5-2

Angle kini menginap di rumah Tinita, cewek itu bahkan membawa banyak persiapan seperti bantal dan juga beberapa boneka serta piyama. Ia duduk di atas ranjang Tinita sambil mendengarkan baik-baik siaran radio amatir yang menjadi langganan Tinita.

"Oke saya akan membacakan sebuah puisi yang singkat tapi legend, Mawar itu merah, violet itu biru, kamu itu indah, kamu itu imut..."

"Astaga, Ose ini keren sekali!" ucap Angle, "suaranya bagus dan kedengarannya orangnya asik banget! Dia pasti cowok yang tampan!"

"Hm,hm..." gumam Tinita sambil membaca buku fisika sambil tiduran,

"Kamu nggak penasaran sama orangnya?" tanya Angle, "Tinit kan udah jadi penggemar Ose sejak lama kan?"

Tinita diam sebentar, "Sepertinya dia bukan tipe yang suka diekspos," ucap Tinita

"Aw, cowok yang pemalu! Aku suka! Aku suka!" kata Angle sambil menggebu-gebu,

Sedangkan Tinita melihat Angle dengan pandangan yang aneh. Dia memang penggemar Ose sejak lama-bahkan lebih dulu dari Angle.

Tapi dia tidak akan menjadi sefanatik Angle.

***

Angle kini melipat tangannya sambil melihat Cakra yang sedang mendengarkan rekaman radio milik Angle.

"Gue akan menghajar orang ini," ucap Cakra sambil melempar ponsel Angle tanpa belas kasihan,

"No! My Hanny!" ucap Angle

Cewek itu segera menarik rambut Cakra-yang memang agak gondrong dengan kasar.

"Jahat! jahat! pantes saja Tinita nggak mau sama kamu! Hiks!"

"WO-woi! Angle! Lepas! Lepas!"

PLETAK!

"Kalian berisik banget, nih ponselmu,"

Cakra dan Angle mengusap kepala mereka yang dijitak dengan sadis oleh Oda karena mengganggu tidur siangnya di perpustakaan. Iya mengganggu, soalnya ponsel Angle mendarat tepat di wajahnya yang sedang ganteng-gantengnya saat tidur.

"Gue mau lanjut tidur, kalo lo pada masih ribut gue sobek tu mulut!"

Cakra dan Angle yang mendengarnya jadi merinding.

Cowok itu kembali ke tempatnya berbaring, spot dekat jendela yang terletak di pojokan.

"BTW, Cakra, aku penasaran sama si Ose ini, kamu nggak penasaran juga?" tanya Angle

Cakra mengacak rambutnya yang sudah berantakan sebelum menghela napas,

"Ya, gue penasaran sama faktor pengganggu charisma gue itu."

Dan jadilah, Cakra dan Angle memiliki sebuah misi, yaitu mengungkap jati diri si Ose ini.

"Aku tidak mau ikut," ucap Tinita saat Angle bertanya keikut sediaanya mengungkap jati diri Ose, DJ radio yang misterius.

"Kalo lo nemu orangnya kasih tau gue, gue penasaran," ucap Rei

"Haha... kamu bersemangat sekali," ucap Aninda, "bagaimana kalau ternyata Ose tidak seperti yang Angle bayangkan?"

"Aku punya firasat bahwa si Ose ini memang orang yang ganteng, jadi tidak akan meleset," kata Angle percaya diri.

Tinita melirik diam-diam ketiga temannya yang tampak membicarakan Ose, meskipun terlihat tidak tertarik, tapi Tinita sebenarnya tertarik karena ketiganya membicarakan soal sosok Ose.

Yah... jika seorang Ose benar-benar nyata, maka Tinita tidak akan ragu lagi untuk menetapkan orang itu sebagai standar pacarnya.

***

"Gue udah melacak singalnya kemarin, sepertinya Ose menyiarkan dari daerah sekitar sekolah," ucap Cakra

"Hm... tapi aku sudah melihat-lihat beberapa rumah sekitaran sekolah, tidak ada pemancar radio," ucap Angle

Keduannya masih mencari-cari perihal siapa sosok Ose ini, sayang ia tidak membuka layanan pesan sehingga Cakra tidak bisa mencarinya dengan ponsel dan terpaksa harus mengandalkan singal radio.

Tinita yang berjalan diantaraa Cakra dan Angle, mereka pindah kelas untuk pelajaran kesenian.

"Jika tidak ada di rumah warga, bagaimana kalau sekolah?"

Ucapan Tinita langsung membuat Angle dan Cakra menoleh padanya. Angle merasa senang karena Tinita tertarik dengan apa yang dirinya dan Cakra sedang lakukan, sedangkan Cakra merasa tidak suka karena ia merasa Tinita lebih tertarik mendengar tentang Ose daripada orang yang membicarakannya.

Cakra menghela napas, "Gue inget, emang ada pemancar radio di sekolah kita, tapi nggak mungkin ada siswa yang bermain di sekolah malam-malam, lo tau sendiri kan kalo pintu gerbang, belakang, dan pintu utama gedung selalu dikunci ama satpam, dan nggak ada satu pun orang yang bisa masuk,"

"Kita juga tidak pernah kesana, nggak ada klub radio juga di sekolah kita," komentar Angle,

"Gue inget, beberapa orang di geng sekolah kita adalah tukang karet professional,"

Rei tiba-tiba ikut dalam percakapan mereka.

"Aku jadi inget gimana Oda secara tiba-tiba ada di perpindahan kelas bahasa jepang," ucap Angle mengingat-ingat, "padahal di jam literasi dia gak ada sama sekali,"

Wah bahasanya jadi banyal, pikir Tinita mendengar obrola teman-temannya.

Yah lagi pula itu akan berakhir, pikirnya ketika mereka sudah mendekati pintu ruang kesenian. Tinita dan teman-temannya segera mengambil prakarya yang tersimpan di masing-masing meja.

Tinita membuka mejanya lalu mengambil buku khusus yang berisi beberapa daun kering yang sudah di tata dan bentuk sedemikian rupa. Namun saat membuka buku itu, daun-daun kering yang awalnya sudah terekat pada buku berjatuhan ke lantai dengan keadaan yang suudah hancur.

***

Tinita menelan pahitnya nilai yang kini ia dapatkan, Bu Sara tidak menerima alasan apapun. Tugas harus selesai tepat pada waktunya, dan tugas yang belum selesai adalah kesalahan dan tanggung jawab dari siswa itu sendiri.

Tinita duduk di bangku panjang depan laboratorium kimia yang kebetulan bersebelahan dengan ruang kesenian.

Ia tidak menyangka kesialan kembali menghampirinya, bahkan setelah kasus pencurian tugasnya oleh Rei, Tinita kira itu yang terakhir.

Ternyata tidak.

Ukh.. kenapa semuanay tidak berjalan seperti yang ia rencanakan?

Padahal ia sudah fokus dan tidak mencari masalah dengan orang-orang di sekitarnya. Strategi yang sudah biasa ia lakukan bahkan dari SD, hingga ketenangannya itu kini terusik.

Apa ia kena kutukan setelah memasuki kelas 11 IPA1?

"Lo baik-baik aja?"

Tinita yang sedang melamun langsung menoleh ke samping, Oda tampak berdiri di dekatnya sambil menatapnya.

"Aku baik-baik saja," ucap Tinita

"Hm, baguslah, gue kira lo bakal marah-marah lagi kali ini,"

Mendengar ucapan Oda membuat Tinita mengingat beberapa hal tidak menyenangkan lainnya yang ia alami.

"Aku belajar banyak untuk tidak mudah terlalu kesal," ucap Tinita

"Yaudah gue duluan,"

Oda berjalan meninggalkan Tinita, sedangkan Angle datang dari arah sebaliknya.

"Kukira kamu dimana, masih disini rupanya," ucap Angle melirik Oda yang menjauh, "kalian dekat ya?"

"Teman sekelas," sahut Tinita,

Angle tersenyum jahil, "Apa jangan-jangan kamu menyukai Oda?"

"Tidak sama sekali," ucap Tinita lalu menghela napas, "ayo kita ke kelas,"

***

"E-eh??!!!"

Teriakan terkejut itu datang ketika mereka kembali masuk ke dalam ruang kesenian, tak terkecuali dengan Tinita.

"Astaga... ini sudah yang ketiga kalinya...."

"Aku kasihan padanya..."

"Mungkin dia punya haters?"

Bisik-bisik itu langsung memenuhi sesisi kelas, Tinita melihat prakaryanya yang kembali rusak. Miniatur bangunan ala eropa yang ia buat dari stik hancur. Baru kemarin rasanya ia melihat miniaturnya berdiri kokoh.

"Tinita... kamu nggak apa-apa kan?" tanya Aninda

Cewek itu duduk di sebelah Tinita, namun prakarya miliknya baik-baik saja, berbeda dengan milik Tinita.

Pas sekali di hari penilaian, pikir Tinita sambil membersihkan reruntuhan miniaturnya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top