2 - Ta'aruf


"Jadi gimana persiapan buat ujiannya Al?" tanya Nadin sambil mencoba gamis baru yang akan segera kami launching.

"Udah beres. Aku tinggal siap-siap aja menanti ujian," ucapku sambil mengunyah keripik singkong dan menatap malas Nadin yang sedang memakai khimarnya.

"Rim aku cantik gak?" tanya Nadin sambil berputar layaknya Cinderella.

"Cantik Teh," jawab Rima.

"Kamu mau kemana sih Nad?" tanyaku heran.

"Besok ada acara komunitas," jawab Nadin.

Aku hanya ber oh ria.

"Berarti kamu ketemu mas Ilham dong?" tanyaku.

"Iyalah. Wong dia ketua komunitasnya," ucapnya sambil duduk di sofa.

"Ohh pantesan kamu heboh banget. Mana mau pakai gamis koleksi terbaru kita lagi," ucapku sambil tersenyum menggoda.

"Apasih Al," ucapnya sambil melemparkan bantal sofa ke arahku dan berhasil aku tangkis.

"Udah ngaku aja Teh Nadin. Kan kalau ceritain mas Ilham suka berbinar-binar." Teh Oca menimpali saat baru datang dengan membawa teh manis dan meletakkannya di meja.

"Udah ah aku mau ganti baju dulu," ucap Nadin dan segera berlalu ke kamarnya. Kami pun hanya tertawa geli.

***

"Assalamu'alaikum." Suara dari pintu membutku dan kedua adminku menoleh.

"Wa'alaikumsalam," jawab kami dan melihat Arya masuk ke kantor.

Dia pun duduk di kursi depan meja kerjaku.

"Selamat pagi Teh Al. Makin cantik aja," ucapnya sambil menumpukan kedua tangannya di meja dan menatapku.

"Masih pagi udah gombal aja." Bukan aku yang menjawab tapi Rima.

"Eh dek Rima. Kenapa? Cemburu ya?" tanya Arya sambil mengedipkan sebelah matanya dan hanya dibalas delikan tajam oleh Rima.

"Daripada kamu mengacau gak jelas mendingan bantuin nih ngerekap barang orderan sama teh Oca," ucapku sambil menyerahkan daftar rekapan ke depan Arya.

"Wah gak bisa dong Teh, aku kan bukan adminnya," ucap Arya tapi tak urung dia melangkahkan kaki mendekati teh Oca yang tengah sibuk.

"Teh nanti malam jalan yuk kemana gitu. Upah aku nih bantuin ini," ucap Arya sambil tersenyum penuh harap.

"Terserah kamu deh," ucapku dan kembali fokus pada pekerjaanku.

"Terserah itu berarti Iya ya Rim?" tanya Arya ke Rima.

"Bisa Iya bisa enggak," jawab Rima dengan polosnya.

Aku mendengar Arya menghembuskan napasnya keras dan aku pun hanya bisa tertawa dalam hati.

---

Kami duduk berhadapan di sebuah kursi yang berada di ujung dekat kaca dan menampilkan kolam ikan hias.

"Teh Al jadi ke Korea?" tanya Arya sambil memotong chiken steak kesukaannya.

"Do'ain ya Arya yang baik," ucapku sambil tersenyum jenaka.

"Iya deh yang terbaik aja buat Teh Al, walaupun artinya kita akan ldr an," ucapnya sambil terkikik.

Aku hanya memutar bola mataku malas mendengar ucapannya.

"Oh ya berarti teh Nadin bakalan ngurus semuanya sendiri dong disini?" tanya Arya.

Aku hanya menganggukkan kepala kemudian berkata, "Aku juga tetap ngurus kok, walaupun dari jauh."

"Teh Al mau gak ta'aruf sama aku?" tanya Arya dan sukses membuatku tersedak makanan hingga Arya menyodorkan air minum.

"Segitu kagetnya ya Teh?" tanya Arya tertawa kecil.

Aku menatapnya tak percaya, "Kamu jangan becanda Ya," ucapku.

"Aku serius lho. Kalau Teteh mau ayo kita ta'aruf," ucapnya dan menatapku serius. Tatapan bukan Arya yang biasanya.

"Aku tuh udah nganggap kamu adek sendiri Arya. Jadi kita tetap kaya gini aja ya," ucapku sambil tersenyum kikuk.

"Baiklah kalau emang itu keinginan Teteh. Tapi aku gak akan berhenti berusaha ya Teh, mungkin aja tahun depan Teteh berubah pikiran," ucapnya sambil terkekeh.

Aku hanya menanggapi ucapannya dengan tawa canggung.

"Teh langsung pulang atau kemana dulu?" tanya Arya.

"Pulang aja," jawabku dan hanya dibalas anggukan oleh Arya.

--

Aku merebahkan diri di sofa dan memejamkan mata sejenak.

"Kenapa Teh?" tanya Rima yang duduk di seberangku dan menyalakan televisi.

"Gak papa," jawabku dan melihat tayangan di tv dengan kosong.

"Tadi teh Nadin kesini dan katanya malam ini mau pulang ke rumahnya," ucap Rima dan aku hanya mengangguk.

"Rim aku istirahat dulu ya," ucapku sambil beranjak menuju kamar.

"Selamat beristirahat Teh Al," ucap Rima.

"Kamu juga," ucapku.

Kurebahkan diriku di kasur dan menerawang mengingat kejadian tadi. Aku tertawa kecil tak menyadari bahwa selama ini Arya tak main-main dengan segala tingkahnya padaku yang selalu kuanggap hanya lelucon.

Ta'aruf? Arya orang kesekian kalinya yang menawarkan itu padaku. Tapi jujur hingga saat ini aku belum berani menerima ajakan itu dari siapapun. Aku belum memikirkan pernikahan, saat ini banyak hal yang ingin aku capai terlebih dahulu. Walaupun kata sebagian orang aku cukup sukses dengan memiliki brand yang sudah terkenal.

Tapi definisi sukses setiap orang tentu saja berbeda bukan? Dan juga setiap ajakan ta'aruf itu belum ada yang benar-benar menggetarkan hatiku. Aku hanya tak ingin mengiyakan dan akhirnya mengecewakan mereka. Jadi selalu kutolak baik-baik ajakan itu.

Melihat para selebgram yang menikah muda kadang memang membuatku baper dan rasanya ingin segera menikah. Namun aku sadar betul bahwa pernikahan tak seindah yang mereka pamerkan di media sosial. Dan sepertinya aku belum siap untuk mengambil resiko itu. Selama ini aku selalu merasa baik-baik saja menjalani hidup sesuai keinginanku, dan untuk menikah berarti menyatukan dua pemikiran rasanya akan cukup sulit.

Aku mengambil ponsel yang bergetar dan melihat satu notifikasi di instagram. Rupanya DM dari salah satu selebgram.

@aisyah22_

Teh udah lihat postingan aku belum?

Aku suka banget dengan bajunya.

@almeira_nafisya

Otw dilihat deh sekarang :D

Alhamdulillah kalau suka, ntar aku kirim deh warna lain.

Mau warna apa?

@aisyah22_

Gak usah teteh, aku tunggu series lainnya aja:D

Aku tersenyum melihat balasannya. Ya dia memang salah satu selebgram yang kurang suka mempunyai baju dengan model yang sama walau warna berbeda.

Followers nya cukup banyak hingga kalau aku mempromote di akunnya otomatis olshop ku langsung kebanjiran order.

Aku menyimpan ponselku di nakas dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka sekalian berwudhu sebelum tidur.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top