5 - Lanjut gak?
Happy Reading^^
Dua minggu telah berlalu dan tidak ada kelanjutan apapun lagi tentang aku dan kang Arnav. Heh, memangnya apa yang kuharapkan? Toh dia juga sudah memilih orang lain sebelum sempat berkenalan denganku.
"Arrhhhhhh." Suara Nadin yang melengking dari kursi di sebelahku membuat lamunanku ambyar.
"Kenapa sih?" tanyaku mendelik.
"Kamu harus baca ini," ucapnya sambil menyerahkan ponsel pintarnya. Aku mengambilnya dan tertegun melihat siapa pengirim pesannya. Kang Arnav. Tapi bukan itu yang membuatku kaget setengah mampus tapi isi pesannya.
Kang Arnav : Bismillah.. Menindaklanjuti ajakan ta'aruf tempo hari, boleh saya meminta CV Alma?
"Nad, Alma siapa?" tanyaku. Tak mungkin itu aku kan?
"Ya kamu lah Al. Kang Arnav memang memanggilmu Alma saat sedang ngobrol denganku pun," jawab Nadin.
"Terus maksudnya cv apaan?" tanyaku polos.
"Ya cv ta'aruf lah dodol, masa cv lamaran kerja," ucapnya dengan nada gemas.
"Woy Al, gimana nih?" tanya Nadin karena aku tak kunjung bersuara.
"Hah?" tanyaku. Kulihat Nadin memutar bola matanya malas.
"Aku pikirin dulu Nad," ucapku dan beranjak menuju lantai dua.
Nadin mengikutiku dan di tangga dia berkata, "Jika yang membuat kamu ragu itu tentang Dwi. Kamu tenang aja, kang Arnav udah mengakhiri ta'aruf nya. Dia gak mau melanjutkan ke tahap selanjutnya dengan Dwi."
Aku menatap Nadin sejenak sebelum menjawab, "Ada banyak yang harus kupertimbangkan selain itu Nad." Dan aku pun melanjutkan langkahku.
"Aku tunggu kabar baiknya ya Al," ucap Nadin dan kembali lagi menuju lantai satu.
Kabar baik? Saat ini pikiranku berkecamuk. Ta'aruf dengan seorang pria benar-benar tidak ada dalam rencana ku untuk 5 tahun kedepan. Ta'aruf belum tentu sampai pelaminan bukan? Tapi tetap saja ini tuh bukan main-main dan aku tak mau terjebak dalam hal yang belum aku yakini.
***
Aku menatap kosong pemandangan diluar sana. Sudah tiga gelas jus kuhabiskan sambil menunggu Nadin yang entah kenapa sangat lama.
"Maaf Al, tadi ada sedikit insiden di kampus," ucap Nadin yang baru datang dan duduk di depanku. Aku memang sedang berada di sebuah cafe dekat kampus Nadin.
"Kamu abisinin semua minuman ini?" tanya Nadin sambil melirik tiga gelas kosong di depanku.
"Menurut mu?" ucapku dengan malas.
"Bentar aku ke toilet dulu," lanjutku dan meninggalkannya.
Sepulang dari toilet kulihat Nadin sedang meminum kopi yang sepertinya baru dipesannya.
"Aku mau buat cv ta'aruf," ucapku to the point. Nadin menghentikan aktivitasnya dan memandangku terkejut.
"Serius?" tanya dia.
"Kapan aku main-main?" ucapku sebal.
"Udah buat?" tanya Nadin antusias.
"Belum. Nanti deh aku cari referensi dulu. Tapi disini aku mau mastiin kalau kang Arnav beneran udah gak ada apa-apa kan sama Dwi?" tanyaku.
"Iya Al kamu tenang aja. Kamu gak jadi pelakor kok," ucap Nadin sambil tertawa. Aku hanya mendelik mendengar kalimat terakhirnya.
"Nanti malam aku gak pulang ke kantor Nad. Papa nyuruh aku pulang ke rumah," ucapku sambil memijit pelipisku yang sedikit pusing.
Banyak kejadian tak terduga akhir-akhir ini menimpaku. Dari mulai Arya yang ngajak ta'aruf, hingga tak sengaja seolah-olah aku yang ngajak ta'aruf kang Arnav.
"Oke. Jangan lupa cv nya dipercepat. Udah tiga hari loh kang Arnav menunggu tanpa kejelasan," ucap Nadin sambil terkekeh dan aku pun ikut tertawa.
---
"Mama mau kamu kuliah lagi Al," ucap mama saat kami telah berkumpul di ruang keluarga.
Jadi anak satu-satunya gini amat ya, selalu tertekan dengan kemauan orang tua.
"Pa, kalau aku nikah aja gimana?" kelakarku mencoba santai bertanya ke papa dengan mengabaikan ucapan mama.
"Gak ada! Kuliah dulu!" Suara mama membuatku mendelik.
"Kan bisa Ma Nikah terus kuliah," ucapku mengambil cemilan yang ada di meja.
"Memangnya kamu udah ada calon Al?" tanya papa lembut.
"Belum," ucapku sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi ku yang rapi kata orang.
"Kalau emang kamu udah ada calon dan Papa setuju sama dia, ya silahkan aja kalau mau nikah dulu," ucap papa membuatku ternganga tak percaya.
"Pa gak bisa gitu dong." Protes mama.
"Kenapa Ma? Lagian Almeira udah 21 tahun dan Papa yakin dia juga sudah bisa bertanggung jawab atas keputusannya. Buktinya dia udah punya usaha sendiri di usia mudanya." Ucapan papa membuatku senang. Di situasi seperti ini emang papa yang paling the best.
Aku menatap mama yang memasang wajah masam tak suka dengan ucapan papa. Aku menghela napas sebelum berkata, "Al bakalan kuliah lagi." Dan kulihat mama melirik ku dengan wajah senang.
"Tapi bukan di tempat Al kuliah dulu. Al mau ke luar negeri," ucapku dan mama tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.
"Kemana? Kamu gak bisa dong jauh-jauh dari Mama." Ucapan Mama membuatku kembali menghela napas.
"Ke Korea Ma. Kan Mama yang minta aku buat kuliah. Dan aku udah ambil tes tinggal nunggu hasil aja," ucapku.
"Udah lah Ma, ini keputusan Al dan kita harus mendukungnya," ucap papa sambil menenangkan mama yang sepertinya syok dengan informasi dariku.
"Kita juga kan bisa jenguk Al kesana sambil jalan-jalan," lanjut Papa.
"Kamu gak bohong kan Al?" tanya mama.
"Ya enggak lah Ma. Ngapain juga Al bohong," jawabku sambil melanjutkan makan cemilan.
"Yaudah yang penting kamu kuliah. Kapan jadwalnya Al?" tanya mama mengalah.
"Jadwal kuliahnya tahun depan kok, Mama tenang aja masih ada waktu buat kita bersama," ucapku sambil terkekeh pelan.
Papa mengusap rambutku lembut dan berkata, "Makannya kamu sering-sering kesini Al. Mama sama Papa kan rindu sama kamu."
"Iya Pa," jawabku sambil tersenyum.
***
Aku menatap laptop di depanku yang menampilkan bermacam-macam cv ta'aruf. Yakin nih harus ngisi visi misi pernikahan sampai rencana setelah menikah?
Aku pun pada akhirnya hanya membuat cv singkat tentang siapa aku, orang tua ku, pendidikan dan pekerjaanku. Sepertinya hal-hal yang lainnya bisa nanti saja kalau memang kita mau melanjutkan.
Aku pun melanjutkan dengan memilih foto yang akan aku tampilkan di cv. Akhirnya pilihanku jatuh pada foto yang baru-baru ini kuambil. Saat aku memakai kerudung biru dongker yang kontras dengan kulitku yang putih.
Setelah selesai segera kupindahkan foldernya ke ponselku, besok sajalah ku kirimkan pada Nadin.
Kurebahkan diriku di kasur dan dengan iseng membuka instagram dan mencari akun kang Arnav. Tak banyak postingan hanya tentang kajian atau kata-kata motivasi. Foto dirinya saja hanya ada beberapa. Followersnya juga sedikit berbeda jauh denganku yang memang sudah cukup terkenal sebagai owner Meina Hijab.
Kantuk pun segera menyerangku dan aku tertidur tanpa sempat menutup instagram.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top