[P] - Desire

Perlahan kelopak mata Hyunjung terbuka. Dalam keadaan setengah sadar, tangan gadis itu meraba-raba nakas—mencari benda yang sejak tadi terbunyi. Namun, ternyata itu bukan handphone-nya, melainkan milik seseorang yang masih tertidur lelap di sampingnya.

Ya, benar.

Kim Doyoung.



Hyunjung yang sudah tersadar sepenuhnya memutar badan menghadap pria itu. Dia tersenyum tipis melihat Doyoung terlelap dengan bibir yang sedikit terbuka. Membuat gadis itu tidak bisa menahan keinginannya untuk menyentuh surai hitam tersebut. 

Tangan Hyunjung terangkat mendekat sisi atas. Namun, pergerakan berhenti, dengan cepat dia menarik tangannya dan memutar badannya membelakangi pria itu.

Apa yang kau lakukan Hyunjung pabo-ya, rutuknya dalam hati.

Nafas Hyunjung mendadak jadi tidak beraturan, jantungnya berdegub kencang seperti ingin keluar. Gadis itu menyentuh dada bagian kiri, tiba-tiba dia kembali teringat akan kejadian tadi malam.


Selepas dari Sungai Han, mereka berdua mencari penginapan terdekat. Sesampainya di kamar dan mengunci pintu, Doyoung kembali menarik pinggang kecil Hyunjung agar semakin merapat.

Mata kelincinya menatap bibir merah itu. "No—"

"Jangan panggil aku Noona," potong Hyunjung tersenyum miris.

Perlahan Doyoung memajukan wajahnya ke depan lalu meraup bibir Hyunjung dengan hati-hati. Namun, kelembutan itu hanya sebentar, dengan cepat lumatan pria itu berubah menjadi lebih kasar dan sedikit emosional.

Gadis itu mengerang saat merasa pasokan udaranya kian menipis. Bibir yang sebelumnya sudah luka akibat ciuman mereka saat di Sungai, kembali terasa perih. Tapi bukannya minta berhenti, justru bibir Hyunjung semakin memperdalam lumatan di antara mereka dan sesekali memberi sedikit jilatan pada bagian bawah bibir pria itu.

Tampaknya Doyoung sudah diambang batas kesabaran. Dia mengangkat kedua paha gadis itu, lalu menahannya di pinggang. Pria itu mendesis, "Kaitkan, jangan sampai lepas."

Hyunjung pun menurut dan mengaitkan kedua kakinya di punggung pria itu. Kemudian, Doyoung membawa tubuh gadis itu menuju ranjang tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Ketika kaki Doyoung menyentuh sisi ranjang, perlahan dia pun menurunkan tubuhnya lalu mendudukan Hyunjung di pinggir ranjang dan menyudahi ciuman panas mereka.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, tangan kanan Doyoung kembali menyentuh wajah Hyunjung, mengusap pelan pipin putih itu lalu memberinya kecupan basah. Sedangkan tangannya yang lain perlahan masuk ke dalam hoodie berwarna ungu dan menariknya ke atas, menyisakan Hyunjung dengan tank top berwarna putih.

Doyoung tertegun saat melihat penampilan gadis di hadapannya. Matanya tertuju ke pundak kanan gadis itu, dia bisa melihat dengan jelas. Ada tulisan yang terukir di bagian selangka milih Hyunjung, 'Love is Beautiful Pain'. Tato itu ditulis dengan style miring bersambung.

Tanpa sadar tangan Doyoung menyentuh tulisan itu, lalu pria itu bergumam, "Maja."

"Doyoung-ah?" panggil Hyunjung yang menyentuh lengan kanan pria itu.

Mata Doyoung perlahan terpejam. Wajahnya mendekat ke leher gadis itu lalu menyesapnya dengan dalam, membuat Hyunjung kembali merasakan gelombang nikmat yang tiada tara.

"Mmhh," desah Hyunjung dengan napas yang tertahan.

Tak hanya sampai di situ, gadis itu merasakan tangan Doyoung mulai masuk ke dalam tank top-nya, lalu mengusap-ngusap bagian sekitar punggungnya.

"Do-doyoung-ah."

Setelah desahan itu keluar, tiba-tiba tubuh Doyoung ambruk hingga menindih tubuh Hyunjung. Kemudian, pria itu menarik sang gadis ke dalam pelukannya. Selang sedetik terdengar suara isakan.

"Mi-mianhe, jeongmal mi-mianhe," ucap Doyoung terbata-bata, "mianhe Heeyoung-ah."

Mendengar itu, membuat Hyunjung tanpa sadar meremas seprei ranjang. Lalu tangan gadis itu terangkat mengusap pundak Doyoung.

"Gwenchana, Doyoung-ah ... uljima, jebal."


Lamunan Hyunjung seketika buyar saat dia merasakan sepasang tangan yang memeluknya dari belakang dan mengecup pundak belakangnya. Kim Doyoung—orang itu—memutar tubuh Hyunjung menghadapnya dan menatap kedua netra gadis itu.

"Tidurmu nyenyak?" tanya Hyunjung.

Bukannya menjawab, Doyoung hanya tersenyum singkat lalu menarik Hyunjung ke dalam dekapannya.

Hal itu jelas membuat Hyunjung kembali gugup. Gadis itu berdeham lalu berkata, "Kau pulanglah lebih dulu, setelah itu baru aku."

Pria itu menggelengkan kepalanya dan semakin merapatkan pelukan mereka, "Nanti saja, aku masih mau tidur."


∞∞∞

"Aku pulang."

Doyoung melepaskan sepatunya lalu meletakkannya di tempat penyimpanan barang. Johnny yang sedang menonton TV menoleh ke sumber suara.

"Kau baru pulang?"

"Uhm," respon Doyoung. Pria itu berjalan menuju kamar, tiba-tiba Haechan keluar dari kamarnya.

"Eoh, Hyung, kau dari mana saja? Aku mencarimu mulai tadi."

Doyoung menggeser tubuh Haechan. "Minggir, aku mau masuk." Pria itu pun masuk ke kamar, menutup pintu, lalu menguncinya.

Buru-buru Haechan mendekati Johnny—yang sejak tadi memperhatikan mereka—dengan ekspresi heran bercampur takut.

"Hyung?"

Johnny menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tau, padahal kau belum bilang kalau ice cream vanilanya kau habis—"

"Bukan itu Hyung," sela Haechan, sesaat pria itu terlihat ragu, "aku mencium parfume perempuan saat berhadapan dengan Doyoung Hyung."

"H-hah?"


Di sisi lain, setelah mengunci pintu. Doyoung terduduk, pria itu melipat kedua kaki di depan lalu menenggelamkan wajahnya di tumpuan itu. Sekuat mungkin dia menahan suara isakannya agar tidak terdengar.

Jeongmal mianhe.



[n.s]

Masih ada yang nungguin lapak ini?? Hehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top