4 - Jangan iseng, nanti cinta
Ini pendek banget asli><
Dua minggu telah berlalu dan aku telah selesai melaksanakan ujian untuk bisa kuliah di Korea. Aku memilih Hanyang University sebuah kampus yang aku idamkan sejak lama. Pengumumannya harus menunggu sekitar dua bulan lagi. Sampai saat ini orang tua ku belum tau kalau aku mengambil kuliah ke Korea Selatan. Nanti sajalah kalau aku sudah diterima baru akan kuberitahu mereka. Lagi pula jadwal kuliahnya dimulai tahun depan.
Getaran di ponsel membuatku mengalihkan perhatian. Pesan dari Nadin.
Nadin : *pict*
Siapa ini?
Me : Kang Arnav?
Aku mengerutkan kening kenapa Nadin mengirimkan foto kang Arnav? Memang setelah malam itu tak ada pembahasan lagi tentang itu. Lagian aku juga bicara cuma iseng, aku aja udah lupa dengan kang Arnav karena kesibukan ku.
Nadin : Kita lagi ngomongin kamu.
Ada mas Ilham juga.
What? Aku langsung bangun dari duduk ku.
"Kenapa Teh?" tanya Rima.
"Hah? Gak papa. Aku ke atas dulu," ucapku dan berlalu.
Me : Kamu pulang SEKARANG NADIN!!!!
Nadin : Masih tanggung nih
Kang Arnav kayanya kepo sama kamu:v
Me : asdfghjkl
Aku menghembuskan napas kesal saat Nadin hanya membalas dengan emoticon tertawa. Ini maksudnya apa sih?
***
"Nad pokoknya kamu jelasin kenapa bisa jadi gini?" tanyaku mencecar Nadin yang baru pulang.
"Sabar dulu apa," ucap Nadin dan masuk ke kamarnya yang tentu saja aku ikuti.
"Aku mandi dulu ya," ucap Nadin sambil tersenyum geli.
"No! Cepet ngomong sama aku!" ucapku tak sabaran.
Nadin menghembuskan napasnya kemudian duduk di kursi. Posisi kami berhadapan karena aku duduk di pinggiran ranjang.
"Waktu itu aku bilang ke mas Ilham kalau ada yang mau kenalan sama kang Arnav. Terus mas Ilham bilang ke kang Arnav ada yang mau ta'aruf sama dia," ucap Nadin tenang.
"What?" tanyaku tak percaya. Jadi ceritanya ini aku yang mengajukan ta'aruf lebih dulu?
"Terus gimana reaksi kang Arnav?" tanyaku sedikit penasaran.
"Ya namanya niat baik dia sambut dengan baik lah. Tapi Al ternyata kang Arnav tuh sedang proses juga ta'aruf sama Dwi salah satu mantan anggota komunitas kami," ucap Nadin.
"Yaudahlah lagian siapa juga yang ngajak ta'aruf dia. Aku kan cuma iseng aja bilang ayo kenalan," ucapku. Yakali nanti aku disangka pelakor.
"Tapi Al, menurut mas Ilham berdasarkan cerita kang Arnav kalau dia itu ragu sama Dwi dan mau konsultasi dulu sama ustadz," ujar Nadin.
"Ya terserah dia lah. Udah ya berarti aku gak ada hubungan apa-apa lagi dengan semua cerita ini," ucapku.
"Eh tunggu dulu. Tadi kang Arnav nanya-nanya tentang kamu lho. Seperti namanya siapa, tinggal dimana, kerja apa kuliah, dan yang kaya gitu lah. Terus dia juga masih inget sama kamu yang waktu itu hadir di kajian ust. Zakarya." Papar Nadin.
"Terus aku harus berbunga-bunga gitu?" tanyaku datar.
"Dahlah males bicara sama tembok," ucap Nadin dan beranjak dari duduknya bergegas menuju kamar mandi. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya.
Selepas Nadin menutup pintu kamar mandi aku keluar dari kamar Nadin dan menuju kamarku.
Bagaimana pun kok aku sedikit patah hati ya mendengar kang Arnav lagi ta'aruf sama orang lain. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Sudah-sudah ini bukan seperti Almeira yang biasanya.
Aku membuka ponselku dan membuka aplikasi instagram hingga sebuah notifikasi membuatku sedikit terpaku.
arnavrashaad18_ started following you
Aku gak salah lihat kan ini? Ah mungkin saja dia merasa kenal aku dari cerita Nadin hingga memfollow instagram ku. Aku mengenyahkan segala pemikiran aneh yang bersarang di kepalaku dan tanpa pikir panjang aku mem follow back dia.
By the way ada yang pernah ngalamin sama gak kaya Al?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top