk menemui Ayah dan Ibu."
Setelah Kuroko tersenyum manis, Ayah nya langsung pamit permisi.
Dan Kuroko mengantarnya ke depan.
Setelah Ayahnya pergi, Kuroko kembali ke dalam untuk sarapan.
-🌻-
Disisi lain, Midorima juga tidak menginginkan perjodohan ini.
"Tapi aku tidak ingin menikah dalam waktu dekat. Beri aku waktu sampai aku mau menikahinya, setidaknya setahun setelah dia lulus nanodayo."
"Apa itu tidak kelamaan?Ayah ingin segera menggendong cucu, Shintaro."
Midorima melebarkan matanya.
"Bagaimana bisa?! bukankah calonku juga seorang lelaki nanodayo?!."
"Ya, tapi, aku berharap Kuroko bisa memberiku keturunan, sih. Jika tidak bisa, mengadopsi seorang anak pun tak masalah. Semoga berhasil, Shintaro."
Setelah berbicara kepada Midorima, Ayah nya segera meninggalkan Midorima.
-🌻-
05.20
Kuroko bangun dari tidurnya. Ini hari senin, Upacara. Kuroko malas sekali.
"Huh, perjodohan, ya?."
Walaupun Kuroko sudah meng iyakan perjodohan tersebut, tapi tetap saja Kuroko belum siap.
Dirinya masih kelas dua SMA, masa depan nya masih panjang. Dia tidak ingin jika lulus dirinya langsung menjadi istri yang menurut pada suaminya.
Kuroko menghembuskan nafas nya kasar.
Beranjak, dan segera mandi.
Setelah mandi, Kuroko bersiap dan segera ke sekolah.
Kuroko berjalan santai sambil menyesap vanilla shake yang tadi ia beli di Maji Burger.
-🌻-
Sudah istirahat.
Hari ini sepertinya Kuroko sedikit kehilangan semangatnya.
Dari berangkat sekolah, Kuroko terlihat tak seceria biasanya.
Yah, walau wajahnya selalu datar, tapi, teman teman nya mengetahui bahwa Kuroko sedang memikirkan sesuatu yang mengganggu pikiran nya.
"Ada apa, Kuro chin?kenapa sedari tadi kau terlihat murung?."
Murasakibara yang sedang memakan Miubonya sedaritadi terus melihat Kuroko diam, dan tidak tahan ingin bertanya.
"Benar ssu! Kurokocchi dari pagi hanya diam saja ssu! aku jadi khawatir ssu!."
"Tetsu, ada apa?."
Kise dan Aomine jadi ikut ikut bertanya.
"Ada masalah, Tetsuya?."
Saat Akashi bertanya, membuat Kuroko ingin sekali bercerita.
Karna Kuroko yakin, Akashi pasti bisa mendengarkan dengan baik dan memberinya saran.
"S-sebenarnya..A-aku, aku, dijodohkan oleh Ayahku."
Kise menyemburkan Minuman yang sedang ia tenggak ke muka Aomine.
"APA?!."
"Oi bodoh! Kenapa kau menyemburkannya ke muka ku?!."
"Maaf ssu, aku terlalu kaget."
"Tetsuya menerimanya?."
Kuroko membuang nafasnya berat.
"Aku menerimanya. Karna, Ayah sampai memohon kepadaku. Aku tidak punya pilihan lain."
"Heh?tapi, Kuro chin kan masih sekolah. Apa Kuro chin akan meninggalkan kami?."
Murasakibara memberi tatapan sedihnya.
"Iya aku juga sempat memikirkan bahwa aku masih sekolah, tapi kata Ayah, calon suamiku akan menikahiku setidaknya setahun setelah aku lulus. Jadi, aku akan tetap menjalankan belajarku di sini seperti biasa. Tapi, masa aku lulus langsung menjadi istri yang berbakti kepada sang suami?aku kan mau bekerja dan mencari uang sendiri dulu, huaa aku bingung sekali."
"Tetsuya, jika kau sudah meneria perjodohannya, lakukan yang terbaik. Jangan mengecewakan Ayahmu, kau taukan Ayahmu pasti menaruh harapan besar padamu? Walau kau belum bisa menerimanya, coba kau pendekatan dulu dengan calon suamimu. Masalah setelah lulus kau ingin bekerja, masih ada setahun untukmu mencoba berpengalaman mencari uang dengan keringatmu sendiri. Saranku, kau hanya perlu melakukan yang terbaik agar Ayahmu tidak kecewa padamu. Maaf jika itu tidak membantu."
Kuroko berfikir lagi.
Benar juga yang dikatakan Akashi.
Kuroko tidak boleh mengecewakan Ayah nya.
Jika Kuroko tidak bisa membuat orang tuanya bangga padanya, setidaknya Kuroko tidak mau membuat kecewa orang tuanya.
Kuroko tersenyum.
"Terima kasih, Akashi-kun. Dan teman teman semua. Aku senang sekali mempunyai teman teman yang perhatian seperti kalian."
"Kurokocchi aku ingin memelukmu ssu."
"Aku juga, Kuro chin."
"Aku juga aku juga, Tetsu!."
"Kalian, jangan membuat Tetsuya tidak bisa bernafas karna kalian memeluknya."
Kise, Murasakibara dan Aomine kembali duduk manis kala Akashi memperingati ketiga temannya.
Saat bel masuk sudah berbunyi, Kuroko mengajak teman teman nya kembali ke kelas.
"Kalau begitu, mari kita kembali ke kelas."
Dan mereka kembali.
-🌻-
Setelah pulang sekolah, Kuroko dan teman teman akan latihan basket setiap harinya.
"Kuroko-kun dan teman teman lainnya, latihan basket hari ini diliburkan dulu, ya. Aku dan Momoi akan pergi mencari ring basket pengganti yang minggu lalu dirusak Murasakibara-kun."
"Eh? Libur? Ah, membosankan."
Aomine tidak bisa jika tidak bermain basket sehari saja. Otak basket.
"Atsushi, kau sudah meminta maaf atas perbuatanmu?."
"Sudah, kok Aka chin. Riko chin, aku minta maaf sekali lagi telah merusak ring basket nya. Aku terlalu bersemangat minggu lalu, maafkan aku sekali lagi."
Murasakibara membungkuk sopan.
"Ah, tidak apa apa. Kalau begitu, aku akan pergi dulu. Kalian langsung pulang ya!."
Riko pergi.
"Hati hati di jalan ssu!."
"Kembali ke rumah kalian masing masing. Jika ingin berlatih di luar, ganti pakaian kalian dulu. Jangan menggunakan pakaian sekolah saat sedang berkeliaran."
"Siap, Kapten."
Keempat teman nya sontak memberi hormat kepada Akashi.
"Hati hati di jalan. Aku duluan."
Kemudian Akashi pergi lebih dulu.
"Aku juga akan pulang."
Kuroko pergi, dan disusul yang lainnya.
Kuroko heran. Kenapa di gerbang banyak sekali perempuan? Dan mereka terlalu berisik.
Kemudian Momoi berlari menghampiri Kuroko.
"Tetsu-kun, orang itu mencarimu. Cepatlah pergi, sebelum semakin ramai."
Kuroko mengedarkan pandangan nya, dan menemukan surai hijau yang sedang berdiri sambil mengantungi tangan nya dan bersandar di tembok sekolah.
Kuroko menghampirinya, itu calon suaminya. Kuroko mengingat surai dan kacamata itu saat Ayahnya menunjukkan foto sang calon suami.
"Kau, Kuroko?Kuroko Tetsuya, kan?."
Kuroko mengangguk.
"Masuk ke mobil. Kita makan siang bersama nanodayo."
Midorima masuk duluan ke mobil, dan Kuroko menyusul.
"Maaf. Apa kau menunggu lama?."
"Ya, kau sangat lama nanodayo."
Kuroko meminta maaf dan Midorima membawanya ke cafe dekat kantornya.
Mereka sama sekali tidak berbincang.
"Aku tidak percaya benar benar dijodohkan dengan anak kecil sepertimu nanodayo."
Kuroko kesal.
Apa katanya?anak kecil?.
"Hei, aku akan berumur 17 tahun di tahun ini! Aku sudah besar dan akan mendapatkan KTP tahun ini!."
"Tetap saja kau terlalu kecil untuk dijodohkan nanodayo."
Kuroko diam saja.
Memang sih, tubuhnya kecil. Tapi tolonglah, dirinya akan menginjak umur 17 di tahun ini.
Makanan nya kemudian datang, dan mereka makan.
Setelah selesai, Midorima kembali bertanya.
"Kenapa kau menerima perjodohan ini?."
"Aku tidak ingin membuat Ayah sedih. Bahkan Ayah sampai memohon kepadaku, aku tidak bisa menolak."
Kuroko membuang nafasnya pasrah.
"Aku juga sebenarnya tidak ingin menerima perjodohan ini nanodayo. Tapi, mari kita coba yang terbaik. Jika tidak cocok, kau boleh menolakku, begitupun sebaliknya."
"Ya, baiklah."
"Mari kuantar pulang."
Kuroko mengangguk dan langsung diantar Midorima pulang.
"Aku akan kembali ke sini saat makan malam. Tolong siapkan makanan saat aku akan kemari nanodayo."
"Umm, baiklah."
"Aku pergi."
Kuroko mengangguk.
"Terima kasih telah mengantarku, hati hati di jalan."
Setelah itu Midorima kembali ke kantornya.
-tbc🌻-
Terdengar klise emang alasannya, tapi nanti akhirnya MidoKuro bersatu kok. Asik asik.
Aku ada niatan mau bikin cerita sad end sad end nih mwehehe.
Cerita ini mau dibikin sad end gak?:v
---
see you next chapt.😋
gatau up kapan:v
tunggu ajaya hehe.💝💝💝💝💝
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top