Bidadara Jatuh Dari Langit

Azzura dan Nisa menghentikan motor mereka di sebuah warung pinggir jalan. Saat Nisa memesan dua mie goreng, Azzura memilih tempat duduk mereka.

"Untung pulang cepet Nis, kalo nggak bisa kolaps aku sama Akuntansi," kata Azzura.

"Salah sendiri kenapa dulu milih jurusan Akuntansi?" Nisa membalas dengan pertanyaan.

"Aku kira ngitung duit itu mudah. Nggak taunya, ada pajak PPN, ada bunga, laba, HPP, dan sebangsanya. Kadang pusing Nis kalau nggak balance. Untung ada kamu. Kamulah penyelamatku," oceh Azzura panjang lebar. Nisa memang banyak membantunya dalam memecahkan soal-soal akuntansi yang sulit.

Azzura menyetel mp3-nya untuk mengisi momen mereka. "Nyanyi bareng yuk Nis! Aku lagi bucin sama lagu ini."

Azzura bersiap seolah ia penyanyinya.

"Huhuhuhu ... Huhuhuhuuu ... Huhuhuhu ... geuge jal andwae geuge jal andwae ... Huhuhuhu ... naege dorawa oh babe."

"Mbak lagi ngebully orang?"

Sebuah komenan dari seorang cowok di belakang Azzura membuat Azzura menoleh.

"Zaqi?"

"Iya. Seratus," kata Zaqi membenarkan.

"Maksud kamu ngebully apa?" tanya Azzura sewot.

"Lagu kamu tadi nggak bernada. Malah seperti orang membully. I will-kan?"

Azzura sedikit terkejut Zaqi tahu judul lagu yang dinyanyikannya.

Ternyata Zaqi membawa gitar klasiknya yang banyak ditempeli stiker. Kemudian memetik senar gitar dan memainkan lagu I will. Suara Zaqi sangat cocok dengan lagu itu. Bahasa Korea Zaqi juga cukup lumayan. Nggak kesandung bahkan pada lirik cepat.

Azzura dan Nisa duduk terpesona melihat cowok yang memetik gitar dan menyanyikan lagu Korea kesukaan mereka. Jarang sekali mereka menemukan fanboy yang begitu kental Bahasa Koreanya.

Tepukan tangan menjadi penutup lagu yang dinyanyikan Zaqi.

"Kamu Fanboy?" tanya Azzura antusias.

"Fuck boy iya," jawab Zaqi acuh.

"Astagaaaaa," Azzura malah histeris sendiri. "Lagu tadi kesukaanku banget. Bahkan liriknya aku nggak hapal. Tapi kamu fasih bangeeeet. Nggak nyangka deh."

"Apa sebegitu spesialmya lagu itu?"

"Spesial. Karena aku suka banget lagunya," jawab Azzura riang.

Zaqi tersenyum melihat kebahagiaan Azzura. Gadis itu seperti magnet yang menyedot perhatiannya. Biasanya ia sangat cuek terhadap orang lain. Mau orang itu jungkir balik di dekatnya ia tidak akan gubris.

Tetapi saat mendengar suara yang dikenalnya, Zaqi seakan tersedot di dalamnya. Pertemuan kedua saat Azzura memanggilnya El Zinu tidak pernah ia lupakan. Sikap Azzura juga membuatnya terasa nyaman.

"Boleh main yang lain nggak?" pinta Azzura. "Aku mau rekam."

"Apa?" tanya Zaqi jutek.

"Love scenario?" usul Nisa.

Zaqi memetik gitarnya. Tapi bukannya lagu yang diminta, malah lagu jadul yang kedua cewek itu tak mengerti. Zaqi tidak bernyanyi, hanya memetik gitarnya dengan lincah.

Tanpa banyak debat, Azzura merekam permainan gitar Zaqi. Ia tak peduli itu lagu apa, karena pembawaan Zaqi dengan gitarnya sangat keren.

"Lagu apa itu?" tanya Azzura.

"Masa kalian nggak tahu?"

"Beneran," jawab Azzura dengan mimik serius

"Ebiet G. Ade."

"Ow," respon Azzura. "Minta nomermu dong Qi!"

Zaqi sadikit terkejut dengan keberanian Azzura. Kemarin-kemarin juga begitu. Mungkin karena efek Real Life-nya yang dikelilingi cewek kalem dan jaga image.

Setelah bertukaran nomor Ponsel, Azzura pamit untuk pulang.

Zaqi melihat sesuatu berkilau di atas meja yang ditinggalkan Azzura dan temannya. Sebuah cincin emas. Segera saja Zaqi menghentikan Azzura.

"Ra, barangmu ketinggalan."

Karena terburu-buru dan tidak hati-hati, Zaqi malah kesandung batas warung dengan trotoar. Ia terjerembab di dekat motornya Zura yang sudah menyala.

"Oh My God. Ada bidadara jatuh dari langit di hadapanku," seloroh Azzura pura-pura terkejut. Nisa tertawa dibuatnya.

Pasti ini efek mabuknya Zaqi tadi pagi. "Haha ... Nggak kok. Nih," kata Zaqi kikuk dan menyerahkan cincin itu ke Azzura. Sakitnya sih nggak seberapa. Hanya malunya segunung Lawu.

"Makasih ya. Ini cincin hadiah ulang tahunku dari Bunda," ucap Azzura berterimakasih.

"Ok. Sama-sama."

"Kalau ada yang lecet di tubuh kamu WA ya? Siapa tahu nanti minta kompensasi. Hahaha ...."

Zaqi tertawa malu. Ia menyilahkan Azzura dan Nisa untuk pergi. Pertemuan ketiga mereka yang cukup mengesankan dan memalukan.

Kata : 610
Rin_Blueberry
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top