Bagian 2

Sebelum baca, tap love dulu ya sayangkuuu..... Biar penulisnya gak males update.

###

"Kita langsung ke kantor Bapak saja!" perintah Verlita begitu ia duduk di jok belakang mobil yang menjemputnya. Sopir yang bekerja di rumah mendiang orang tuanya yang menjemputnya di bandara siang ini. Rumah itu sebenarnya kosong. Kakak Verlita dan keluarganya tidak tinggal di sana. Namun rumah kosong itu tetap dihuni oleh seorang sopir yang merangkap sebagai penjaga rumah dan seorang asisten rumah tangga yang bertugas merawat rumah. Verlita sengaja tidak menghubungi sopir Radith. Ia tak ingin pria itu mengetahui kedatangannya.

"Baik, Bu," ucap pria yang duduk dibalik kemudi. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang dan satu jam kemudian mobil yang ia naiki sudah memasuki area parkir kantor Radith, suami Verlita. Pria itu meskipun berdomisili di Malang namun berkantor di Pasuruan.

Saat mobil telah terparkir sempurna, Verlita masih tak menggerakkan tubuhnya untuk keluar mobil dan melanjutkan rencananya, mengangetkan sang suami. Ia masih terdiam sambil berpikir. Apakah tindakan yang akan ia lakukan akan berguna ataukah hanya sia-sia. Sejauh ini ia sama sekali tak tahu sepak terjang suaminya selama di kantor. Ia juga begitu jarang mendatangi sang suami di kantornya. Masih banyak hal yang lebih penting yang harus ia kerjakan dibanding hanya mengekor Radith ke manapun pria itu pergi.

Lima belas menit kemudian setelah Verlita merapikan penampilannya ia pun meraih tas yang tergeletak di sisinya. "Kamu tunggu aja di sini, kalau mau makan siang kamu bisa ke kantin di belakang." Verlita mengulurkan selembar uang kepada sopir di depannya sebelum akhirnya bergegas menuju lobi kantor. Senyum angkuh mulai ia pasang saat beberapa orang yang berpapasan dengannya dan menyapa. Gadis yang bekerja di balik meja resepsionis, mengangguk sopan mengatakan jika Radith sedang di luar kantor. Verlita melontarkan ucapan terima kasih dan mengatakan akan menunggu sang suami di ruangannya.

Di depan ruangan sang suami, sekretaris pria itu tampak menekuri komputer di hadapannya. Verlita berdeham demi menarik perhatian wanita itu, dan berhasil. Monica, sekretaris suaminya itu mengangkat pandangannya.

"Bu Verlita!" ucap wanita itu dengan sorot kaget. "Selamat siang. Apa kabar, Bu?" lanjut Monica. Wanita itu seketika bangkir dari kursinya.

"Kabar saya baik. Oh ya, Radith katanya keluar?" Verlita bertanya tanpa basa-basi.

"Iya, Bu. Beliau tadi rapat di luar namun saat ini sedang makan siang.Ibu sebelumnya tidak menghubungi Pak Radith jika akan ke sini?" Tebakan sekretaris Radith begitu tepat namun Verlita enggan mengakui.

"Kebetulan saya lewat kantor dan memutuskan mampir, jadi saya tidak mengabari Radith jika akan ke sini." Jawaban Verlita tidak sepenuhnya bohong kan? Kemarin, alih-alih memesan tiket untuk penerbangan ke Malang, Verlita justru memutuskan untuk ke Surabaya. Entah kenapa hal itu terasa lebih menarik di otaknya. Ia ingin membuat sedikit kejutan kepada suaminya. Jika beruntung, mungkin ia bisa menemukan bangkai yang telah disimpan suaminya. Tak ada salahnya ia mencoba kan?

"Oh, ya, kok kamu tidak ikut rapat?" tanya Verlita memandang lekat wanita di depannya. Mencoba mengukur dan mengamati wanita itu. Tidak mungkin jika Radith bermain-main dengan wanita ini. Meskipun memiliki paras yang lumayan cantik, namun penggambaran penjaga rumah peristirahatan Radith dua hari lalu tentu bukan wanita seperti sekretaris Radith ini yang telah Radith bawa ke rumah peristirahatannya.

Wanita ini sepertinya seumuran dengannya, sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Yah, meskipun hal itu tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk berselingkuh, tapi ia tahu bagaimana selera Radith terhadap wanita. Wanita itu sudah pasti jauh di atas Verlita.

"Saya tadi mendampingi beliau, tetapi setelah rapat selesai, saya langsung kembali ke kantor." Verlita mengangguk mendengarkan jawaban Monica.

"Jika Ibu berkenan menunggu silakan masuk. Saya pesankan minuman atau mungkin makan siang." Monica dengan lugas menawari istri orang nomer satu di kantornya itu.

Setelah menimbang sejenak akhirnya Verlita mengiyakan. Wanita itu memang melewatkan sarapannya dan hingga saat ini masih belum menelan apapun kecuali minuman yang ia teguk di pesawat. Wanita itu akhirnya mengiyakan menu yang Monica tawarkan untuk ia pesan, termasuk pencuci mulut yang nantinya bisa ia nikmati jika Radith sudah tiba di kantor.

Setelah memastikan semua pesanan Verlita tercatat, Monica mempersilakan wanita itu menunggu suaminya di ruangannya.

Saat pintu tertutup di belakangnya, Verlita mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ruangan ini masih sama seperti terakhir kalinya ia ke tempat ini. Tak satupun ada yang berubah, kecuali mungkin ia tak terlalu memperhatikan isi ruangan Radith.

Perlahan, ia mendekati meja kerja sang suami. Meletakkan tasnya di sana dan duduk di kursi kebesarannya.

Lima menit kemudian sebuah ide terlontar dari otaknya. Radith pasti menyimpan kebusukannya di ruangan ini. Entah apapun itu ia pasti bisa menemukannya.

Akhirnya ia menegakkan punggung setelah tadi bersandar pada sandaran kursi kerja Radith. Tangannya bergerak lincah menarik laci demi laci di meja kerja Radith. Namun nihil. Ia tak mendapatkan apapun. Hanya kertas yang bisa ia pastikan dokumen-dokumen yang hanya berisi pekerjaan Radith yang ada di sana.

Ia pun tak menyerah. Verlita bangkit dari kursi lalu melangkah ke belakang meja kerja Radith. Tempat sebuah lemari berisi berkas atau apapun itu berada. Ia menyapu pandangannya di sana. Namun kali ini sama. Tak ada sesuatu yang bisa menarik perhatiannya.

Mungkin Radith terlalu pintar menutupi perselingkuhannya. Atau mungkin juga pria itu tak menyimpan bukti apapun di kantornya. Bodoh. Ia benar-benar merasa dibodohi oleh pria itu. Ia harus lebih gesit memahami situasi agar apapun yang pria itu lakukan akan selalu bisa ia jangkau.

Tiga puluh menit kemudian, Verlita yang sudah bosan mencari-cari bukti perselingkuhan Radith di seluruh ruangan akhirnya hanya duduk dengan malas di kursi kerja Radith hingga sebuah ketukan terdengar dan tak lama kemudian Monica memasuki ruangan dengan sebuah nampan besar berisi kotak-kotak yang ia pastikan adalah menu yang ia pesan.

Di belakang wanita itu, mengekor seorang gadis belia yang membawa nampan berisi jus tanpa gula yang telah ia pesan.

Alis Verlita bertaut. Siapa gadis muda itu? Ia belum pernah melihatnya. Apakah karyawan baru? Ia heran, kemana office girl yang seharusnya melakukan pekerjaan itu? Kenapa Monica dan gadis itu yang repot-repot membawakan makan siangnya? Atau mungkin gadis itulah office girl yang bertugas saat ini?

"Makan siangnya sudah siap, Bu Verlita." Monica memulai sapaannya ramah.

Verlita berdiri, berjalan dengan begitu anggun ke sofa tak jauh dari mereka berdiri.

"Makasih ya, Mon. Taruh aja di meja. " Wanita itu menunjuk meja di depannya.

"Mungkin ada lagi yang Bu Verlita butuhkan?" Monica kembali berucap setelah menata isi nampan yang ia bawa. Wanita itu sempat memanggil gadis yang membantunya membawa makan siang Verlita---beberapa kali untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan---akibat melamun sambil melihat sosok sempurna Verlita di hadapannya.

"Oh, nggak ada. Kamu bisa pergi. Semoga aja Radith sebentar lagi datang. Eh, ini siapa ya, Mon? Kok baru lihat." Verlita mengamati gadis yang berdiri di sebelah Monica. Gadis terlihat melamun sedari tadi.

"Oh, ini Rena, Bu. Mahasiswa magang. Kebetulan saat ini ada empat orang mahasiswa yang magang di sini. Salah satunya Rena."

Verlita menganggukkan kepala mendengar jawaban Monica. Setelah memastikan tak ada yang perlu dilakukan, Verlita meminta Monica dan Rena melanjutkan pekerjaan mereka.

Tak berselang lama, pintu ruangan kembali terbuka. Verlita berdecak dan hendak menegur siapapun yang dengan lancang memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu. Namun kata-kata yang sudah berada di ujung lidahnya ternyata tak sampai terlontar begitu saja saat tubuh tegap Radithya Hanggono, suaminya yang tampak di sana.

Pria itu tampak ..., entahlah. Rautnya tak terbaca. Namun sekilas Verlita bisa menangkap ada gurat emosi di sana. Apa yang membuat suaminya itu emosi? Apakah kedatangannya yang tiba-tiba ke tempat ini membuat pria itu begitu emosi?

###
Holllaaaa......
Kalau teman2 pada baca upgrade. Pasti tahu bab ini ada di mana. Yuk, tebak, yuk..... 😆😆😆😆

Kalau belum tahu, yuk mampir ke lapak UPGRADE. Sudah tamat kok, tapi tahan jari kalian ya. Ehehheheee..... Jangan ngumpat sembarangan. 😅😅😅

###
Nia Andhika
05112021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top