Makan malam
19.10
Kuroko sudah selesai memasak.
Dan Kuroko kembali ke kamar.
"Are? Tidur?."
Ah, pasti kelelahan.
Kuroko menghampiri Midorima.
Kuroko duduk di pinggir ranjang.
"Midorima-kun."
Kuroko sedikit mengguncang tubuh Midorima.
"Makan malamnya--hua!."
Kuroko kaget. Dirinya malah ditarik untuk berbaring di samping Midorima.
"Tunggu sebentar nanodayo."
Midorima membiarkan Kuroko berbaring di sampingnya.
Kuroko hanya memandang wajah Midorima.
'Bulu matanya lentik sekali.'
'Hidungnya, mancung.'
'Bibirnya..'
'Ah, dia, tampan..'
Midorima membuka matanya.
Tatapan mereka langsung bertemu.
Tapi Midorima tak bicara apa apa.
"A-ah! bangunlah, makan malam nya sudah siap."
Kuroko bangun, dan mengubah posisinya menjadi duduk.
"Bangunkan aku nanodayo."
Midorima mengulurkan tangannya.
"Cih, manja sekali. Tidakkah lebih baik kau mengingat umurmu?."
Kuroko menarik tangan Midorima agar bangun dari tidurnya.
Dan Midorima mendorong Kuroko ke belakang, Midorima menahan tubuh Kuroko dengan tangan kanan nya.
Mendekatkan wajah mereka.
"Baiklah, aku akan mengingat umurku. Jadi, mulai darimana kita?."
Kuroko gelagapan.
Apa maksudnya?!.
"T-tunggu, apa maksudmu?!."
"Umurku sudah cukup dewasa untuk melakukannya nanodayo."
"M-melakukan apa?! J-jangan aneh aneh kau ya!."
Midorima memberikan smirk.
"Hm?."
Tunggu, menyeramkan!.
Midorima seperti om om mesum yang hasratnya minta dipuaskan.😭
Kuroko takut.😭
"Midorima-kun.."
Kuroko bergumam pelan.
Midorima terkekeh.
"Hanya bercanda. Kenapa kau tegang sekali nanodayo?."
Sialan memang.
"Dasar menyebalkan!."
Kuroko melempar bantal ke wajah Midorima.
"Rasakan itu!."
Kuroko segera bangun dan menjauh.
"Cepat turun atau kutinggal makan!."
Kuroko kesal sekali dirinya selalu dipermainkan oleh Midorima seperti itu.
"Sepertinya ada yang marah nanodayo."
'Aku harus mengurusnya nanti.'
Midorima bangun dan segera turun.
Sepertinya Kuroko benar benar marah.
Kuroko hanya diam sedari tadi.
Setelah makan dan mencuci piring pun dia langsung naik ke atas.
Midorima kembali ke atas juga.
Dilihatnya Kuroko sedang tidur.
Midorima berbaring di samping Kuroko, tangan nya melingkar di perut Kuroko.
"Kenapa kau sangat marah? Jika kau benar benar menginginkannya, kita bisa melakukannya. Tapi nanti akan sedikit sakit nanodayo."
Bodoh.
Midorima memang bodoh.
"Bukan itu yang kumau, dasar mesum! pergi saja sana!."
Kuroko menendang perut Midorima.
"Sakit nanodayo."
Kuroko tak menggubrisnya.
"Ayolah, kenapa kau sangat marah kepadaku, sayang?."
Kuroko sepertinya benar benar takut kepada Midorima sekarang.
"Pergilah, kau membuatku takut sekarang."
"Aku kan tidak memakan orang, terlebih itu anak kecil, pasti rasanya tidak enak."
Menyebalkan sekali.
Kuroko bangun dari tidurnya dan segera keluar.
Midorima dengan cepat menyusul Kuroko.
Midorima menahan Kuroko.
"Mau ke mana nanodayo, Kuroko?."
"Cari angin."
"Tidak, ini sudah malam. Nanti kau kenapa kenapa di luar nanodayo."
"Lepaskan."
"Tidak."
Kuroko menoleh ke arah Midorima.
"Lalu apa yang kau inginkan?! Kau selalu saja mempermainkanku seakan aku orang paling baik di dunia ini! Aku ingin menendangmu tapi aku tidak boleh bersikap seenaknya sepertimu! Bodoh. Mengertilah bahwa aku selama ini menahan emosiku! Aku tidak ingin dipermainkan lagi dengan orang mesum sepertimu!."
"Jadi karna itu, hm?."
Midorima mengunci pergerakan Kuroko dan memojokkannya.
"T-tunggu! apa yang kau lakukan?! Dasar mesum!!."
"Aku selalu menahannya agar kita bisa melakukannya setelah kita sudah menikah nanti, atau setidaknya saat kita sudah sangat dekat. Tapi sepertinya kau menginginkannya lebih awal nanodayo."
"T-tunggu, m-menginginkan apa?! Aku tidak--hmph."
Midorima dengan cepat menyumpal bibir Kuroko dengan bibirnya.
Midorima menggerakkan bibirnya.
Seperti dugaannya, bibir Kuroko manis, seperti permen. Lebih manis, mungkin?.
"Hmp mmh."
Midorima mengemut, dan menghisap bibir Kuroko.
Kuroko yang baru melakukannya, tidak bisa berbuat apa apa.
Midorima sudah lama ingin menjadi pria dewasa.
Saat Ayahnya memberitahu bahwa dia akan dijodohkan, dirinya berfikir mungkin dirinya akan bisa menjadi pria dewasa seperti orang lain.
Tapi apa? Dia malah dijodohkan dengan murid SMA.
Bagaimana dia bisa melakukannya pada anak kecil yang masih sekolah?.
Maka dari itu Midorima menahannya.
Tapi sepertinya kali ini Midorima akan bermain sebentar dengan Kuroko.
Midorima beralih dari ciumannya, ke perpotongan leher Kuroko.
Midorima meilirk wajah Kuroko yang sudah sangat merah.
Midorima menghirup rasa vanilla yang selalu memabukkan.
"T-tunggu, geli, Midorima-kun, berhent--ah!."
Midorima menjilat dan menggigit kecil leher Kuroko.
"T-tidak! Sakit! Hentikan, hueee nanti ku adukan ke Ibu jika kau tidak berhenti sekarang!!."
Midorima membuka matanya. Menatap mata Kuroko lekat.
"Dasar anak kecil. Jika tidak menangis, ya mengadu pekerjaannya nanodayo."
Midorima memberi kekehan yang terdengar seperti remehan.
"Aku-"
"Ingin bilang bahwa kau sudah besar, kan?."
"Ya!."
"Dasar anak kecil."
Midorima memejamkan matanya dan menggesekkan hidung mereka.
"Lucu sekali aku dijodohkan dengan anak kecil seperti ini. Untung aku bisa menahannya nanodayo."
"Menahan, apa?."
Midorima membuka matanya.
Tersenyum kecil.
"Tidak ada."
Kuroko mengangguk mengerti saja.
"Baiklah, kau sudah tidak marah padaku kan, Kuroko?."
"Siapa yang bilang? aku masih--wah!."
Midorima tiba tiba menggendong Kuroko.
"T-tunggu! Jangan seenaknya seperti itu! Bahkan aku belum selesai bicara!."
"Maafkan ketidak sopananku. Tapi sepertinya kita selesaikan masalah ini di kamar saja nanodayo."
"H-hah?! K-kamar? Apa? K-kenapa di kamar?!."
"Hm?."
"T-tunggu, aku memaafkanmu aku memaafkanmu! Turunkan aku!."
"Anak pintar."
"T-turunkan! Aku mau keluar saja!."
"Mau ke mana nanodayo?."
Kuroko berfikir sejenak.
"Jajan, aku mau jajan."
"Baiklah. Kita ambil jaket mu dulu. Dan kita akan pergi bersama nanodayo."
"Ya--tunggu, apa? Kau ikut?!."
"Ya. Aku akan memastikan calon istriku ini akan baik baik saja sesuai perintah Ibunya nanodayo."
"Kau penurut sekali."
Kuroko menatap malas Midorima.
"Pakai."
Midorima memberi Kuroko jaketnya.
Dan Midorima bersandar pada tembok sambil melipat kedua tangan nya, menunggu Kuroko.
"Ayo, Midorima-kun."
Midorima menarik Kuroko.
"Tunggu."
"Apa sih? Aku sudah memakai jaketku, lihat!."
"Resleting nya belum. Nanti kau kedinginan nanodayo."
Midorima mendekatkan wajahnya.
"Jangan nakal. Tetap dekat denganku, ini sudah malam jadi jangan macam macam nanodayo."
"Ya baiklah."
"Aku akan menghukummu jika kau nakal nanodayo."
"Umm, y-ya."
Kuroko mengangguk kaku kala mendengar 'hukuman'.
"Baiklah, berangkat sekarang."
Kemudian mereka berjalan ke luar.
Tak jauh dari rumah Midorima, banyak sekali yang berjualan.
Midorima menggenggam tangan Kuroko agar tak lepas darinya. Anak kecil mudah tersesat, kan?.
"Midorima-kun, aku mau itu!."
"Midorima-kun, aku mau itu!."
"Midorima-kun!."
"Aku mau yang itu!."
"Waah lucu, Midorima-kun, aku mau ini, ya!."
Midorima lelah sekali, sepanjang jalan setiap kali Kuroko melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, dia akan memintanya.
"Kuroko, kurasa sudah cukup. Lagipula ini sudah malam nanodayo."
"Ah, benar. Ayo pulang!."
Benar benar seperti anak kecil, selalu senang ketika sudah mendapatkan apa yang diinginkannya.
Midorima hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kuroko.
"Anak kecil, jangan berlari nanodayo!."
Kuroko menabrak seseorang.
"Ah, maaf. Aku tidak hati hati tadi."
Kuroko membungkuk sopan dan meminta maaf, Midorima berlari kecil menghampirinya.
"Maafkan dia, dia memang seenaknya. Maafkan kecerobohannya."
"Ah tidak apa apa, lagian jalan di sini kurang pencahayaan, wajar jika dia tidak melihatku."
Kemudian setelah itu orang yang ditabrak Kuroko tadi langsung pergi.
Midorima menatap Kuroko dengan tatapan tajamnya. Kuroko hanya cengengesan saja.
"Dasar anak nakal."
Midorima kembali menggandeng Kuroko.
-🌻-
22.10
"Hah, lelah, aku lelah~"
Kuroko membaringkan tubuhnya.
"Makan dulu apa yang telah kau beli sebelum tidak enak nanodayo."
"Iya iya."
Kuroko memakan makanannya yang tadi dia beli.
"Midorima-kun mau?."
"Ya. Suapi aku nanodayo."
"Manja!."
Kuroko terus mencibir Midorima.
Mereka akhirnya saling suap menyuapi makanan satu sama lain.
23.00
"Hoam."
"Gosok gigimu dulu dan baru tidur, Kuroko."
"Ya."
Midorima seperti Ibu yang sedang mengasuh anak kecil.
"Ah, aku mengantuk aku mengantuk."
(Gemes banget, gakuat😿)
Midorima memosisikan tidur Kuroko seperti di pict👆
Kuroko langsung memejamkan matanya karna sangat mengantuk.
"Selamat malam, anak kecil."
Midorima mengecup pelipis Kuroko.
Tak lama dirinya menyusul Kuroko masuk ke dalam alam mimpi.
-tbc🌻-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top