4-2
"Heh... aku baru tahu..."
"Makanya jangan lihat orang dari tampang dong..."
"Masa sih? Hidih... jangan-jangan dia memang begitu dari dulu,"
"Dasar sok pintar,"
"Nggak tahu malu,"
Tinita diam sambil melewati beberapa siswa yang bergossip tentangnya, entah siapa yang memulai namun berita itu langsung menyebar satu sekolah. Tinita cukup capek akhir-akhir ini, jam tidurnya berkurang untuk mengerjakan tugas tambahan, jadilah ia sampai di sekolah tidak pada jam seperti biasanya.
"Orang macam dia bisa menggunakan segala cara rupanya, sampai yang busuk-busuk,"
"Kudengar dia deket sama Cakra anak ketua komite,"
"Bah, udah tukang copas, pasti tukang rayu pula,"
Haish... Tinita tidak tahu kenapa ia langsung digosipkan dengan Cakra lagi.
"Oi! Tinita, lo kenapa?"
Cakra tiba-tiba sudah ada di sampingnya saja,
"Cuma keganggu suara jangkrik," sahut Tinita
"Bagaimana kalau gue peluk bentar, siapa tau suaranya ilang,"
Tinita menyikut Cakra, "Diam!"
Cakra pura-pura meringis, "Lo jahat banget, pantes diomongin sana sini,"
"Kalau mau membual di tempat lain saja,"
"Galak amat,"
Tinita memilih untuk tidak memperdulikannya, lagi pula Cakra akan teralihkan pada penggemarnya seperti biasa.
"Lo mau sate? Gue ada sate kambing sih, lumayan buat memperbaiki mood,"
Sial! Kenapa cowok itu masih ada disini?!
"Tidak,"
"Untung gue orangnya tahan banting, jadi di tolak ama lo gue masih kuat,"
Tinita tidak tahu lagi harus membalas seperti apa ucapan Cakra. Begitu sampai di dalam kelas, beberapa orang melihat ke arahnya sebelum kembali sibuk dengan urusan masing-masing.
"Tinit! Kamu nggak pa-pa kan?"
Angle tiba-tiba menyerbunya begitu menaruh tas di atas meja, Tinita menggeleng sebagai jawaban.
"Di omongin ama anak-anak, untung kupingnya tebel jadi nggak kenapa," imbuh Cakra
"Disini juga , tadi, lambe turah sekolah kayaknya lagi suka lo deh Tin," ucap Rei
Tinita menghela napas ia tidak suka dengan topik pembicaraan ini.
"Apa kamu nggak mau nyelidikin siapa pelakunya?" tanya Angle menggebu-gebu, "ini udah 2 minggu,"
"Aku sibuk, tidak waktu untuk melakukan hal seperti itu," tolak Tinita
***
Walau ia mengatakan bahwa ia tidak ingin menyelidikinya, sebenarnya Tinita ingin.
Orang yang menyalinnya adalah siswa dari kelas yang berbeda, kelas yang memiliki waktu pengumpulan lebih cepat dari kelasnya. Tinita sangat yakin bahwa ia tidak pernah menyalin tugas mereka.
Pasti mereka yang melakukannya!
Menurut info yang didapatkannya dari dimarahi oleh guru, Romeo dan Yoga. Mereka satu geng, Tinita akhir-akhir ini memperhatikan mereka, meski tidak langsung menyerang mereka dengan pertanyaan.
Bertanya secara langsung mungkin akan berakhir seperti kemarin, kalau saja Cakra tak menengahi mereka, Tinita tidak tahu mereka akan bertengkar untuk berapa lama.
"Oh! Tinita?"
Aninda menyapanya ketika bertemu di kantin, cewek itu tampak tersenyum ramah padanya. Tinita mengangguk singkat sebagai balasan.
Ah... jadi ini sebabnya ia tidak melihat Aninda di kelas.
Mata Tinita menangkap seorang cewek yang sedang berdiri di samping Aninda, Tinita ingat cewek itu sering ia lihat terkadang bersama Romeo, meski raut wajahnya tidak secerah sekarang.
"Jadi kamu yang namanyaTinita, aku minta maaf kalau Aninda membuatmu tidak nyaman," ucap cewek itu
"Tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf," sahut Tinita
Lagi pula cewek itu tidak salah dan tidak berhubungan dengan kejadian hari itu.
"Sayang sekali kami tidak sekelas, aku merasa kecolongan, Aninda memang terlihat polos tapi kadang ia bisa melakukan hal yang aneh-aneh,"
"Fara!" ucap Aninda tidak terima,
Ya, ya Aninda memang bisa melakukan hal yang aneh-aneh, hampir membunuh orang salah satunya.
"Kalian akrab," komentar Tinita, tidak biasanya melihat Aninda dekat dengan anak dari kelas lain, palingan dengan Rei atau Angle.
"Kami berteman sejak tahun pertama, perkenalkan namaku Fara,"
"Hoo begitu ya,"
Tinita tidak terlalu memperhatikan Aninda sebelum mereka menjadi teman sekelas seperti sekarang.
Apa mungkin Fara dan Aninda yang melakukannya? Bisa saja mereka berdua bekerja sama.
Hm... Tinita tidak tahu pasti.
***
"Sudah kubilang kita harus menyelidikinya!" ucap Angle menggebu-gebu
Tinita mengeluarkan kepalanya dari dalam air, "Sudah kubilang, tidak perlu!"
Mereka sedang berenang di kolam renang, kali ini pelajaran olahraga materinya renang lagi. Namun guru olahraga mereka sedikit memberikan kebebasan untuk 30 menit sebelum bel istirahat.
Mereka hanya tidak boleh meninggalkan pelajaran olahraga untuk istirahat, tapi mereka diperbolehkan untuk bermain di air.
"Ish! Tinita, kamu sadar nggak sih kalau orang itu dibiarkan kamu bisa kena banyak masalah! Emangnya kamu mau dimarahi terus?!" ucap Angle menggebu-gebu.
"Yang dikatakan Angle benar juga Tinita," kata Aninda,
"Ya, kita melakukannya nanti saja," jawab Tinita sambil menghela napas.
Tinita lalu menoleh ke sekitar kolam renang, "Aku mau pergi sebentar," ucap Tinita sambil keluar dari kolam.
"Eh? Mau kemana?" tanya Angle
"Toilet," jawab Tinita singkat.
"Oh oke," ucap Angle sebelum menyelam kembali, sedangkan Aninda masih anteng duduk di pinggir kolam.
***
Tinita mengganti baju renangnya dengan pakaian olahraga, ia berbohong pada kedua temannya itu. Untung saja ruang ganti berada di depan di samping toilet sebelum kolam renang, jadi tidak akan ada yang tahu jika Tinita pergi ke luar.
Tinita sudah memperhitungkan ini tadi malam, jika memang ada orang yang menyalin tugasnya yang berada di laptop yang selalu ia bawa, maka kesempatan orang itu hanya sekarang.
Dengan langkah cepat, Tinita menuju ke kelasnya, begitu sudah dekat ia memelankan langkah.
Ia membuka perlahan pintu ganda kelasnya, matanya bisa melihat seorang cewek yang sedang duduk di kursinya sambil memainkan laptop miliknya.
"Kau!" teriak Tinita sambil berjalan cepat menuju ke kursinya, cewek itu menoleh dan terkejut melihat kedatangan Tinita yang tiba-tiba.
Ia hendak pergi, namun tangannya langsung ditarik oleh Tinita.
"Aku harap kamu bisa memberikanku sebuah penjelasan, Rei!"
Cewek itu-Rei menepis tangan Tinita, hingga genggaman cewek itu lepas.
"Lo udah lihat sendiri," ucap Rei sambil memalingkan wajah
"Yang aku butuhkan adalah penjelasan!"
Tinita jelas marah sekaligus kecewa, ia tidak menyangka bahwa intuisinya benar, meski sempat ia ragukan. Ia tak menyangka, bahwa Rei bisa melakukan hal seperti itu. Padahal mereka cukup dekat dan tidak punya masalah.
Rei akhir-akhir ini jarang mengikuti pelajaran Olahraga dengan berbagai alasan, selain itu mata pelajaran tugas yang sering dituduh adalah mata pelajaran yang paling sering ditanyakan oleh Rei, artinya materi yang tidak terlalu dikuasai oleh Rei.
"Gue menjual tugas itu," ucap Rei
Perkataan Rei selanjutnya membuat Tinita terkejut, "APA?! Kenapa kau melakukan itu?! Kau gila?! Kalau kau butuh uang tambahan tidak perlu sampai menjual PR orang lain!" kata Tinita kesal
"Untuk bertahan hidup!" balas Rei tak mau kalah "Lo pikir semua orang lahir dengan nasib kayak lo?!"
Rei menunjuk Tinita, "Lo hanya nona besar yang nggak pernah tau gimana susahnya nyari uang!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top