Bagian 3

Survey!
Wkwkwk.... Yang sudah baca lapak Radith/upgrade siapa nih?

Jangan lupa tap love ya friends. Biar penulisnya makin rajin update.😅😅😅

###

"Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini, Ver?" Sambutan yang sungguh luar biasa. Verlita mau tak mau mengulas senyum pongahnya.

"Kejutan untuk suamiku yang tercinta," balas Verlita yang mendapatkan dengusan dari sang suami.

"Apa maumu?" tanya Radith tanpa basa-basi.

"Seharusnya aku yang bertanya. Apa mau mu? Dengan seenaknya mengirimkan benda sialan itu ke rumah orang tuaku."

"Kalau tidak aku kirimkan ke sana lalu ke mana? Kamu tidak ada di rumah. Ke apartemen kamu pun belum tentu akan kamu terima, karena kamu berjalan-jalan kesana kemari sok sibuk mengurus factory outlet sialanmu itu."

"Aku bekerja. Kamu tahu itu."

"Iya, aku tahu. Bahkan saking sibuknya berpetualang di luar sana, kamu menelantarkan suamimu."

"Demi tuhan, Dith. Kamu bukan balita yang harus aku urus semua kebutuhanmu. Ada asisten kamu di kantor bahkan ada orang-orang yang bisa melayani semua kebutuhan kamu di rumah," jawab Verlita geram. Sungguh selalu hal itu yang dikeluhkan suaminya. Bahkan sejak tiga tahun lalu saat cobaan yang sama menerpa mereka hingga dengan berat hati Verlita memutuskan berhenti dari dunia modelling yang ia cintai bahkan sejak ia remaja.

"Termasuk kebutuhan biologisku kamu pasrahkan kepada orang lain? Menarik sekali," cibir Radith yang seketika membuat Verlita bungkam namun tak berlangsung lama karena wanita itu kembali membuka mulutnya.

"Kamu melemparkan semua kesalahan hanya kepadaku. Kamu cuma mengkambing hitamkan aku. Padahal sebenarnya kamulah yang berulah. Alasan kamu mengajukan gugatan karena kamu sudah menemukan mainan baru."

Kalimat Verlita mampu memukul Radith telak. Pria itu membeku namun detik berikutnya mengukir senyuman. "Jangan mencari-cari alasan, Ver. Hubungan kita sudah tak terselamatkan. Kebahagiaan kamu bukan lagi aku. Kebahagiaan kita bukanlah dengan bersama. Kamu menikmati saat-saat diluar sana. Sedangkan aku lebih suka berada di rumah."

"Omong kosong."

"Aku sudah tidak muda lagi, Ver. Aku ingin setiap pulang ke rumah setelah seharian bekerja ada seseorang yang menungguku. Menjadi sandaranku kala aku lelah. Mau mendukungku dan berbagi keluh kesah denganku."

"Kamu terlalu melankolis. Sejauh ini kamu baik-baik saja."

"Karena aku berusaha baik-baik saja. Namun saat ini aku sudah tak mampu lagi melakukannya. Aku ingin seperti pasangan normal lain. Hanya itu. Namun keinginan itu tidak ada dalam rencanamu."

"Aku akan mengurangi jadwalku. Kita perbaiki ini."

Gelengan lemah Radith berikan.

"Tidak ada kata Kita lagi, Ver."

"Siapa wanita itu?" Tak ada respons dari pertanyaan Verlita. "Siapa mainan baru kamu? Sebenarnya itu kan alasan kamu kembali mengajukan gugatan sialan itu?"

"Tidak ada siapa-siapa, Ver. Kamu tahu sendiri sejak dulu aku bukanlah pria yang brengsek. Yah, meskipun kamu sering mengabaikanku."

"Kamu berbohong, Dith. Aku tahu ada orang lain yang kamu sembunyikan," desak Verlita tak mau kalah. Ia sudah mengantongi sekelumit informasi meskipun hal itu masih belum dilengkapi bukti yang nyata.

"Tidak usah mengada-ada, Ver. Tidak ada orang lain yang membuatku mengambil keputusan ini. Jika kamu lupa, berkas itu sudah terkirim dua bulan lalu ke rumah orang tua kamu. Dan kamu baru memedulikannya sekarang. Kemana saja kamu selama ini? Kenapa tidak mendatangiku dua bulan lalu?" Verlita bungkam. Benar yang Radith katakan. Berkas gugatan perceraian itu sudah dua bulan lalu tiba di rumah orang tua Verlita. Asisten rumah tangga di sana juga sudah pernah menyampaikan hal itu, namun karena kesibukan yang luar biasa dan secara kebetulan ia sedang berada di luar kota selama berminggu-minggu, Verlita akhirnya mengabaikan berkas-berkas itu alih-alih menghubungi Radith dan membahas masalah mereka.

Ia bahkan melupakan berkas sialan itu hingga pada akhirnya satu minggu yang lalu Radith menghubunginya lalu meminta bertemu dengan Verlita.

Benar-benar pasangan aneh. Berminggu-minggu tak bertemu bahkan tak bertegur sapa ataupun saling berkomunikasi adalah hal yang sudah biasa mereka lakukan. Memang sangat wajar jika akhirnya Radith yang berinisiatif terlebih dahulu mengakhiri hubungan yang sudah tak terselamatkan itu. Namun Verlita masih belum bisa mengikhlasnya itu semua. Ia masih tak rela jika harus kehilangan Radith dan perlindungannya.

"Aku sibuk. Aku harus mengunjungi beberapa cabang demi memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Aku sudah berusaha keras untuk hal itu. Seharusnya kamu mengerti."

"Kamu lebih memilih memastikan setiap pembukaan cabang Factory outletmu berjalan dengan lancar dari pada memastikan suamimu sudah terurus atau tidak." Radith kembali mengulang hal yang sama. Membuat Verlita kembali berdecak tak sabar. Menyadari jika apa yang akan ia hadapi di depan sana ternyata akan begitu berat. Berat karena ia tak ingin melepas mimpi-mimpinya sedangkan Radith sudah tak memiliki kesabaran untuk dirinya lagi. Pria itu sepertinya sudah benar-benar tak mampu lagi Verlita kuasai.

Jika dulu, tiga tahun lalu saat hal yang sama mereka hadapi, mereka akan bertengkar dan saling melontarkan apa yang tersimpan di otak dan hati mereka. Hal yang justru membuat hubungan mereka pada akhirnya membaik karena masing-masing pihak telah menyampaikan isi hatinya dan bersama-sama mencari solusi. Namun kini, semuanya jauh berbeda. Radith sudah tak tertarik lagi untuk berdebat apalagi bertengkar. Pria itu justru terlihat tenang dan berusaha seminimal mungkin menunjukkan emosinya. Kalimat-kalimat yang ia lontarkan pun tak ada yang bernada emosi berlebihan tapi justru terdengar dingin dan datar. Hal yang membuat Verlita lebih ketakutan.

"Apapun yang terjadi, aku tidak akan mengakhiri ini semua. Sejauh ini kita baik-baik saja. Kita akan bisa menghadapi ini seperti tiga tahun lalu dan kemudian kembali berbahagia."

Gelengan Radith kembali terlihat. "Tidak ada yang berbahagia setelah tiga tahun lalu, Ver. Kamu jangan menutup mata. Kita saling terpaksa menghadapi pernikahan ini. Aku sudah berusaha keras menerima apa yang terjadi namun aku sudah tak mampu lagi. Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Aku mengambil keputusan ini setelah berpikir berbulan-bulan. Lebih baik kita mengambil jalan tengah. Kamu berhak bahagia begitupun juga denganku. Kali ini bahagia kita bukan dengan bersama. Lebih baik diakhiri sekarang dari pada saling menyakiti di belakang."

"Kamu mengatakan hal itu karena kamu sudah menemukan mainan baru."

"Tidak! Berulang kali aku katakan kamu salah. Tidak ada siapapun yang menyusup di antara kita. Aku jamin itu."

"Kamu munafik, Dit. Padahal saat ini kamu sudah membawa mainan barumu ke mana-mana."

"Terserah apa pendapatmu. Yang penting aku tidak pernah berbuat curang di belakang kamu." 

Verlita masih tak mempercayai ucapan suaminya. Entah apakah masih bisa disebut sebagai suaminya jika nyatanya pria itu sudah mengajukan gugatan perceraian kepadanya. Mungkin, calon mantan suami lebih tepat. Itupun jika ia merelakan kepergian pria itu tapi jika tidak, pria itu akan selamanya berada di sisinya. Dan nyatanya hal itulah yang Verlita inginkan meskipun ia tahu saat ini hal itu adalah hal yang begitu berat ia raih.

"Kenapa kamu pulang, Ver?" Radith mengalihkan topik pembicaran mereka yang beranjak panas. Pria itu heran, kenapa istrinya tiba-tiba saja muncul di kantor tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Kamu tidak suka dengan kedatanganku? Merasa diawasi, heh?" sinis Verlita.

"Kalau kamu tidak mau menjawab tak masalah." Radith berjalan menuju meja kerjanya. Mendudukkan dirinya di kursi yang semula Verlita duduki.

"Aku ingin membahas berkas sialan itu."

"Hanya itu? Tak mungkin." Radith menyunggingkan senyum mengejek. Ia tahu Verlita tak akan membuang-buang waktu hanya untuk membahas urusan pribadi. Pasti ada hal lain yang ia kerjakan. Begitulah istrinya.

"Mengunjungi makam mama dan papa, tentunya," lanjut Verlita.

"Lalu?" Radith masih mengejar.

"Sudahlah, Dith. Kamu terlalu banyak bertanya!" kilah Verlita.

"Nah, di sanalah kesalahan hubungan kita. Kita bahkan tidak tahu kegiatan masing-masing. Apakah pasangan normal di luar sana seperti ini? Akuilah, Ver. Hubungan kita sudah tak terselamatkan sejak tiga tahun lalu. Secara hukum kita memang masih berstatus suami istri tapi di sini," Radith menunjuk dadanya sendiri, "kita sudah menjadi dua orang asing yang tak mengenal satu sama lain."

###
Friends. Intip juga lapak si Radith yes. Si bapak ada di lapak upgrade.

###
Nia Andhika
12112021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top