이 | Rumor ⚜
💕행복한 독서💕
.
.
.
🏛 Apartemen Sehun
📍Cheongdam-dong, Gangnam-gu
"Omo! Jinja? Sulit dipercaya! Rumor itu ternyata benar!"
"Pantas saja ketua manajer tidak pernah dekat-dekat dengan perempuan! Dia bahkan menolak dijodohkan dengan Hyun Jin yang cantik!"
"Aigooo ... ketampanannya sia-sia!"
KRIIING ....
Dering alarm yang mengetuk-ngetuk gendang telinga memaksa Sehun membuka mata. Bila bukan karena teriknya cahaya matahari yang menyeruak lewat kisi jendela, mungkin ia akan menjeda pengingat waktu tersebut untuk kali kesekian dan kembali bergelung di bawah selimut.
Sejatinya Sehun bukan tipe pemalas yang hobi menunda-nunda pekerjaan, apalagi bangun terlambat. Namun, berita miring yang beredar di perusahaan sejak beberapa waktu lalu berhasil mendistorsi jam biologis tubuhnya untuk bisa terlelap di malam hari. Bahkan dalam tidurnya sekali pun, gosip yang beredar di perusahannya itu tetap menghantui.
Impoten. Sehun dirumorkan mengalami disfungsi seksual tersebut sehingga tidak pernah dekat dengan wanita. Berita yang tentu saja keliru. Sehun seratus persen perkasa. Namun, demi celana dalam Superman yang dipasang di luar, bagaimana pula ia membuktikannya.
"Sial, kepalaku berat sekali!" Sehun menyumpahi pelipisnya yang berdenyut saat ia mengambil posisi duduk. Selimut berbahan fleece yang membalut tubuhnya melorot, menampilkan perut kotak-kotak yang mengindikasikan aktivitas testosteron tingkat tinggi. Perlahan, Sehun mengintip ke balik selimutnya dan memandang bebas ke bawah sana dengan satu sudut bibir tertarik.
Impoten? Huh, yang benar saja! Sehun menghela napas kasar. Bila awak media yang terus memberitakan kabar burung itu menyaksikan sendiri betapa perkasa penampilannya di pagi hari, Sehun yakin mereka akan gigit jari. Bukannya sombong, tetapi untuk yang satu ini, Sehun dengan percaya diri menyebut miliknya kisaran sepuluh banding satu dari lelaki kebanyakan.
Sebentar. Menyaksikan sendiri? Sehun bergidik dengan isi pikirannya yang terkesan ambigu.
"Ada-ada saja masalah yang terjadi setiap hari!" Sehun menyugar rambut dan bangkit dari tempat tidur.
Setelah meregangkan otot-ototnya yang kaku, ia berjalan ke arah koridor dan menyibak tirai jendela. Matanya kontan menyipit menghalau silau. Tampak panorama langit berlatar jejeran bangunan raksasa yang menjulang tinggi. Samar-samar, terdengar keributan dari jalan protokol di bawah sana, seiras dengan kerumunan orang yang terlihat seukuran semut.
Ya, inilah Seoul. Bandwith terbesar nomor satu di dunia. Kota metropolitan yang tak lepas dari kesibukan para penghuninya, bahkan sebelum matahari menginjak batas horizon.
Pandangan Sehun terpaku pada sebuah banner iklan raksasa di salah satu gedung pencakar langit. Potret seorang wanita yang sedang berpose di sana membuat bola matanya enggan bergulir. Sehun yakin, senyuman manis dan manik berbinar indah seumpama permata tersebut berhasil menarik atensi siapa pun yang memandang. Apalagi yang baru "bangun" di pagi hari.
"Si cantik itu," desah Sehun sambil menyandarkan kepala di kaca jendela.
Sehun tidak terlalu tertarik pada dunia entertainment, tetapi ia familier–tepatnya terlalu sering melihat wanita tersebut dalam berbagai media yang tersebar di kawasan elit Gangnam dan Yongsan. Termasuk di lingkungan tempat tinggalnya, Cheomdam-dong.
Aktris cantik yang sedang naik daun beberapa tahun belakangan itu memang menjadi "wajah" bagi beragam brand terkemuka. Bahkan divisi marketing perusahan miliknya pun menggadang-gadang aktis tersebut. Kalau tidak salah, namanya terdengar seperti perpaduan nama boneka dan bunga.
Barbie ...? Sehun mengingat-ingat sembari memiringkan kepala dengan mata terpicing, berusaha membaca running text pada papan reklame. Ah, ya! Barbie Lily!
"Wajahnya memang tidak manusiawi," Sehun tanpa sadar bergumam, sebelum ia merutuki diri saat menyadari beberapa detik waktunya yang berharga dipergunakan untuk meratapi papan reklame, hanya untuk mengetahui nama idola nomor satu di Seoul tersebut.
Namun begitu, ada rasa puas tersendiri dalam hatinya sebab secara tidak langsung ia membantah rumor yang beredar. Sehun bukan memiliki perasaan khusus pada wanita yang tidak pernah sekali pun ia temui secara langsung itu–meski hal tersebut bisa sangat mudah. Dalam hal ini, sebagai bentuk usaha menampik berita miring yang menjadi isu negatif di perusahaannya, ia mendeklarasikan diri sebagai laki-laki normal yang gairahnya bisa dibangkitkan oleh wanita.
Ah, tapi apa juga gunanya memaklumkan hal tersebut pada diri sendiri!
Sehun menghela napas. Mungkin banyak solusi untuk bisa terlepas dari berita buruk yang sengaja disebarkan oleh ibu tirinya untuk mendesak agar ia menerima perjodohan dengan putri salah-satu relasi perusahaan. Berkencan dengan perempuan lain misalnya.
Sayang, isu sudah terlanjur beredar dan selama memegang kuasa sebagai general manajer perusahaan, beban pekerjaan membuat Sehun tidak punya banyak waktu untuk bermain-main dengan wanita. Alih-alih berhasil, usahanya hanya akan disebut menutupi rumor belaka.
Menikah sebagai bentuk hubungan yang sah memang solusi paling tepat saat ini. Sehun pun jelas ingin menikah. Namun, tidak dengan keponakan ibu tirinya yang hanya ingin mengeruk saham. Mencari perempuan yang memenuhi standarnya pun terlalu terburu-buru di tengah situasi perusahaan yang tidak pernah stabil sejak ayahnya menderita stroke dan menjalani perawatan intensif beberapa bulan belakangan.
Dibuat rumit dengan pikirannya sendiri, Sehun bergegas ke kamar mandi. Berharap guyuran air bisa mendinginkan kepalanya yang belum apa-apa sudah mengepulkan asap. Sehun tahu tidak boleh bertindak emosional dan memperkeruh keadaan perusahaan. Meski tiap kali bertemu dengan kaki-tangan ibu tirinya di kantor, ia harus mati-matian menahan diri untuk tidak melayangkan tinjuan maut.
🎶Achimimyeon coffee han jan masideusi
Haega tteumyeon seojjogeul hyanghaejideusi
Neomu dangyeonhae neol saranghaneun ge
Yeah I'm gonna, I'm gonna love you🎶
Sembari mengikuti musik yang mengalun dari speaker box, Sehun menuang secangkir kopi dari mesin canister. Benar saja, mandi membuatnya lebih segar dan semangat. Dengan handuk yang melilit pada pinggang, Sehun duduk sembari menyesap kopi. Bulir-bulir air yang masih menempel dengan estetik di dada bidangnya perlahan tersapu udara dingin dari penstabil suhu.
🎶Sumswineun geotcheoreom
I'm gonna love
Neomu dangyeonhae
I'm gonna, I'm gonna love
Yeojeonhi yeojeonhae🎶
Sehun menyisir rambut di depan cermin. Masih dengan bersenandung kecil, ia menunjuk pantulan bayangan dirinya sendiri. Satu hal yang membuat Sehun selalu memuja ciptaan Tuhan adalah figur wajahnya yang terpahat sempurna. Perlu untuk ia tekankan, kekagumannya pada diri sendiri bukan merupakan self-love extreme, melainkan sebuah rasa syukur. Lagipula, ia memang tampan.
Setelah mengoleskan moisturizer pada kulit wajahnya yang mulai terdampak teriknya cuaca di penghujung musim panas, Sehun mengecek ponsel yang tergeletak di nakas. Sebagai seorang kepala manajemen yang bertanggungjawab pada eksternal perusahaan, ia harus peka terhadap informasi serta mengikuti alur pembicaraan publik.
Gurat samar terpeta di dahi Sehun ketika membaca trending topik di salah-satu portal web populer.
#1 Barbie Lily membagikan hasil ramalan jodohnya
Sebentar. Sehun mendudukkan diri dengan benar kemudian membaca ulang sebaris kalimat yang tertera di kolom trending tersebut sebanyak tiga kali.
Membagikan ramalan jodoh? Sehun nyaris tergelak. Lucu sekali!
Sehun tidak berniat menampik pesona aktris papan atas yang dipuja satu negara tersebut. Akan tetapi, hanya karena semalam ia membagikan kiriman sebuah akun yang memuat ramalan jodohnya, perempuan tersebut langsung berhasil menduduki peringkat pertama di topik populer? Sehun tidak habis pikir. Kekuatan seorang influencer memang tidak bisa disepelekan. Barangkali bila Barbie hidup tersebut menulis sebaris kalimat yang membantah rumornya sebagai penderita impotensi, orang-orang satu dunia lantas akan percaya.
Dering ponsel yang menampilkan profil sekertaris ayahnya membuat Sehun terkesiap sebentar. Tanpa ragu telunjuknya menggeser answer button, berharap di pagi hari yang damai ini ada kabar baik dari beberapa mitra bisnisnya setelah kemarin divisi marketing melakukan lobi. Namun sayang, berita yang ia terima justru berbanding terbalik.
"Tuan Muda, situasi semakin kacau!" Sehun bisa mendengar pria yang menjadi tangan kanan ayah tersebut mengembuskan napas berat. "Kemarin saat divisi marketing melakukan negosiasi, beredar rumor lain di luar perusahaan bahwa Anda adalah ...."
Sehun menaikkan alisnya yang semula bertaut. "Adalah ...?"
Jeda yang cukup lama sampai sang sekertaris menjawab, "Seorang gay."
"APA?!" Sehun menjatuhkan rahangnya yang mengeras. Sungguh, ia berharap dunia kiamat sekarang ini juga.
⚜⚜⚜
TBC
Desclaimer ©️
Song : I'm Gonna Love You by D.O (EXO)
Kamus mini📑
Omo : Astaga/Oh my God!
Jinja? : Sungguh?
Aigoo : Aduh!/Ya ampun!
Author Notes 📄
Chapter ini tidak banyak perubahannya. Uhtuk chapter tiga bisa dibaca gratis di Karyakarsa. Bagi yang tidak punya aplikasi Karyakarsa bisa baca di Cabaca dengan judul yang sama. Jangan lupa follow akunku di sana, ya. Thank you 👋🏻❤
Oh Sehun dengan alisnya yang menukik tajam (kata Lily)
😅😅😅
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top