PIM : Lima

Hei, ketemu lagi. Jangan lupa bakar-bakar 🔥🔥🔥 biar makin semangat 💪
.
.
.
.
.
.
Boleh dong spam komen love di sini
❤❤❤❤❤
.
.
.
.

Pim : Lima

"Seberapa jauh kamu mampu berlari, jikalau takdir berkata kamu harus kembali maka kau tak 'kan bisa berbuat apa-apa lagi."

❤❤❤

Usai makan, mobil Tiger membawa Eyrin menuju ke Tower Bridge. Jembatan menara yang terletak membentang di atas sungai Thamnes dekat London Tower.

"Come on."

"Kita mau apa ke sini?"

"Menghabiskan waktu berdua. Tentu saja. Kita sudah lama nggak ketemu. Jadi, nggak ada salahnya 'kan?" Kali ini Eyrin tak lagi menolak saat tangan Tiger menuntunnya. Dan di dadanya, ia sedang menyembunyikan letupan-letupan pijar yang hampir tak mampu dikendalikan. Biarkan hari ini, kesempatan ini ia gunakan untuk memberi penawar buat rasa rindu berkarat dalam dadanya.

"Jangan tanyakan apa pun, Ger." Eyrin bersuara demi menghadang rasa ingin tahu Tiger tentang cerita masa lalu mereka.

"Do you miss me?" bisik pria tinggi itu dengan suara serak yang selalu berhasil menggetarkan perasaan Eyrin.

"Aku bilang, jangan tanya apapun!" Mata wanita itu panas lagi. "Karena aku nggak punya penjelasan apa pun," tandas wanita itu dingin.

Sejujurnya, hati Tiger belum bisa menerima. Namun, ia tahu betul kalau wanita yang pernah ia nikahi ini paling tak nyaman dan benci didesak. Karena itu, ia harus memancingnya. Agar Eyrin bicara sendiri.

"Kalau begitu, biarkan aku cerita apa yang kualami selama penipuan yang kau lakukan ini." Netra Tiger menoleh singkat, sementara Eyrin menahan denyut di hati. Ia tak pernah benar-benar tahu, penipuan apa yang telah ia berikan pada pria yang ia temui secara tiba-tiba ini.

"Aku hancur ketika mendapat kenyataan itu. Aku hancur-hancuran, Rin. Semua terasa kacau balau saat aku harus ditinggalkan kamu. Nggak mudah buat aku bangkit. Sampai aku bisa lebih waras, akhirnya aku ikut pindah ke sini. Ya, walau tak lebih baik." Bahu Tiger terangkat.

"Aku tahu Daddy kecewa karena aku tak peduli diberi amanah mengurus Ferron Pramaceutical. Mami sekarang sering sakit-sakitan. Daddy sekarang lebih focus ke Mami."

Serta merta, informasi itu membuat Eyrin kian berdebar. Apa yang dikatakan Tiger ini secara tak langsung memberinya akses informasi yang selama ini tak ia tahu, tapi bisa ia duga walau tak sepenuhnya. Eyrin bergeming, mengambil kesempatan untuk lebih banyak meraup kabar lelaki yang punya hobi sama dengannya ini.

"Kamu, nggak akan pergi ke mana-mana lagi 'kan?" tanya Tiger bersama sorot mata tajam. "Kamu, di mana selama ini?"

Pandangan Eyrin terlempar jauh agar netra tajam milik Tiger tak menatapnya. Itu bahaya. Karena sekarang ia kembali sedang menahan panas di kelopak mata.

"Rin, ayo kembali."

"Mana bisa semudah itu. Apa kata keluargamu nanti jika melihat aku tiba-tiba muncul di hadapan mereka? Eyrin, bangkit dari kubur? Ya Tuhan. Udah kayak film Suzana!" Gelak jenaka tapi kosong lolos dari bibir wanita itu.

"Please, Rin. Aku bisa jelaskan ke mereka kalau kita tiba-tiba bertemu di sini. Aku butuh kamu. Sejak dulu!"

"Kamu pikir mereka akan percaya gitu aja? Kamu bahkan terkejut. Apalagi mereka. Kamu bisa tenang, tapi mereka, belum tentu. Ger, jangan lupa. Aku yang salah. Aku yang pergi dari kamu. Jadi, percuma kamu bujuk aku. Keputusanku tetap sama!"

"Apa alasannya? Ha? Apa?"

"Sudak kubilang, jangan tanya, Ger. Akung gak punya apa pun yang bisa aku ceritakan ke kamu. Paham?"

Tiger tak ingin kalah, juga menyumpah serapah. Wanita ini harus tetap ada dalam jangkaunnya. Tak boleh kecolongan lagi. Dengan begitu, Tiger bisa mengorek apa yang terjadi sebenarnya. Tiger tak ingin mendesak lagi. Karena itu ia berusaha meyakinkan wanita ini.

"Jika mereka marah, tentu saja, aku yang akan membela kamu. Tapi kamu jangan pergi lagi dariku," tekan Tiger yakin. "Lagipula, mereka pelan-pelan juga akan luluh. Aku punya cara yang pasti bisa meyakinkan Daddy untuk ikut apa mauku."

"Seandainya itu terjadi dulu, Ger," lirih Eyrin pilu di hati.

"Ger, kita udah lama nggak ketemu. Kamu, bisa langsung percaya kalau aku masih wanita yang sama seperti dulu kita bersama? Hey, seharusnya sekarang kamu marah. Kalau perlu pake kata serapah. Frontal ke aku. Bukan malah langsung ngajak balikan kek begini!" Netra bulat wanita itu melotot, tapi hatinya sungguh nyeri sekali. "Ger, kamu tuh jangan langsung percaya! Aku bukan Eyrin-mu yang dulu."

Netra Tiger menatap lurus iris mata bulat wanita itu. Kali ini sangat lekat, dan lebih dekat, seraya berkata. "Tapi kenapa, semakin kamu bersikeras, semakin kamu mengeluarkan banyak sarkas, semakin pandanganku terbuka kalau kamu sedang memanupulasi semuanya?" tuding Tiger dingin. "Mulut kamu bisa menipuku, Rin. Tapi hati kamu, otak kamu, bahkan cara kamu melihatku sekarang berbanding terbalik!"

"Ha ha ha, Kamu yakin?"

"Ya!"

"Kamu salah besar, Ger!"

"No."

"Kita baru ketemu lagi dan kamu seyakin ini?"

"Kalau begitu, bicara di depan mataku!" Tiger menarik bahu Eyrin untuk menghadapnya. Kali ini dorongan menggila di dadanya mendesak untuk bertindak lebih jauh. Netra mereka kini beradu, dan Eyrin terhenyak ragu. "Katakan, kalau kamu pergi karena membenciku. Kamu, bahkan nggak peduli sekalipun aku mati. Hari itu, kebersamaan kita dulu, cuma main-main. Semuanya main-main! Kamu sedang mempermainkan aku, Rin!"

Suara pria urakan itu kini menggema, tapi langsung tergilas deru angin yang kini bagai menelan mereka dalam kesakitan yang sama. Eyrin membisu, dadanya mengumpulkan semua keberanian untuk mengatakan apa yang ingin Tiger dengar darinya.

"Come on. Tell me. Kenapa kamu diam?"

Netra bulat besar milik Eyrin sempat berkaca-kaca. Namun ia berhasil menggerakkan lidahnya untuk bersuara. "Ya, aku nggak mencintai kamu, Ger. Karena itu aku pergi supaya bebas dari bayang-bayang kamu yang bawel, resek, penuh tuntutan, membosankan! Aku bahkan muak berhubungan denganmu! Jelas?"

Deru napas Eyrin berlari seirama jantungnya yang menahan nyeri. Ia pikir, pria ini sudah melupakannya, karena dulu pergi begitu saja. Namun, mengapa melihat kejujuran di mata Tiger sekarang batin Eyrin bahagia, tapi juga sakit karena tak mungkin memilikinya?

Eyrin pikir, kini Tiger berhenti dan percaya. Namun pria itu, sekarang malah terkekeh kosong seraya melepaskan cengkeraman tangannya di bahu Eyrin. Pandangan Tiger terlempar jauh, sarat arti, kembali menoleh singkat dengan makna tersirat.

Wanita itu ingin bersuara lagi tapi suara dering ponsel Tiger menyela. Pria itu meminta izin untuk menjawab panggilan.

"Ya, George? Okay. Tell them that Eyrin with me. Okay. Ouh, ya. Ada di apartementku. Okay. Tunggu kabar selanjutnya dariku." Setelah menutup panggilan. "Om Tama sudah tahu."

"Oh God! Entah apa yang ada di pikiran mereka," lirih Eyrin samar.

"Kita kembali ke apartement. Ada sesuatu yang harus kuambil."

"Ger, please. Biar aku kembali ke Roundhouse. Aku bisa pergi sendiri. Kita ... pisah aja di sini." Suara Eyrin sedikit terbata di ujung kalimat. Dan pandangan Tiger yang dingin makin membuat Eyrin tambah resah.

"Are you kidding me? Semudah itu kamu bilang itu setelah aku tahu kebohongan kamu ini? Don't disappointed me, Rin. Jangan pancing aku memaksa untuk hal ini."

"Ger, kamu nggak percaya juga apa kataku barusan?"

Tangan Eyrin diraih sampai wanita itu masuk ke mobil. Eyrin tahu benar, Tiger tak akan mudah dilawan jika sudah serius seperti ini. Bahkan kalimat Eyrin tadi seolahangin lalu.

"Semprul! Susah payah aku mengatakan itu, tapi kamu malah jadi tuli? Memangnya aku ini ikan cuap-cuap, mangap-mangap karena kekeringan air yang langsung kau tangkap untuk dibawa pulang dan bisa kau santap!" rutuk Eyrin di hati.

Jujur saja, sungguh Eyrin gamang sekarang. Namun, meski begitu, sejujurnya dorongan lain di hatinya membuat ia menikmati kebersamaan mereka kali ini. Haru membaluti seluruh dari hatinya karena merasa sedang diperjuangkan lelakinya sekarang. Wanita mana yang tak suka itu?

Mobil kembali membawa mereka ke apartement. Sampai di sana, tak sedikitpun pria itu memberi Eyrin celah untuk pergi. Dia terus memposisikan diri agar Eyrin tetap di sampingnya.

Sampai ke ruang tamu.

"Ger, aku tunggu di sini." Tangan Eyrin menahan dan minta dilepaskan.

"No, ayo ikut aku ke kamar."

Mata Eyrin kembali terbelalak. "Ck, kamu bi—"

Dua insan itu saling adu kekuatan di tangan antara dilepas atau tetap mengikat. Pergulatan itu masih berlanjut saat tiba-tiba ada suara langkah ketukan sepatu datang bersama panggilan.

"Tiger."

Aktifitas Eyrin dan Tiger terjeda seraya menuju ke asal suara. Eyrin terhenyak dan entah bagaimana jantungnya langsung nyeri saat sadar benar yang ada di sana adalah seorang wanita cantik dengan rambut ikal kecokelatan juga fashion modis yang membuatnya terlihat sangat segar. Lalu entah mengapa, denyut-denyut yang tadi mulai kembali mengkonstruksi di hati, tumbuh, kali ini terasa patah. 

💔💔💔

Nggak suka, tapi lihat wanita lain langsung sesak dada, menderita 💔🥲

Apa namanya coba?

Guys, tinggalkan jejak di voteman, ya. Makasi.

Sampai ketemu di part selanjutnyaaaa ☺☺☺

Medan, 25 Februari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top