[P] - Dive
"Ada yang lebih manis dari ini... Noona mau?"
Mendengar itu Hyunjung langsung menutup wajah Doyoung, lalu bertanya, "Kau lupa kita sedang berada di mana?"
Dari balik tangannya, Hyunjung bisa merasakan kalau Doyoung tengah tersenyum. Kemudian pria itu menggenggam pergelangan tangan sang gadis, lalu mencium lembut telapak tangan tersebut.
"Mau pulang sekarang?" tanya Doyoung.
Hyunjung menangguk, mereka pun masuk ke dalam kamar. Sesaat nampak dia mengamati isi kamar pria itu. Hyunjung pikir hanya Jungwoo satu-satunya pria yang sangat menjaga kerapihan kamarnya melebihi seorang wanita, tapi ternyata hari ini dia menemukan satu pria lagi, dan itu Kim Doyoung.
Tadi saat pertama kali Hyunjung masuk, dia tidak memperhatikannya sama sekali karena dirinya langsung menuju balkon. Terlihat semua barang yang ada di dalam tertata dengan rapi. Ruangan yang didominasi warna navy itu juga memiliki aroma wangi khas sang pemilik.
Saat Hyunjung memperhatikan isi kamar itu, tidak sengaja matanya melihat ke arah sebuah rak lemari berwarna putih yang berada di samping meja belajar. Gadis itu pun mendekat dengan tatapan takjub.
Rak lemari itu dipenuhi banyak album musik, tersusun rapi berdasarkan gelap-terang warna dari album-album tersebut.
"Wah, ipued...." Ucapan gadis itu tergantung sebab dia menemukan sesuatu yang taka sing baginya. Spontan Hyunjung mengambil sebuah album dengan foto tangan yang sedang menangkup hati.
"Ini..." ucap gadis itu sembari natap ke arah Doyoung.
Doyoung yang terlihat sedang mencari sesuatu pun menoleh. "A~ Waktu itu Jungwoo yang memberikannya kepadaku... Waeyo?"
"A-ani..." Dasar payah! Hal seperti ini saja sudah langsung membuatmu kelewat senang, sambung Hyunjung dalam hati sambil menaruh kembali album tersebut, yang tak lain dan tak bukan album debutnya sebagai WJSN.
Tepat setelah Hyunjung mengambilkan album, tiba-tiba ada sepasang sarung tangan warna hitam terulur ke arahnya.
"Cuacanya dingin, pakailah," kata Doyoung.
Hyunjung pun menerimanya. "Gumawo." Kemudian langsung memakainya.
Setelah mengunci pintu kamar, Doyoung dan Hyunjung pamit pulang ke sang Ibu. "Kami pulang dulu, Eomma. Selalu jaga kesehatan, jangan sampai kelelahan, eoh?"
"Kau ini selalu saja mengomeli Eomma," Ibu Doyoung berdecak, lalu wanita itu memberikan kotakan yang sudah dibungkus kain ke Hyunjung, "bawalah ini, kau harus makan yang banyak."
"Kamsahamnida, Eommo-nim," ucap gadis itu.
Kemudian Ibu Doyoung memeluk Hyunjung sejenak. Setelah itu mengusap bahu anaknya, "Pastikan kau mengantarnya dengan aman. Hati-hati di jalan."
Doyoung mengangguk, lalu mencium kening ibunya. "Kami pergi, Eomma."
Dalam perjalanan pulang, terlihat Doyoung berjalan di depan dan sang gadis mengikutinya di belakang. Menyadari hal itu, dia pun berhenti, lalu menoleh ke belakang.
"Wae? Kakimu sakit?"
Nampak Hyunjung sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, gadis itu menggelengkan kepala. "Tidak, aku baik-baik saja."
Doyoung terdiam sesaat sebelum pada akhirnya berbalik ke belakang kemudian mengaitkan jemarinya dengan jemari milik tangan Hyunjung.
"Ayo, sudah malam."
Tidak terasa akhirnya mereka sudah berada di gang menuju dorm Hyunjung.
"Sampai di sini saja," ucap gadis itu tiba-tiba.
Seolah paham dengan maksud Hyunjung. Doyoung mengangguk singkat, lalu pamit. "Kanda,"
"Hati-hati di jalan."
Namun Doyoung tidak langsung pergi, pria itu menatap Hyunjung sejenak sebelum pada akhirnya dia melangkah pergi.
"Terima kasih untuk hari ini," monolog Hyunjung sambil melihat punggung pria itu yang semakin menjauh.
Sesampai di dorm, gadis itu langsung membuka pembungkus dari kotakan yang dia bawa dari rumah Doyoung. Ketika sampul itu terbuka, terlihat ada 3 kotak transparan dengan isi yang beragam, salah satunya terdapat kue yang tadi dia bikin bersama Ibu dari pria yang mengantarnya pulang. Hyunjung pun langsung memasukannya ke kulkas milik bersama, kemudian masuk ke dalam kamar.
Selepas menutup pintu kamar, gadis itu melepas sarung tangan hitam yang dia kenakan, sejenak dia menatap benda itu, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya dan terlihat sepasang sarung tangan berwarna maroon. Tanpa sadar Hyunjung tersenyum lebar melihat kedua pasang sarung tangan tersebut.
∞∞∞
Setelah hari itu, mereka tidak saling berhubungan bahkan hanya sekedar chatting-an. Hal itu dikarenakan keduanya sedang sibuk-sibuknya dengan kegiatan masing-masing. Seperti halnya saat ini, terlihat Hyunjung sedang berlatih skill dance-nya sendirian di practice room, gadis itu bahkan sudah 3 jam berada di ruangan itu.
Ketika gadis itu hendak minum. Tiba-tiba handphone-nya berbunyi nada panggilan khusus.
Hyunjung pun langsung mengambil benda persegu panjang itu, lalu nekan tombol hijau lalu menggesernya.
"Yeobose—"
"Noona..." terdengar perkataan itu terjeda karena suara cegukan dari orang itu, "eodiga?"
Dengan alis yang berkerut Hyunjung langsung mengambil jaket, masker serta sling bag-nya, lalu keluar dari ruang latihan. "Kirimkan lokasimu sekarang dan tunggu aku sampai datang."
Ketika Hyunjung turun dari bis, sorot matanya berubah sendu saat melihat seseorang duduk di halte bis dengan kepala yang menunduk dalam. Sejenak dia melihat jam di handphone-nya, pukul 11 lewat 14 menit, ternyata sudah hampir larut malam.
Kemudian Hyunjung berjalan mendekati, lalu menekukkan kedua lututnya di depan orang itu. Tanpa sadar tangannya terangkat untuk mengelus pelan surai hitam itu. "Maaf membuatmu menunggu."
Orang itu perlahan mendongakkan kepalanya menatap Hyunjung dengan pandangan kosong. Terlihat orang itu meremas baju bagian dada kirinya, disusul dengan sebulir air yang lolos dari pelupuk matanya.
"Setiap hari di sini selalu sesak."
Tangan Hyunjung mengusap air mata orang itu sambil berkata, "Doyoung-ah."
"Sepertinya satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa sesak ini dengan ma—"
Tidak ingin mendengar lanjutan dari kalimat itu, tangan Hyunjung yang semula berada di pipi Doyoung berpindah ke tenguk belakang lalu membawa pria itu pada satu ciuman yang begitu dalam. Terlihat seolah Hyunjung ingin memotong bahkan jika bisa menghilangkan kata lanjutan itu.
Di sisi lain, Doyoung pun membalas ciuman tersebut dengan beberapa pagutan kecil. Beberapa menit, Hyunjung mengakhirinya ciuman mereka, gadis itu berdiri sambil menarik tangan Doyoung.
"Kita harus pergi dari sini."
Dengan langkah yang terburu-buru mereka menyusuri koridor hotel dan masuk ke salah satu unit dengan nomor 207. Doyoung memeluk Hyunjung erat begitu pintu tertutup di belakang mereka.
Gadis itu berbisik pelan, "Doyoung-ah."
Kemudian, Doyoung mengangkat wajah Hyunjung, lalu mendekatkan wajahnya sendiri dan menciumnya dalam.
Hyunjung spontan meletakkan kedua tangannya di sisi bahu pria itu, sebelum menyusup ke belakang lehernya untuk menariknya lebih rapat. Bahkan gadis itu bisa mengecap alkohol yang tersisa dari bibir Doyoung. Rasanya sedikit berbeda dengan yang biasa dia minum, kali ini membuat gairahnya jadi ikut bergejolak, rasanya semakin sulit untuk menahan diri. Tubuh gadis itu berteriak menginginkan lebih.
Pagutan demi pagutan terasa begitu intens, lidah mereka bersentuhan saling memanjakan seolah membentuk pusaran memabukkan yang membuat mereka semakun larut.
Hyunjung merasakan tubuhnya gemetaran ketika tangan hangat memegangi wajahnya, mulai berpindah ke bajunya, lalu merayap di sepanjang lengannya, memeluk pinggangnya. Sementara tangan lainnya telah menemukan gundukan lembut di dada Hyunjung, membuat sang gadis mengeluarkan erangan kecil yang teredam di bibir mereka yang masih terpaut, di saat Doyoung meremasnya pelan.
Pria itu termenung manakala merasakan Hyunjung tiba-tiba melepaskan diri. Namun, gadis itu tersenyum lembut sebelum. Tanpa melepaskan tatapannya pada Doyoung, perlahan tangannya melepaskan seluruh pakaian bagian atasnya, membiarkan tergeletak begitu saja di lantai.
Dan ketika Hyunjung kembali menutup jarak di antara mereka, kontrol keduanya terlepas sepenuhnya dan membiarkan hasrat yang mengambil alih semuanya. Doyoung kembali memeluk Hyunjung erat, merasakan kulit halus gadis itu di bawah sentuhannya.
"Nghh.. Kimh Do..younghh," desahan itu terdengar lagi, membuat Doyoung melepaskan sesapannya pada bahu Hyunjung, meninggalkan bercak kemerahan, kemudian mencium bibir itu lagi dengan gairah besar.
Tanpa sadar, Hyunjung membuka bibirnya, membiarkan lidah mereka kembali bertemu dalam gerakan yang sedikit agresif sembari dia menyusupkan tangannya di balik hoodie dan kain lapisan dalam pria itu. Doyoung pun membantunya meloloskan semua pakaiannya dari atas kepalanya. Kemudian Hyunjung kembali mendekat, lalu mengecup dada bidang itu, di sepanjang tulang rusuknya lalu perutnya.
Doyoung bernafas keras ketika merasakan jemari Hyunjung berhenti di garis pinggang celananya, dengan perlahan gadis itu melepaskan kancingnya.
"Mnghh,"
Keduanya tidak begitu ingat bagaimana lembar demi lembar kain yang menghalangi mereka akhirnya tersingkap sepenuhnya. Sebab di saat berikutnya, Hyunjung merasakan dirinya sudah terbaring di atas bantal dengan tubuh Doyoung yang merangkumnya dari atas. Gadis itu memejamkan kedua matanya, dan mendesah, menikmati sensasi dari kehangatan kulit mereka yang saling bersentuhan.
Hyunjung mengigit bibirnya manakala merasakan sentuhan bibir serta lindah Doyoung di sepanjang garis rahang, leher, pundak, perutnya, kemudian ke.... Demi apapun, baru kali ini Hyunjung merasa begitu dekat dengan Doyoung.
Gadis itu merasakan nafasnya terasa semakin berat bersamaan dengan hasratnya yang meninggi karena sentuhan Doyoung. Kedua tangannya mencengkram bantal dengan erat ketika merasakan sentuhan itu sampai di sana, miliknya yang paling berharga. Kepala Hyunjung semakin mendongak ke atas, kedua matanya terpejam rapat, dan di detik berikutnya erangan itu terlepas dari bibir merahnya—yang setengah bengkak—tatkala Hyunjung mencapai puncaknya untuk pertama kali.
Sejenak pria itu menatap dalam Hyunjung. Seolah paham, gadis itu menyusup ke belakang leher Doyoung, menariknya mendekat hingga dahi mereka saling bersentuhan.
"Aku baik-baik saja."
Kemudian Doyoung meletakkan tangannya di atas tangan Hyunjung lalu mengaitkan jemari mereka.
"Aku menginginkanmu..."
Dan untuk kesekian kalinya bibir mereka kembali menyatu ke dalam sebuah ciuaman dalam yang terasa mengebu-gebu, bersamaan dengan satu hentakan ketika Doyoung memasuki sisi terdalam milik Hyunjung —kemudian disusul dengan darah yang mengalir di sisi selangkangnya—erangan pun terlepas dari keduanya tertahan di dalam bibir mereka yang masih saling terpaut. Tubuh mereka pun mulai bergerak dalam harmonisasi yang membuat kedua insan itu semakin terbuai. Nafas berat mereka menyatu bersamaan dengan erangan dan desahan yang terlepas dari bibir mereka. Lagi dan lagi, penyatuan fisik ini nampak semakin memanas.
Terlihat Doyoung memeluk Hyunjung lebih rapat dari sebelumnya. Dan di detik berikutnya, setitik kristal bening lolos dari sudut mata Hyunjung manakala tepat di saat dia merasakan sesuatu mengalir di dalam dirinya.
Kim Doyoung, si pria itu, berkata,
"Heeyoung-ah..."
Kemudian tubuh pria itu jatuh sepenuhnya menindih tubuh Hyunjung.
Gwenchana Hyunjung-ah... gwenchana.
[n.s]
Sekali lagi, cerita ini sudah Nolan kasih peringatan yaa dari jenis cerita yang si setting adult lalu di intro, jadi di chapter ataupun di dalam naskah tidak akan Nolan kasih tanda trigger... yang belum cukup umur silahkan menjauh.. please be wise!
So, How? Next?
The Strongest Women
Asalkan, dia bisa bersamaku.
Apapun itu, tidak masalah.
Aku baik-baik saja.
-Hyunjung-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top