Lucky Item
Saat ini Kuroko dan Midorima sedang dalam perjalanan ke rumah orang tua Midorima.
"Kenapa Midorima-kun selalu membawa benda aneh yang berbeda setiap harinya?."
Kali ini Midorima membawa remot, saat ditanya Kuroko ia bilang itu lucky item.
"Itu lucky item zodiak cancer hari ini nanodayo."
-🌻-
"Tante, Om. Perkenalkan, aku Kuroko Tetsuya. Senang bertemu dengan kalian."
Kuroko membungkuk sopan dan segera duduk.
"Jadi, Kuroko ini yang dijodohkan dengan Shintaro-chan?."
Kuroko mengangguk sebagai jawaban.
"Aku menyukainya, dia manis, dan sepertinya dia anak yang baik. Kapan kalian akan menikah?."
"Ibu, biarkan Kuroko menyelesaikan sekolah nya dulu dan jangan terburu buru seperti itu nanodayo."
"Ah iya, maaf aku lupa kalau Kuroko masih sekolah. Bagaimana sekolahmu, sayang? Apa itu berjalan lancar?."
Ternyata orang tua Midorima tidak seperti yang dipikirkan Kuroko.
Senang sekali Kuroko.
Mereka membicarakan apapun.
-🌻-
11.45
"Ah, maaf. Sepertinya aku harus mengunjungi Ibuku. Apa tidak apa apa jika aku pergi sekarang?."
Kuroko sebenarnya tidak enak, tapi mau bagaimana lagi.
"Tentu saja. Salam untuk Ibumu, ya."
"Terima kasih, tante. Aku pergi dulu."
Kuroko membungkuk sopan.
"Shintaro-chan, jaga calon menantuku! Jangan sampai lecet atau kau kupenggal."
Midorima merinding seketika.
Ibunya sangat menyeramkan.
"Ibu tenang saja nanodayo."
"Ayah, aku pergi."
"Hati hati di jalan."
Orang tua Midorima melambaikan tangannya ,dan mereka berdua pergi.
Mereka ke rumah Ibu Kuroko.
"Baik sekali orang tua Midorima-kun."
"Kan sudah kubilang tidak perlu takut nanodayo."
-🌻-
"Ah, Tetsuya datang? Maaf, Ibu sedang membuat kue. Ibu kira tadi Tetsuya tidak datang."
"Iya Ibu, maaf. Aku habis dari rumah orang tua Midorima-kun."
"Silakan masuk."
-🌻-
16.25
"Ibu, aku akan pergi ke suatu tempat. Maaf ya aku hanya berkunjung sebentar."
Ibunya menggeleng.
"Tidak apa apa, kok. Ibu senang Tetsuya selalu ke sini."
"Ibu aku sangat menyayangimu."
Kuroko beralih memeluk Ibunya. Dan Ibunya mengelus surai biru Kuroko lembut.
"Kau cepat sekali besar ya sayang. Dulu kau belum setinggi ini."
Kuroko memberi tatapan merajuknya.
"Aku kan sudah besar, bu!."
Kuroko menggembungkan pipinya.
Ibunya terkekeh.
"Lucu sekali anak Ibu. Shintaro, apa dia sering menunjukkan wajah merajuknya padamu?."
"Ya. Dia selalu melakukannya saat aku bilang dia masih kecil nanodayo."
"Habisnya, aku kan memang sudah besar!."
"Sudahlah, keburu malam loh, Tetsuya."
"Ah ya benar! Kalau begitu, kami pergi ya bu. Sampai jumpa besok lagi."
Kuroko melambaikan tangannya dan dibalas oleh Ibunya.
Kuroko memasang seatbelt dan Midorima menjalankan mobilnya.
"Memangnya kau mau kemana nanodayo?."
"Heh? Ah, aku belum bilang, ya?."
"Belum."
"Midorima-kun, antar aku ke makam Ayah, ya!."
Kuroko tersenyum lebar ke arah Midorima.
Midorima menoleh sebentar.
"Baiklah."
Midorima segera menuju dimana Ayah Kuroko di makamkan.
-🌻-
Seakan tak mau mengganggu, Midorima berdiri sedikit jauh dari Kuroko.
Kuroko hanya mengelus nisan Ayah nya sembari tersenyum tampa berbicara satu kata pun.
Dan tak lama Kuroko terisak kecil.
Midorima melihatnya, punggung Kuroko bergetar.
Midorima menghampiri Kuroko, dan mengelus punggungnya.
"Ah, maaf. Aku tidak ingin Ayah melihatnya."
Kuroko segera menghapus air matanya.
"Kau baik baik saja?."
"Y-ya-
Sepertinya."
Kuroko tersenyum, saat air matanya hampir jatuh kembali, ia menggigit bibirnya.
"Kau butuh pelukan?."
"Kau selalu mencari kesempatan dalam kesempitan, dasar mesum."
"Tidak apa, kau butuh sandaran kan? Butuh tempat mengadu, kan? Aku akan menjadi tempatmu mengadu jika kau sedang dalam keadaan apapun nanodayo."
Kuroko menatap Midorima.
Midorima benar benar baik kepadanya.
Kuroko tersenyum.
"Terima kasih."
Kuroko menggigit bibirnya lagi agar air matanya tak jatuh.
Midorima yang melihatnya membawa Kuroko kedalam pelukannya.
Midorima mengelus punggung Kuroko yang bergetar.
"Aku rindu Ayah, hiks. K-kenapa dia meninggalkanku lebih dulu?."
"Apa karna aku nakal? Atau aku tidak pandai dalam pelajaran di sekolah? Maka dari itu Ayah meninggalkanku?hiks."
Kuroko meremat baju yang dikenakan Midorima.
Midorima melonggarkan pelukannya.
Midorima memegang kedua belah wajah Kuroko.
"Mungkin tuhan lebih sayang pada Ayahmu, jadi tuhan membawanya kembali agar Ayahmu tak merasakan sakit. Itu bukan karnamu. Tapi, jika kau menjadi anak baik dan belajar dengan giat, mungkin Ayahmu akan senang melihatnya nanti nanodayo. Jadi, jangan menjadi anak nakal dan belajarlah dengan giat nanodayo."
Kuroko menggigit bibirnya.
Matanya memerah.
Midorima menghapus air mata Kuroko.
"Jangan sering menangisinya seperti ini, nanti Ayahmu ikut sedih jika melihatnya nanodayo."
"Jika kau tersenyum nanti Ayahmu akan ikut tersenyum nanodayo."
Kuroko menghapus air matanya dan mengubahnya menjadi senyuman.
Midorima menggesekkan hidung mereka.
"Kau lebih manis saat tersenyum nanodayo."
Dan mengecup hidung Kuroko.
"Kau mesum. Aku tidak menyukainya."
Kuroko beralih menatap makam Ayahnya.
Hari sudah mulai menggelap.
"Kurasa cukup. Sudah mau malam, mari kita pulang saja."
Setelah berpamitan dengan Ayahnya, Kuroko dan Midorima pulang ke rumahnya.
-🌻-
"Kuroko, kita sudah-
Yaampun, dia tertidur nanodayo."
Midorima segera keluar dari mobil dan menggendong Kuroko ke kamar.
Setelah menidurkannya di kasur, Midorima menarik selimut untuk menutupi tubuh Kuroko.
"Sepertinya aku yang memasak makan malam kali ini nanodayo."
-🌻-
19.30
"Aku tidak yakin rasanya akan enak nanodayo."
Setelah menata makan malam, Midorima ke atas dan membangunkan Kuroko.
Midorima duduk di pinggir ranjang.
Tangan nya mengelus surai biru Kuroko.
"Kuroko."
"Kuroko."
Midorima memanggilnya kembali kala Kuroko belum juga membuka matanya.
Tak lama Kuroko mengejapkan matanya.
"Hua, maaf aku ketiduran. Aku akan memasak!."
Kuroko langsung bangun pergi dari kasurnya.
Midorima menarik tangan Kuroko.
"Makanannya sudah jadi nanodayo. Tapi kurasa itu tidak akan seenak masakanmu nanodayo."
"Midorima-kun yang memasak?."
"Ya."
"Wah, aku terselamatkan. Maaf sekali aku tadi ketiduran."
"Ya."
Midorima menatap lekat mata Kuroko.
"Ada apa?-
Ah, wajahku memang jelek saat bangun tidur. Tapi setiap saat juga jelek deh, hehehe."
Kuroko tertawa.
"Tidak, kau manis nanodayo."
Midorima bergumam pelan.
"Kau mengatakan apa?."
"Tidak."
"Hmm, yasudah ayo makan!."
Kuroko menarik Midorima.
"Berat sekali, huh!."
"Salahmu sendiri main tarik saja nanodayo."
Mereka pun makan bersama.
-🌻-
"Terima kasih, makanannya enak!."
"Aku rasa rasanya-"
"Tidak apa apa! Itu enak, kok! Midorima-kun kan memasaknya pakai bumbu cinta. Makannya jadi enak!."
Kuroko tersenyum lebar.
Midorima terkekeh kecil.
"Kau menggodaku?."
"E-eh? Apa itu namanya menggoda? Aku hanya-"
"Tidur ya. Besok kita akan kembali ke Tokyo nanodayo."
Midorima menggendong Kuroko ke kamar.
"E-eh, t-tunggu! Aku bisa jalan sendiri!."
Tapi Midorima tidak menanggapinya.
Setelah Midorima menidurkan Kuroko, Midorima ikut bebaring di sampingnya.
"Selamat malam, anak kecil."
Midorima menarik selimut agar menutupi tubuh mereka dan segera memejamkan matanya.
-tbc🌻-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top